Cinta adalah satu-satunya bunga yang bertumbuhan dan mekar di luar buaian musim-musim

[Khalil Gibran]

.

.

.

Uchiha Sasuke adalah seorang pria dewasa dengan segala kesempurnaan yang melekat pada dirinya. Semua yang diinginkan wanita ada pada dirinya. Kekayaan yang berlimpah, ketampanan yang luar biasa tampan, dan tidak mempunyai kekasih saat ini membuat Uchiha Sasuke menjadi incaran para wanita yang ingin menjadikan Sasuke sebagai pasangan hidup mereka karena dengan menjadikan Sasuke pasangan mereka maka mereka tidak akan pernah hidup dalam kesesangraan. Sehingga banyak yang berlomba-lomba untuk mendapatkan Sasuke. Para wanita itu rela menyerahkan tubuhnya pada Sasuke walaupun pada akhirnya mereka akan dicampakkan bagai barang bekas yang sudah tidak diinginkan. Mereka peduli selama mereka melakukannya bersama Sasuke maka mereka rela memberikan tubuh mereka. Tetapi Sasuke tidak pernah menanggapi rayuan para wanita itu dengan serius karena itu akan membuang waktunya yang berharga. Sasuke bukan orang yang mudah menyerahkan harga dirinya terutama keperjakannya pada seseorang yang tidak kenal. Sasuke hanya sebatas mencium atau meraba tubuh mereka dan setelah itu Sasuke akan meninggalkan wanita itu tanpa rasa bersalah.

Sasuke yang sering sekali mendapatkan tubuh gratis para wanita mendengus sebal ketika dengan mudahnya para wanita itu menyerahkan tubuh mereka. Padahal Sasuke sering mempermainkan mereka tetapi mereka tidak pernah jera untuk mendekati Sasuke. Seperti saat ini, ada seorang perempuan muda berambut merah yang tidak Sasuke tahu namanya datang ke kantornya dan mengatakan bahwa dia ingin menyerahkan tubuhnya. Entah, Sasuke sudah bosan dengan para wanita yang mendatangi dirinya dan menyatakan bahwa mereka ingin berbagi kehangatan dengan dirinya. Bukankah seharusnya para wanita dapat menjaga kehormatan mereka dan memberikannya pada orang yang nantinya akan menjadi suami mereka. Sasuke sangat benci dengan wanita yang mudah memberikan kehormatan mereka pada orang yang tidak mereka kenal. Mungkin Sasuke akan memberikan sedikit pelajaran pada wanita yang bersama dengan dirinya.

Sasuke berjalan dengan angkuhnya—melewati wanita itu dan segera mengunci pintu ruangannya karena dia tidak ingin tertangkap oleh sekretaris maupun koleganya saat dia melakukan perbuatan bejat pada wanita yang Sasuke ketahui bernama Karin atau lebih tepatnya memberikan hukuman agar wanita itu jera.

Sasuke segera menyuruh Karin untuk membuka dress pendek yang membalut tubuhnya. Sebenarnya Sasuke tidak berniat untuk melihat kemolekan tubuh wanita itu, dia hanya ingin melihat apakah Karin akan melakukan perintahnya. Dapat Sasuke lihat kalau Karin akan melakukan apa yang dia suruh. Dengan malu-malu Karin membuka pakaiannya satu persatu hingga tidak menyisakan satu pakaian pun yang menutupi tubuh indahnya.

Karin harus menahan malu karena sedari tadi Sasuke tidak mengalihkan pandangannya. Sasuke memandanginya bukan karena dia menyukai atau terpesona dengan tubuh wanita itu, hanya saja dia menilai bagaimana wanita ini akan dia buat jera. Hingga akhirnya Sasuke menyuruh Karin untuk merangkak padanya dan menjilati sepatunya. Mendengar perintah Sasuke yang aneh, Karin terdiam sebentar dan kemudian dia segera menurutinya karena ini adalah resiko yang harus dia ambil karena dia menyerahkan dirinya pada Sasuke.

Karin merangkak seperti anjing yang meminta makan pada tuannya. Karin menahan malu ketika dia melakukannya, sesampai di sana. Karin segera menjilati sepatu Sasuke berulang kali dan tidak jarang Karin menciumi sepatu hitam mengkilat milik Sasuke.

"Gadis pintar." Kata Sasuke—menepuk-nepuk pelan kepala Karin.

Wajah Karin memerah ketika Sasuke berbicara seperti itu padanya. Karin mendongakan kepalanya, melihat wajah Sasuke dari tempatnya. Terlihat wajah Sasuke begitu tampan dan berwibawa. Setidaknya Karin tidak menyesal telah menyerahkan keperawanannya pada Sasuke. Karin tersenyum pada Sasuke dan dia tidak segan untuk meraba sesuatu yang mengantung antara kedua paha Sasuke. Dengan segera Sasuke menepis tangan Karin yang sudah kurang ajar menyentuhnya. Sasuke jongkok dan menyamakan posisinya, menghadap Karin, Dia menyentuh dagu Karin dan mendekatkan wajahnya pada wanita yang kini mukanya memerah. Sasuke mengecup singkat bibir itu dan berbisik pada Karin.

"Cepat tinggalkan tempat ini dan jangan pernah menampakkan wajahmu dihadapanku. Aku tidak sudi untuk menyentuh tubuhmu ini." Sasuke menyeringai pada Karin.

Mendengar ucapan Sasuke yang menusuk hatinya, dengan segera dia menitikkan air matanya dan memungut bajunya. Meninggalkan Sasuke seorang diri dengan harga diri yang sudah jatuh. Setelah kepergian wanita itu, Sasuke segera menghempaskan tubuhnya di sofa dan merenungkan kehidupannya yang begitu membosankan. Dia membutuhkan sebuah cahaya yang dapat menerangi dan membawa hidupnya yang penuh kejenuhan menjadi lebih berwarna.


Be The Light

Sasuke x Naruto

Naruto © Masashi Kishimoto

Warnings : MxM, AU, Typo yang bertebaran, alur membosankan, dan lain-lain.

Tidak ada keuntungan yang diambil dalam membuat cerita ini dan ini hanyalah imajinasi belaka yang dituangkan dalam tulisan ini.


.

.

.

"Tidakkk! Bagaimana mungkin ini terjadi padaku?" Naruto berteriak ketika selesai membaca surat yang dia terima tadi pagi.

"Kau kenapa lagi Nar?" Tanya Kiba—sahabat Naruto yang bingung dengan tingkah Naruto setelah sahabatnya itu membaca surat yang berada di tangannya.

"Aku ditolak lagi oleh perusahaan yang aku lamar." Gerutu Naruto yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia baca.

"Kau tinggal melamar lagi saja." Ucap Kiba dengan mudahnya.

"Ini tidak semudah yang kau bayangkan." Naruto memajukan bibirnya—tidak suka dengan ucapan Kiba yang menganggap bahwa melamar itu adalah hal yang mudah. Hidup ini tidak semudah yang Kiba ucapkan. Memangnya melamar pekerjaan tidak membutuhkan biaya. Belum lagi, biaya pos yang Naruto keluarkan untuk mengirimi surat lamaran pekerjaan ke sebuah perusahaan.

"Bukankah kau sering mengirim lamaran? Kenapa justru baru sekarang kau mengeluh?" Tanya Kiba seraya membaca surat penolakan Naruto.

"Andaikan saja aku mempunyai uang yang cukup maka itu bukan masalah bagiku. Uang yang tersisa ditabunganku hanya cukup untuk menghidupiku selama sebulan dan setelah sebulan berlalu maka aku akan menjadi gelandangan. Dan itu adalah hal yang paling tidak ingin aku bayangkan. Makanya belakangan ini, aku perlu memikirkan dengan matang untuk mengirimkan lamaran. Tidakkah di dunia ini ada pekerjaan tanpa adanya sebuah lamaran?" Naruto mencambak rambutnya dengan frustasi.

Melihat temannya yang begitu frustasi karena selalu gagal diterima di sebuah perusahaan maka Kiba memutuskan untuk membantu sahabatnya itu. Karena Kiba tahu betapa beratnya perjuangan Naruto bertahan hidup hingga sekarang. Mempunyai masa lalu yang buruk membuat Naruto harus bertahan hidup sendirian di dunia yang kejam ini. Sebagai sahabat yang Naruto miliki maka Kiba berniat membantunya dan mencoba meringankan penderitaan Naruto.

"Bagaimana kalau kau kerja ditempatku?" Ucapan Kiba sukses membuat mata Naruto berbinar-binar pada Kiba.

"Tapi Kiba, memangnya perkerjaan apa yang kau tawarkan padaku?" Tanya Naruto yang begitu tertarik dengan yang ditawarkan Kiba untuknya.

"Hanya menjadi pendengar yang baik. Gajinya lumayan besar, tugasmu hanya mendengarkan segala curhat para pelanggan dan setelah itu kau boleh melakukan apapun. Bisa di bilang jam kerjanya tidak terlalu memaksa." Kiba menjelaskan pada Naruto tentang pekerjaan yang ditawarkan olehnya.

"Benarkah? Hanya seperti itu saja?" Naruto meraba-raba dagunya, mencoba memikirkan pekerjaan yang telah dijelaskan oleh Kiba. Bukankah itu menarik? Hanya mendengarkan curahan hati seseorang maka kau akan mendapatkan gaji yang besar. Pekerjaan ini benar-benar sangat menarik bagi Naruto.

"Ya, terbilang mudah hingga membuatku dapat memenuhi segala kebutuhan yang aku inginkan." Kiba menyeruput minuman yang Naruto buatkan untuknya.

"Benarkah itu?" Naruto masih tidak percaya. Dengan pekerjaan yang begitu mudah dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Itu di luar Naruto bayangkan.

Kiba mengangguk, menandakan bahwa ucapannya dapat dipertanggungjawabkan.

"Aku tidak berbohong. Tempat kerjaku juga sedang membutuhkan orang baru untuk menggantikan pekerja yang mengundurkan diri karena dia akan menikah." Ucapan kiba semakin membuat Naruto tertarik dengan pekerjaan yang sedari tadi Kiba bicarakan.

"Baiklah aku akan melamar ke tempatmu. Lalu bagaimana aku melamar di tempatmu? Apaka prosedur yang dilalui akan sama seperti perusahaan yang selalu aku lamar? Terus bagaimana dengan bosmu?" Tanya Naruto pada Kiba mengenai tempat kerja yang akan dia lamar dan orang yang akan menjadi bosnya kelak.

"Tidak terlalu rumit hingga harus menghabiskan uang banyak. Kau hanya perlu datang langsung ke tempatku sambil membawa keterangan bahwa kau sehat luar dalam. Dan bilang kalau kau tertarik dengan tempat kosong di tempatku bekerja. Selain itu bosku adalah orang yang sangat baik dan dia menghargai orang yang mau bekerja keras." Kiba mengedipkan matanya—menandakan bahwa bayangan yang dipikirkan Naruto tidaklah seburuk yang dibayangkan olehnya.

Naruto menganggukan kepalanya, semua yang dia dengar terasa mudah hingga dia yakin bahwa dia juga akan mudah dengan apa yang akan dia dapatkan.

"Baiklah besok aku akan ke sana." Ucap Naruto dengan semangat.

Kiba hanya tersenyum mendengar temannya yang begitu semangat dengan pekerjaan yang akan dia dapatkan.

"Hari mulai sore, aku harus pulang dulu untuk mempersiapkan diriku bekerja nanti." Kiba bangkit dari bangkunya.

"Memangnya kapan kau berangkat kerjanya?"

"Sekitar tujuh malam." Kata Kiba tersenyum.

"Dan pulangnya?"

"Empat pagi."

"Jadi kita akan berkerja pada pukul tujuh malam dan pulang pukul empat pagi." Ucapan Naruto hanya Kiba balas dengan anggukan kepalanya.

"Aku akan mengirimkan alamat tempatku bekerja padamu lewat pesan." Ucap Kiba sebelum dia pergi dari kediaman sahabat kecilnya itu.

"Um." Naruto mengacungkan jempolnya.

"Baiklah, sampai ketemu besok malam."

Kiba segera pergi dari rumah Naruto dan setelah kepergian Kiba, Naruto berjingkat senang dengan pekerjaan yang akan dia dapatkan esok malam. Setidaknya dengan dia mendapatkan pekerjaan maka dirinya tidak terlalu memusingkan untuk memenuhi kebutuhannya.

.

.

.

Keesokan harinya, Naruto sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari surat keterangan dari rumah sakit bahwa tidak ada satu penyakitpun yang berada pada tubuhnya hingga pakaian yang paling bagus yang akan dia gunakan untuk melamar pekerjaan yang Kiba dan dirinya bicarakan kemarin sore. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, waktu sudah menunjukan pukul enam sore dan saatnya bagi Naruto untuk mempersiapkan dirinya karena dia berjanji bertemu Kiba pukul delapan malam di tempat kerjanya. Tidak ingin menunda waktu lagi, dia segera bergegas mandi dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Setelah semuanya sudah selesai disiapkan, Naruto bergegas menuju tempat yang akan dia tuju. Sebelum dia pergi, dia berdoa terlebih dahulu agar segala urusan ke depannya agar lancar dan setelah itu, Naruto mengunci pintunya dan menuju tempat kerja Kiba.

Ternyata tempat kerja yang akan Naruto lamar tidak terlalu jauh dari apartemen murahnya. Hanya melewati dua blok rumah lalu melewati belokan di dekat sebuah restoran dan di situlah tempat kerjanya berada. Naruto memutuskan jalan kaki—mengingat uangnya yang semakin menipis. Naruto tak jarang menampilkan senyumannya saat berjalanan karena membayangkan bulan depan dia akan mendapatkan uang dan dapat membeli barang yang sangat dia inginkan, sebuah ponsel baru karena ponsel yang lama sudah tidak dapat dia gunakan lagi.

Saat sedang asyik membayangkan semuanya, mata birunya menangkap sesuatu yang janggal di depan sana. Naruto melihat seseorang yang diseret paksa oleh dua pria ke dalam gang sempit di dekat sebuah swayalan. Mulut pria itu disumpal dengan kain dan kedua tangannya di ikat ke belakang. Melihat hal mencurigakan seperti itu membuat Naruto mengikuti keduanya, melangkah pelan-pelan agar tidak ketahuan. Naruto melihat ke sekelilingnya dan mendapati bahwa tempat ini lebih sepi dari biasanya.

Naruto dapat melihat dua orang laki-laki itu pasti akan melakukan sesuatu yang jahat pada pria yang dibawa oleh mereka. Naruto masih berada di kedua pria itu, berusaha menjaga jarak dengan keduanya. Tidak terlalu dekat karena itu akan membahayakan dirinya. Luapan semangat Naruto yang ingin melamar pekerjaan kini telah pergi, tergantikan dengan semangat membantu orang yang saat ini Naruto sedang ikuti.

Naruto tidak ingin bertindak gegabah dan langsung berlari untuk membantu pria itu. Dia harus memperhatikan gerakan apa yang akan dilakukan oleh kedua lelaki itu pada lelaki yang tidak berdaya itu. Naruto tidak melepaskan pandangannya pada kedua lelaki itu.

Melihat suasana yang sudah tersembunyi dari keramaian, kedua lelaki itu segera menjatuhkan tubuh lelaki yang mereka seret paksa—menjatuhkannya ke aspal jalanan begitu saja. Naruto yang melihatnya hanya menutup mulutnya agar dirinya tidak berteriak. Kedua lelaki itu memperhatikan mangsanya yang tergolek lemah, Lelaki itu berdiri dengan sisa tenaga yang dia miliki—mencoba mengabaikan rasa sakit yang mendera dirinya. Saat lelaki lemah itu bangkit dengan mudahnya lelaki berbadan gembul membuatnya kembali terjatuh. Lelaki berbadan gembul itu menarik mangsanya dan membenturkannya ke dinding dengan keras. Lelaki teraniaya itu meringis kesakitan ketika punggungnya membentur dinding dengan keras. Mulutnya yang disumpal dan tangan yang terikat membuat lelaki itu tidak dapat berbuat banyak untuk melawan. Penjahat yang menawan pria itu berbicara sesuatu pada mangsanya dan setelah itu mereka segera membuka sumpalan dan ikatan tangan mangsanya. Naruto dapat melihat bahwa penjahat itu memberikan ancaman sebelum mereka melepaskan sumpalan dan ikatan mangsa mereka.

Lelaki berbadan gembul itu segera memberikan bogeman pada lelaki itu dengan cukup kuat dan keras setelah mereka memberikan kelonggaran pada lelaki itu. Pukulan itu berhasil membuat lelaki itu terbatuk-batuk—mengeluarkan darah dari mulutnya. Lelaki berbadan kurus itu, memegangi kedua tangan pemuda itu dari belakang ketika pemuda itu berusaha untuk melawan mereka. Lelaki berbadan gembul itu kembali melayangkan pukulan pada perut mangsanya. Darah yang keluar semakin banyak dari lelaki yang mereka pukuli. Mereka terus memukulnya hingga lelaki itu tidak berdaya, melayangkan pukulan-pukulan di pipi lelaki itu berulang kali hingga membuat lelaki itu tidak menyadarkan diri.

Naruto yang sudah tidak tahan melihat perbuatan bejat itu, segera menghampiri kedua lelaki jahat itu dan memukul mereka dengan balok kayu yang dia dapatkan saat dia berada dalam tempat persembunyian. Merasa dua lelaki itu tidak dapat melawan Naruto dan balok kayunya, mereka segera kabur. Meninggalkan Naruto bersama pria yang mereka pukuli.

Naruto yang merasa dua penjahat itu telah pergi kini bergegas mencari taksi untuk membawa lelaki terluka itu ke rumah sakit terdekat. Naruto mengabaikan pekerjaan yang seharusnya dia lamar hari ini. Nyawa orang yang bersama sekarang, lebih berharga dari pekerjaan yang Kiba tawarkan untuk dirinya walaupun pekerjaan itu juga sama berharganya.

"Tolong pak! Tolong cepat sedikit! Ada nyawa yang harus diselamatkan di sini!" Teriak Naruto panik pada supir taksi ketika Naruto sudah berada di dalam.

Supir taksi yang melihat salah satu penumpangnya yang berdarah membuat supir taksi itu menjadi panik, belum lagi Naruto yang memerintahkan supir taksi dengan panik membuat suasana semakin tidak karuan di dalam taksi. Tidak mau ada orang yang mati di dalam taksinya, supir itu segera menambahkan kecepatannya, mengabaikan segala peraturan lalu lintas yang selama ini dia taati. Sedangkan Naruto berusaha untuk membangunkan orang yang berada dekapan. Berharap lelaki yang bersamanya sekarang masih hidup dan dapat bertahan.

"Kau sadarlah." Naruto mengoyangkan pelan lelaki itu seraya menyadarkan pemuda itu dari pingsannya. "Kau dengar suaraku?" Naruto menepuk pelan pipi lelaki itu.

"Pak masih lama?" Tanya Naruto pada supir taksi yang sepertinya dari tadi belum juga sampai ke rumah sakit. "Tolong dipercepat lagi laju taksinya."

"Sebentar lagi tuan." Jawab supir taksi itu agak gugup. "Ini sudah yang paling cepat. Jika saya lebih cepat dari ini maka taksi ini akan di tilang oleh polisi."

Mendengar ucapan supir taksi membuat Naruto menjadi agak kasihan padanya. Kalau taksi ini ditilang maka dia harus mengendong lelaki ini sampai rumah sakit dan itu akan memerlukan waktu yang cukup lama dan bisa-bisa nyawa orang yang bersamanya tidak akan pernah dapat diselamatkan. Naruto menghela napas berat, membiarkannya berjalan begitu saja.

Naruto dapat melihat banyak darah yang keluar dari sudut bibir lelaki itu, belum lagi memar-memar yang mulai terlihat di wajah tampan lelaki itu. Naruto berusaha menghilangkan noda darah dari sudut bibir dan pelipis lelaki itu dengan sapu tangan miliknya seraya berusaha untuk membangunkan lelaki itu. Hingga akhirnya ucapan supir taksi membuat Naruto sedikit lega.

"Tuan, sudah sampai." Ucap supir taksi itu.

"Tolong bantu saya membawa lelaki ini sampai mendapatkan tandu." Tidak banyak bicara lagi, sopir taksi itu segera membantu Naruto membawa lelaki terluka itu hingga perawat membawakan tandu kehadapan mereka.

Lelaki yang penuh luka itu segera diberikan pertolongan pertama. Naruto segera membereskan urusannya dengan supir taksi dan berterima kasih banyak padanya karena telah membantunya lalu dia segera memyelesaikan urusan biaya rumah sakit yang ternyata memakan biaya hidupnya selama setengah bulan. Naruto yang dasarnya orang murah hati, tidak memusingkan hal itu sehingga Naruto membiarkan setengah uang penyambung hidupnya untuk membantu lelaki yang dia bawa. Naruto yang teringat dengan Kiba segera memberitahukan dan menjelaskan masalah yang Naruto hadapi melalui pesan singkat. Naruto akan ke tempat Kiba larut malam dikarenakan dia harus mengurusi beberapa urusan yang dia selesaikan di rumah sakit. Beruntung Kiba tidak bertanya lebih lanjut dengan masalahnya dan juga Kiba akan menunggunya hingga Naruto datang.

Naruto segera menemui dokter yang menangani lelaki itu dan mendengarkan segala penjelasan mengenai keadaan lelaki yang Naruto bawa. Setidaknya Naruto dapat bernapas lega karena lelaki itu tidak mengalami luka yang cukup serius, hanya luka luar bukan luka dalam. Setelah mendengar penjelasan dokter, Naruto bergegas menemui lelaki yang dia tolong, memeriksa keadaan lelaki itu.

Naruto memasuki ruangan dimana lelaki itu dirawat dan mendapati lelaki itu masih tertidur. Melihat kondisi yang sudah mulai membaik maka dia bisa meninggalkan lelaki itu di sini dan Naruto dapat segera pergi ke tempat kerja Kiba. Pihak rumah sakit sudah menghubungi pihak keluarga dari lelaki yang diketahui bernama Uchiha Sasuke. Untung saja lelaki itu memiliki identitas dirinya dan ponsel yang terdapat nomer keluarga yang dapat dihubungi. Naruto segera pergi meninggalkan Sasuke di dalam ruangannya dan berharap keluarganya segera datang menemuinya. Naruto pergi dari rumah sakit, sebelumnya dia berpesan pada dokter yang menolong Sasuke kalau jika ada yang bertanya tentang dirinya maka Naruto menyuruh dokter untuk berkata bahwa dia hanya orang lewat yang tidak tega dengan orang yang tergeletak di jalanan. Dokter menyanggupi permintaan Naruto dan setelah itu Naruto benar-benar pergi dari sana dan bergegas menuju tempat kerja Kiba.

.

.

.

Itachi baru saja akan pulang ke rumah setelah menyelesaikan pekerjaan kantornya yang sudah lama menumpuk. Maklum Itachi baru saja pulang dari liburannya selama dua minggu sehingga setelah dia kembali, dia harus segera membereskan pekerjaannya. Untung saja dia memiliki otak yang jenius sehingga dengan cepat pekerjaan yang menumpuk selama dua minggu dapat diselesaikan dengan mudah. Tetapi seharian ini, Itachi merasa tidak tenang selama dia bekerja. Tidak jarang dia melihat potret dirinya dan adiknya yang terjejer rapi bersama potret dirinya bersama ayah dan ibunya. Itachi memegang dadanya tetapi sesaat kemudian dia segera mengenyahkan perasaan khawatir yang menyerang dirinya dan tenggelam pada pekerjaannya. Baru saja Itachi akan melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya, sebuah panggilan membuatnya berhenti dan mengangkat panggilan tersebut.

"Selamat malam, dengan keluarga Sasuke?" Terdengar suara perempuan dari seberang sana—memastikan bahwa yang dia ajak bicara adalah orang yang tepat.

"Ya, saya dengan kakaknya, Ini dengan siapa?" Itachi kembali merasakan perasaan khawatir yang dia rasakan seharian ini.

"Saya dari pihak rumah sakit Konoha. Saya ingin memberitahukan bahwa adik anda yang bernama Sasuke mengalami kecelakaan dan kini sudah mendapatkan perawatan terbaik. Bisakah anda ke rumah sakit Konoha untuk memastikan keadaan adik anda?"

Tepat dugaan Itachi seharian ini, pasti ada sesuatu yang tidak beras yang akan terjadi pada Sasuke dan perasaan khawatir yang dia rasakan hari ini benar-benar menjadi kenyataan. Tanpa menjawab pertanyaan dari pihak rumah sakit, Itachi segera memutuskan sambungan dan bergegas menuju rumah sakit, tempat dimana Sasuke dirawat.

.

.

.

Mata Sasuke terbuka secara perlahan-lahan, berusaha menyesuaikan dengan sinar lampu ruangan dia berada. Matanya terbuka sepenuhnya dan melihat bahwa dia sudah bukan berada di gang sempit melainkan di sebuah ruangan dengan peralatan rumah sakit yang menancap pada tubuhnya. Sasuke tidak menyangka bahwa dia akan berada di rumah sakit dan dia bertanya-tanya siapa orang yang sudah bersedia membawanya ke rumah sakit. Sasuke meraba lukanya di wajah dan seketika dia merasakan rasa sakit yang lumayan. Dia bangkit dengan perlahan, berusaha duduk di ranjangnya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya seorang dokter yang baru saja masuk ke ruangan Sasuke berada. Dokter itu langsung memeriksa keadaan Sasuke.

"Lebih baik." Sasuke menjawabnya dengan singkat. "Sudah berapa lama aku berada di sini?"

Dokter melihat catatan yang dia bawa, "Sekitar dua jam kau berada di sini."

"Kapan aku dapat pulang?"

"Kemungkinan besok kau sudah bisa kembali pulang. Lukamu hanya luka luar, untung saja kau tidak mengalami luka dalam." Dokter itu tersenyum pada Sasuke, berusaha ramah walaupun pasien yang dihadapinya seperti tidak peduli dengan keberadaannya.

"Siapa yang membawaku kemari?" Tanya Sasuke yang penasaran dengan orang yang berbaik hati membawanya ke sini.

"Hanya orang lewat yang tidak tega melihatmu tergeletak di jalanan." Jawab dokter itu—sama seperti yang Naruto suruh.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku." Sasuke mendengus sebal saat dokter itu tidak memberikan jawaban yang dia inginkan.

Dokter itu tersenyum, "Istirahatlah, pihak rumah sakit sudah memberitahukan keadaanmu pada keluargamu." Setelah itu dokter itu pergi meninggalkan Sasuke sendirian di ruangannya.

"Bagaimana ciri fisiknya? Dia perempuan atau lelaki?" Tanya Sasuke ketika dokter itu sudah mencapai pintu keluar.

Dokter itu berhenti "Berambut pirang dan mempunyai tanda tiga garis di kedua pipinya. Dia seorang lelaki dan sepertinya dia rela meninggalkan sesuatu yang penting demi menolongmu." Jawab dokter itu seraya mengingat ciri fisik lelaki yang menolong Sasuke.

Dokter itu menghela napas ketika Sasuke mengacuhkannya setelah mendapatkan jawaban dari dirinya. Tidak ingin berlama-lama berada di ruangan yang sama dengan Sasuke, dokter itu segera pergi dari sana. Setelah kepergian dokter itu, Sasuke segera merebahkan dirinya ke kasur karena dia merasakan nyeri di wajahnya.

"Siapapun yang menolongku, aku pasti akan menemukanmu." Ucap Sasuke seraya menatap langit-langit ruangannya dan tersenyum.

Sasuke terus mengumamkan kalimat itu, "Aku akan menemukanmu." Mengucapnya berulang kali hingga menjadi sebuah mantra bagi Sasuke. Menemukan orang yang menolongnya adalah sesuatu yang menjadi tujuannya sekarang. Setidaknya hidupnya tidak akan terlalu buruk nantinya jika dia dapat bertemu dengan orang itu. Sasuke merasakan suatu keterikatan pada orang yang menolongnya.

Baru saja Sasuke akan beristirahat, pintu ruangannya terbuka dengan kasar dan menampakkan kakaknya dengan raut yang begitu khawatir. Itachi memeluk Sasuke dan mencari luka-luka yang berada di tubuh adiknya.

"Kau bisa membunuhku jika kau memelukku seperti ini." Ucap Sasuke datar seraya melepaskan pelukannya dari Itachi.

"Aku mengkhawatirkan adik kecilku ini. Mana yang sakit?" Tanya Itachi sambil memeriksa keadaan Sasuke.

"Dasar baka aniki! Kau malah membuat badanku semakin sakit." Sasuke menjauhkan kakaknya dengan memukul kepala

"Maaf, maaf, aku terlalu mengkhawatirkanmu. Katakan siapa yang melakukan ini padamu?"

"Entahlah, aku tidak terlalu memusingkannya. Paling hanya berandal yang ingin membalas dendamnya karena wanita mereka yang mengejar-ngejar diriku. sudah sana kau pergi. Aku ingin istirahat." Jawab Sasuke ketus seraya mengusir Itachi dari hadapannya.

Merasa adiknya ingin beristirahat membuat Itachi segera menyingkirkan dirinya dari ranjang Sasuke dan beralih pada sofa yang berada di ruangan ini. Melihat adiknya sudah tertidur pulas di ranjangnya. Itachi segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang dia butuhkan untuk situasi seperti ini.

"Cari tahu orang yang menyakiti adikku dan beri mereka rasa sakit yang tidak pernah mereka bayangkan." Perintah Itachi pada seseorang yang berada di seberang sambungan dan Itachi segera mematikan sambungan setelah dirinya memberikan perintah pada orang itu.

Itachi menghela napasnya pelan, ada rasa sakit ketika melihat adiknya terbaring di rumah sakit. Dia belum bisa menjadi kakak yang baik untuk Sasuke setelah kepergian orang tua mereka lima tahun yang lalu. Itachi masih belum bisa membawa Sasuke untuk tersenyum seutuhnya, Bahkan Itachi tahu bahwa Sasuke senang sekali mempermainkan wanita dan Itachi yakin ini adalah rasa pelampiasannya atas rasa sakit kehilangan ayah dan ibu mereka. Itachi berusaha untuk menjadi kakak yang baik walaupun Sasuke tidak menyukai sikapnya. Tapi setidaknya Itachi masih dapat bersama Sasuke, Seperti saat ini saat Sasuke terluka maka dia akan membalaskan semua luka yang diterima adiknya walaupun dia harus menghilangkan nyawa seseorang. Ini yang dapat dia berikan pada adiknya. Itachi dapat menjadi orang baik tetapi dia akan menjadi orang yang berbeda jika sudah menyangkut adiknya—keluarga satu-satunya yang dia punya. Itachi membaringkan tubuhnya di sofa, menanti kabar tentang nasib orang yang telah membuat Sasuke terluka.

.

.

.

Naruto sampai di tempat kerja Kiba dengan penuh perjuangan. Dari dia harus menolong orang sampai dia harus berlari untuk sampai di tempatnya sekarang. Dengan segera Naruto menemui Kiba yang nampaknya sudah menunggunya sejak lama. Saat memasuki tempat ini, Naruto harus membiasakan matanya karena lampu di tempat ini terlihat tidak begitu terang alias remang-remang. Naruto mencari keberadaan Kiba hingga dia menemukannya berada di sebuah meja di sudut tempat ini. Di tempat Kiba berada, dia melihat orang lain yang bersama sahabatnya itu. Segera Naruto menghampiri Kiba, menjabat tangan sahabatnya dan orang yang sedang bersamanya. Ternyata orang yang bersama Kiba adalah bos tempat ini. Naruto segera mengeluarkan syarat untuk mendapatkan kerja di sini setelah bos itu menyuruhnya untuk menyerahkan surat keterangan bahwa dia sehat.

"Bagus, kau tidak punya penyakit. Di sini aku tidak menerima orang yang mempunyai fisik yang lemah karena aku tidak butuh orang seperti itu." Pria yang diketahui bernama Shikamaru memeriksa surat keterangan Naruto.

"Sudah aku katakan, Naruto ini adalah orang yang sehat dan mempunyai semangat bekerja keras. Aku yakin kau tidak akan menyesal menerimanya." Timpal Kiba yang senang bahwa kemungkinan besar Naruto dapat bekerja dengan dirinya.

"Hm." Shikamaru segera meletakkan kertas itu.

"Bagaimana? Apakah aku diterima bekerja di sini?" Tanya Naruto hati-hati.

Kiba menatap Shikamaru dan memberikan tatapan yang tidak Naruto mengerti. Shikamaru yang ditatap seperti itu membuatnya menyenderkan punggungnya ke bangku.

"Karena Kiba yang menyarankanmu maka aku berharap kau seperti yang Kiba ucapkan padaku. Aku tidak ingin pelangganku kabur karena tingkahmu itu. Kerjamu cukup ringan, hanya menemani para pelanggan." Ucap Shikamaru pada Naruto. Ucapan Shikamaru terdengar ambigu di telinga Naruto.

"Apakah itu artinya aku diterima?" Naruto berharap besar bahwa dia akan diterima.

"Hm. Aku harap kau dapat bekerja sekarang. Kiba akan memberitahukan bagaimana cara kerja di sini." Shikamaru segera pergi setelah berbicara pada Naruto bahwa dia terima bekerja di tempatnya.

Naruto segera memeluk Kiba erat setelah tahu bahwa dia mendapatkan pekerjaan. Tidak sia-sia dia harus berlari menuju tempat ini. Pada akhirnya dia dapat menghasilkan uang dan membeli ponsel yang dia inginkan.

"Dengan begini, aku tidak akan melihatmu mengeluh." Kiba mengacungkan jempolnya.

Naruto menganggukan kepalanya, "Ya,pekerjaan ini akan membantu aku untuk menyambung hidupku."

Setelah itu Kiba segera memberitahukan sistem kerja di tempatnya. Perlu diketahui bahwa ternyata bahwa ini sebuah bar yang dimana para pelanggan dapat meminta seseorang untuk menemaninya, bukan menemani mereka dalam bentuk negatif. Hanya menemani mereka dan memberikan solusi pada masalah mereka. Tetapi Kiba mengingatkan Naruto bahwa tidak jarang pelanggan meminta lebih pada para pelayan mereka sehingga Naruto harus mempersiapkan diri untuk mempertahankan dirinya dari godaan para pelanggan yang ingin bermain nakal dengan para pelayan. Peringatan Kiba membuat Naruto agak bergedik ngeri mendengarnya, ternyata dibalik kemudahan pekerjaan terdapat bahaya yang mengintai. Naruto sudah mendapatkan pekerjaan ini sehingga dia tidak dapat mundur lagi.

Kiba memperkenalkan para pelayan yang berada di sini Ternyata pelayan di sini tidak terlalu banyak, hanya terdapat sembilan orang dan ditambah dirinya menjadi sepuluh orang. Naruto tidak terlalu mengingat nama mereka tetapi Naruto berusaha untuk bersikap baik dihadapan mereka. Host yang paling lama berada di sini adalah Neji. Pria berambut panjang itu adalah teman Shikamaru sehingga saat terbentuknya bar ini, Neji turut membantu Shikamaru.

Banyak sekali penjelasan yang diberikan Kiba pada Naruto hingga pada akhirnya Kiba menyuruh Naruto untuk mencari pelanggan pertamanya. Kiba akan memperhatikan Naruto dari meja bar. Naruto menganggukan kepalanya, menandakan bahwa dia mengerti yang diperintahkan Kiba.

Naruto segera mencari pelanggan dan tidak butuh lama, Naruto mendapatkan pelanggan berambut merah yang diketahui bernama Sasori, lelaki berambut merah itu menginginkan Naruto untuk menemaninya dan Naruto tersenyum lembut pada Sasori. Dengan segera, Sasori mengenggam tangan Naruto, membawa ke sebuah ruangan yang dia pesan. Sebelum Sasori dan Naruto meninggalkan tempatnya, Kiba memperingatkan Sasori untuk tidak terlalu memaksakan kehendaknya karena Kiba tahu tipe orang seperti Sasori. Sedangkan Sasori hanya menyeringai dan berlalu meninggalkan Kiba.

"Ck, aku harap Naruto dapat menjaga dirinya." Kiba memperhatikan Sasori yang membawa Naruto ke ruangan eksklusif yang disediakan bagi orang-orang berduit.

Tanpa Naruto sadari, ketika dia menolong Sasuke tadi maka terciptalah sebuah benang merah yang menyatu menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi takdir mereka berdua.

TBC