summary
Elli baru saja melamar pekerjaan di klinik tempat Dokter Trent berkerja. Untuk tes masuk, Elli diharuskan membuat satu obat. Tapi, ada sedikit kesalahan besar yang ia lakukan. Elli seharusnya tau kalau racikan asal yang barusan ia buat... telah menghasilkan sebuah obat yang mengerikan.
.
.
Di ruang kerjanya, seorang dokter ternama di Mineral Town menghela nafas yang lumayan panjang. Dia hentikan terlebih dulu kegiatan tulis-menulisnya di sebuah map, lalu ia pejamkan matanya rapat-rapat. Tampaknya dokter yang bernama asli Trent Hoolder [1] itu sedang mengalami titik puncak terlelahnya.
Ya, memang. Sudah tiga hari dua malam ini ia tidak tidur akibat tugasnya yang menumpuk. Telebih lagi, Manna, seorang suster yang dari dulu selalu menjadi asistennya kini lebih memilih untuk membantu usaha suaminya di Aja Winnery.
Otomatis, perkerjaan sang dokter bertambah. Setiap pagi, ia harus meneliti tumbuhan-tumbuhan herbal, membuat catatan resep obat, meracik, melayani segala keluhan pasien, dan lain-lain. Tentunya semua harus ia lakukan sendiri.
Sebenarnya, Dokter Trent sudah membuka lowongan pekerjaan. Bahkan selembarannya sudah tertempel di mading Town Hall. Tapi entahlah. Sampai sekarang belum ada satu pun orang yang melamar pekerjaan.
Setelah selesai menulis sebuah laporan pasien di meja kerjanya, segeralah ia menabrakkan punggungnya yang sudah kaku itu ke sandaran kursi hitamnya. Dia pejamkan matanya sebentar, lalu menghela nafasnya panjang-panjang.
Mengingat ia sudah bergadang sampai jam 04.00 pagi, ingin rasanya ia tidur sekarang juga. Di sini. Dan jangan harap ia akan bangun pagi. Karena dokter berusia 25 tahun itu ingin tidur dalam jangka waktu yang lama.
Jika ada salah satu pasien yang datang di jam 09.00—waktu di mana kliniknya dibuka—jangan salahkan ia apabila masih tertidur lelap di meja kerja.
Namun ketika dirinya sudah nyaris terlelap, ada hal yang mengagetkannya.
Tok tok tok.
"Permisi, apa klinik masih buka?"
Terdengar suara seorang wanita dari luar.
Tok tok tok.
"Permisi..."
Lagi, dan lagi. Padahal klinik belum buka, tapi kenapa sudah ada orang yang datang di subuh-subuh seperti ini?
Dokter umum itu segera menggeram kesal di tempatnya terduduk. Ia majukan badan, lalu menaruh kepalanya ke persilangan tangannya yang sudah ditaruhnya di meja. Tak lupa, ada dua telapak tangan yang telah menutupi masing-masing dari telinganya.
Ia ingin tidur.
Ia mau istirahat.
Ia butuh ketenangan.
"Permisi... aku mau melamar pekerjaan."
Mendengar itu, kedua kelopak mata dokter yang berat itu pun langsung terbuka
.
.
.
MY—MEDICINE
Harvest Moon by Natsume
AR—Alternate Reality
Pieree Present...
(Trent Holdeer—Elli Watson)
.
.
one of ...
-suster baru-
.
.
Sekarang situasi sudah sedikit berbeda. Di depan meja kerja Dokter Trent, ada seorang wanita yang terduduk manis di depannya. Wanita yang mengaku bernama Elli itu sedikit menunduk dan menggigit bibirnya. Lain dari gerak-geriknya yang malu-malu, Dokter Trent hanya memasang wajah stoic-nya. Kedua tangannya ia lipat di dada, dan tanpa berkedip ia terus memandangi Elli.
"Jadi... kau benar-benar ingin berkerja di sini?"
"Mm, ya..."
"Sebagai suster?"
Elli mengangguk.
"Kenapa kau ingin jadi suster?"
Wanita itu menatap kedua matanya. Tak lama, ia memalingkan wajah sembari menjawab pelan. "A-Apa ini wawancara kerja?"
"Bisa dibilang seperti itu..."
Elli menekan dadanya—tempat di mana jantungnya berada. "Aku gugup."
Sang dokter menahan nafas. Ingin rasanya ia mengeluarkan segala rutukan dari seorang calon suster yang telah banyak membuat waktunya terulur seperti ini.
"Jawab saja sebisamu."
"Ehm, ma-maaf." Ia pun menggigit bibir bawahnya. Ia terdiam. Dilihat dari kedua matanya yang bergerak ke arah kanan dan kiri, dapat dipastikan kalau ia sedang berpikir keras. "Aku ingin menjadi suster... karena ingin mengobati orang yang sakit..."
"Lalu?"
"Sepertinya hanya itu."
"Jadi kau tidak perlu digaji, hn?"
"E-Eh... te-tentu aku butuh. Aku kan juga berkerja..."
"Berarti kau harus menambahkan 'ingin mencari uang' untuk alasanmu yang tadi."
"Iya..."
Elli sedikit menunduk. Rasanya memang sulit agar dapat berbicara dengan seorang pria tanpa ekspresi yang sudah sering menjadi buah bibir dari penduduk kota.
"Lalu, sebutkan apa kebisaanmu?"
"Ah... apa, ya?" Elli berbisik. Sangat pelan, bahkan nyaris tak bisa didengar oleh Dokter Trent—tapi memang itu tujuannya. "Aku bisa membantu mengambilkan sesuatu barang yang kau butuhkan." Jawabnya, mantap.
"Terus?"
"Aku juga bisa... meracik obat."
"Itu poin utamanya. Kalau kau bisa meracik obat, tentunya kau bisa sangat berguna di tempat ini." Tanpa bicara banyak lagi, dokter yang masih mengenakan jas besar berwarna putih itu segera berdiri. Elli sedikit heran melihat sang dokter yang seakan-akan mau pergi menjauhinya. Karenanya, Elli ikutan berdiri. Helaian cokelat dari rambut pendeknya sedikit terayun ketika ia mengikuti langkah Dokter Trent.
"Jadi... apakah aku sudah diterima di sini, Dokter?"
Langkahnya pun terhenti. Elli ikut berhenti.
Dokter berambut hitam pekat itu menoleh. Menatap kedua mata brownies-nya yang sedang mengharapkan jawaban 'iya' darinya. "Belum. Siapa bilang kau sudah diterima?"
Setitik rasa kecewa tersirat dari ekspresi cantiknya.
"Lalu... kenapa Dokter pergi begitu saja—?"
"Aku mau tidur." Selanya. Dia langkahkan kakinya kembali untuk mencapai tangga. "Lebih baik sekarang kau pulang dan temui aku besok."
"Tapi..."
"Diamlah dulu. Biar aku menyelesaikan ucapanku."
Suara itu membuat Elli menelan ludah. Kemudian ia mengangguk patuh.
Karena tidak kuasa lagi menahan lelah di tubuhnya, dokter tersebut segera menyandarkan pundaknya ke dinding sebelah tangga dan berputar untuk kembali menatap calon suster barunya itu.
"Kalau mau cepat-cepat kuterima, kau ke meja resepsionis di sana..." Jari telunjuk Dokter Trent mengarah ke sebuah meja panjang yang berada di hadapan lemari-lemari obat. "Raciklah sebuah obat. Terserah mau obat apa. Jika obat-obat buatanmu kucek dan hasilnya pas... kau langsung kuterima." Ia balikan lagi tubuhnya dan lanjut menaiki anak tangga—ingin ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Dengan semangat pun Elli langsung mengangguk pasti. Wajahnya berseri-seri. "Terima kasih, Dokter! Aku, Elli Watson, siap membantumu!"
Tampaknya Elli sudah melupakan sifat malu-malunya terhadap sang dokter tampan itu. Lagi pula, toh, memang itulah sifat aslinya.
Dalam hati, Dokter Trent bergumam malas. Padahal wanita itu belum diterima olehnya.
Kenapa dia percaya diri sekali?
Tapi yang keluar dari mulut pria itu hanyalah sebuah dengusan geli. "Ya. Aku Trent Hoolder. Selamat berkerja."
Dan kemudian sang dokter pun menghilang dari tikungan tangga.
.
.
see you
.
.
my note
[1] Dr Trent itu nama asli dari Doctor di HM: BTN. Aku ngga tau sih itu official atau ngga. Tapi kayaknya sih iya. Anw, nama marga Trent 'Hoolder' dan Elli 'Watson' itu murni karanganku. Supaya fict ini bisa terkesan real aja.
Haha, ini fict ratem pertamaku di fandom ini. Aku suka banget sama Dr Trent/Elli. Mereka itu salah satu pairing fave-ku di Harvest Moon. Bahkan pas aku jadi chara cowok di HM: BTN, aku sampe turut bahagia pas si Dr Trent itu nikah sama Elli. Hehe.
Oh, iya. Semoga kalian juga suka ya sama fict ini...
.
.
warm regards,
Pieree...
