Title: Interstellar (Between the Stars)

Pairing: SasuNaru

Genre: Romance, friendship, slight!angst

Length: (?)

Summary: Naruto pergi ke tempat dimana Sasuke tak bisa menjangkaunya, namun ia telah menyiapkan sesuatu setiap tanggal anniversary mereka. Hanya saja, sampai kapan Sasuke akan bertahan?


.

Prolog

.

Sasuke menyetir mobilnya pulang ke apartemen dari bandara, sendirian. Kursi penumpang yang tadinya diisi oleh Naruto kini kosong. Tidak ada sekelebat rambut pirang yang mengganggu konsentrasinya menyetir, tidak ada yang menyetel musik rock dengan volume maksimal hingga membuat gendang telinga Sasuke hampir pecah. Tidak ada suara 'cklak cklak' tangan-tangan yang bermain tombol sabuk pengaman. Suasana sepi seperti ini malah membuat bulu Sasuke meremang.

Tak biasa memang. Sasuke telah menjalani 10 tahun hidupnya bersama Naruto dan segala keributan yang ia timbulkan. Di antara warna hitam dan abu-abu perabot di rumah Sasuke selalu ada warna oranye milik Naruto. Satu sepatu keds lusuh diantara sepatu pantofel resmi milik Sasuke. Serta satu almari penuh berisi cup ramen di dapurnya.

Karena sejak berusia 14 tahun hingga 24, Sasuke selalu menghirup udara yang sama dengan Naruto, namun sebentar lagi hal itu akan berubah. Naruto pergi dari sisi Sasuke. Meninggalkan ruang yang cukup lebar untuk Sasuke hingga mungkin ia bisa bernafas lebih banyak dari biasanya. Tapi tidak bernapas lega, justru lebih berat.

Ia tidak menyangka bahwa teman yang dikenalnya sejak smp itu kini akan pergi melintasi angkasa, ke luar dari zona bumi yang hijau ini (Sasuke yakin Naruto 100% gila). Ia tak tahu bahwa orang yang hampir tidak menggunakan otaknya untuk berpikir bisa kuliah di universitas yang sama dengannya, dan lulus setengah tahun mendahuluinya dan dengan besar kepalanya si pirang itu bercerita bahwa ia mendapat beasiswa ke MIT. Ia masih tidak percaya bahwa si pirang bodoh yang selalu menyalin pr nya saat SMA telah menjadi astronot NASA dan akan pergi ke dunia antah berantah di luar sana dua hari lagi.

Sudah terlambat jika Sasuke memutar balik mobilnya kembali ke bandara untuk mengalangi Naruto pergi. Sudah terlambat.

Namun dari segala list ketidakpercayaan Sasuke, yang paling ia tak percayai adalah…

Ia baru saja melepas kekasihnya untuk pergi ke luar angkasa. Ke tempat dimana hanya ada gelap, dan jauh dari aman (jauh dari Sasuke pula).

Sasuke adalah orang pertama yang tidak menyetujui kepergiannya. Mereka sempat bertengkar, adu mulut, dan Sasuke sempat berkata bahwa ia tidak ingin berpacaran dengan seorang astronot yang akan meninggalkannya sendirian di bumi. Tapi keduanya bagaikan tiang listrik yang susah dirobohkan.

Naruto sempat minggat dari apartemennya dan Sasuke, ia menginap di rumah sepupunya Gaara selama 2 minggu, sampai akhirnya ia pulang dan meminta maaf. Namun ia tak berubah pikiran.

Mereka pergi ke bandara pagi ini tak bicara sepatah kata pun. Sebagian hati Sasuke merasa bersalah karena telah menghalangi impian Naruto, namun di sisi lain ia masih tak ingin si pirang benar-benar harus hidup tanpa gravitasi dan makan makanan berbentuk seperti pasta gigi.

Sasuke tidak melihat lagi bagaimana wajah si pirang ketika ia mengusirnya keluar dari mobil setelah sampai di bandara, ia langsung tancap gas tanpa menoleh untuk yang terakhir kali (ia berharap tidak terakhir kalinya) kepada Naruto. Ia pikir dengan cara mendiamkannya, Naruto akan berubah pikiran. Namun semua itu salah. Telepon genggam yang ia harap berbunyi dengan nama Naruto tertera sebagai sender beserta sms permintaan maaf tak juga muncul. Tak ada tanda-tanda Naruto memberi kabar bahwa ia tidak jadi mengikuti ekspedisi ke planet-entah-apa-namanya dan lebih memilih pulang untuk makan malam bersama Sasuke.

Mobilnya masih melaju di jalan tol yang lurus tanpa hambatan, tapi Sasuke merasa ia sedang berjalan di gunung yang berliku tajam hingga mengguncangkan seluruh isi mobil. Beserta hatinya.

Naruto tidak akan kembali, setidaknya tidak dalam waktu dekat.

Pria itu akan berada sangat jauh dari Sasuke, bukan hanya sekedar kuliah di MIT.

Tidak ada sinyal, telepon genggam tidak berguna. Tidak ada jalan komunikasi―

Ciiiit

Sasuke mengerem mobilnya secara tiba-tiba, dan ia tersentak.

Sesuatu dengan duri tajam seperti nusuk dadanya, membuat lumpuh otot-ototnya. Bahkan sepersekian detik ia tak mampu mengenali lagi jalan tol yang terbentang lurus dihadapannya. Semua terlihat blur karena genangan air yang mulai menutupi pengelihatannya. Ia tahu bahwa ada pengaturan tertulis: dilarang berhenti di jalan tol, ia harus segera beranjak jika tak ingin ditilang oleh polisi. Namun kakinya terlalu lemas untuk menginjak pedal gas.

Ia membuka dashboard mobil, lalu mencari secarik amplop yang ia tahu Naruto telah meletakkannya di tempat itu. Sebelum si pirang itu keluar dari mobil, ia sempat mendengar Naruto bertaka 'baca setelah sampai di rumah' dan 'jangan kawatir' serta 'anniversary kita'.

Ketemu, amplop berwarna putih tulang membungkus rapi selembar kertas berwarna sama. Sasuke diam ketika membacanya. Tulisan tangan Naruto yang seperti cakar ayam terpahat di sana, hanya singkat. Beberapa baris, tidak penuh. Tapi beberapa baris tersebut mampu memecah tangis bisu Sasuke. Sampai-sampai ia tak sadar bahwa kaca mobilnya digedor oleh seorang polisi dari luar.

.

Ketika kau membaca ini, kau sudah tidak melihat wajah jelekku lagi.

Aku tahu kau marah Sasuke, maaf. Tapi ekspedisi ini adalah keinginanku sejak aku berada dalam perut ibuku (oke aku berlebihan).

Aku tak tahu kau akan memaafkanku atau tidak, tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk mengejar impianku.

Aku akan selalu mencintaimu, Sasuke. Meski sudah bukan jarak lagi yang terbentang diantara kita.

Aku tidak akan ada saat anniversary, tapi jangan khawatir. Aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu!

Aku harap kau baik-baik saja, aku akan sangat merindukanmu.

.

.

.

.

P.S. apa aku sudah bilang bahwa kau adalah impianku?

P.S.S. maka aku akan selalu mengejarmu

P.S.S.S. I love you

.


a/n

terimakasih sudah membaca! Sebenarnya saya berniat mempublish fic ini setelah unas, tapi karena tangan saya benar-benar gatal, jadilah. Review dan kritik sangat diharapkan, semoga kalian suka dengan prolognya. Chapter selanjutnya akan dipublish setelah unas, (tapi tidak langsung yaa) maaf jika saya terkesan php.

Sedikit curhat, maaf, karena saya benar-benar sedang galau. Sebenarnya, saya menulis ini dengan tanda tanya besar di kepala. Fandom kedua saya setelah Naruto sedang kacau, semua author deactive karena plagiarism dan repost. Saya benar-benar sedih ketika melihat mereka deactive satupersatu. Memang, plagiarism sangat menyebalkan, karya yang sudah kita buat susah payah diplagiat oleh manusia brengsek yang seenaknya sendiri. Tapi untuk deactive, perlukah?

Saya memang tidak pernah diplagiat dan sebagainya, soalnya fic saya biasa-biasa saja hingga tidak mengundang orang untuk plagiat. Mungkin karena saya tidak tahu bagaimana rasanya diplagiat yg sebenarnya, makanya terbersit rasa kecewa dan menganggap author tsb sedikit kekanakan?

Ah, ya sudahlah… semoga tidak ada lagi kasus pagiat-plagiatan hingga merugikan banyak orang seperti itu.

See ya!