BUSY

Kim Namjoon x Kim Seokjin

BxB | AU | T

.

.

If you don't like, step back please.

Typo? Other half of me.

.

.

"Masih sibuk?"

Seokjin merapatkan tubuhnya ke sandaran kursi kerja Namjoon, jemarinya reflex meremas pundak Namjoon. Memberikan pijatan yang membuat Namjoon merasa lebih rileks. "Sebentar lagi sayang." Sahutannya sambil meremas salah satu jemari tangan Seokjin, setelahnya kembali bekerja.

Kembali Seokjin merasa diduakan dengan pekerjaan. Ini semua bukan tanpa sebab, Namjoon benar-benar gila kerja sampai-sampai Seokjin harus mati-matian menahan egonya untuk mengurung Namjoon dikamar mereka, bergelung didalam selimut sambil mengobrol ringan hingga tertidur berpelukan.

Tidak seperti sekarang, Namjoon lebih asik dengan pekerjaan. Berangkat pagi buta tanpa sarapan, pulang malam tanpa mencicipi masakan Seokjin, dan berakhir dengan ia memasuki ruang kerja lalu tidur larut malam. Tidak ada Seokjin dalam jadwal hariannya akhir-akhir ini.

"Sayang? Kau melamun?"

Seokjin mengerjapkan matanya, menatap tidak mengerti pada rambut Namjoon. Karena hanya ini yang bisa ia lihat selama Namjoon bekerja membelakangi tubuhnya. "A-apa aku melamun?" Pertanyaan Seokjin sontak membuat Namjoon terkekeh, si manis hanya mengerutkan kening tidak mengerti. Mengapa pula Namjoon terkekeh, bukan menjawab pertanyaannya.

"Iya, kau melamun tadi."

"Tapi aku tidak melakukannya Namjoon."

Gemas.

Hal pertama yang ada dipikiran Namjoon saat mendengar nada suara Seokjin yang agak merajuk, meyakinkan Namjoon bahwa dirinya tidak melamun. Namjoon memutar kursi yang tengah ia duduki hingga kini menghadapa kearah Seokjin yang lebih tinggi darinya karena posisinya yang duduk dan Seokjin yang tengah berdiri canggung, karena ditatap Namjoon.

Sebelah tangan Namjoon meraup pinggang ramping Seokjin, menyamankan bokong Seokjin di pangkuannya. "Jadi, yang dinamakan tidak melamun itu adalah saat kekasih super tampanmu bertanya, namun hanya dijawab dengan gumaman-gumaman bernada kesal juga pijatan yang semakin lama terasa menyakitkan karena kau meremasnya bagaikan menyalurkan kekesalanmu sayangku." Seokjin terkejut mendengar penuturan Namjoon, tidak tahu bahwa saat ia berda dalam pikirannya, ia bisa berbuat seperti itu.

Seokjin bergerak gelisah di pangkuan Namjoon, wajahnya sedaritadi menunduk. Tidak berniat melirik kearah Namjoon, apalagi mendongak untuk menatap wajahnya. Namun Namjoon dengan menyebalkan mengapit dagunya, memaksa Seokjin untuk mengangkat wajah menatap Namjoon tepat di mata.

"Kau kesal padaku hyung?"

Mata Seokjin bergerak gelisah mencoba menghindar dari tatapan mematikan Namjoon, apakah ia harus mengeluarkan semua keluh kesahnya? Namun Seokjin sangat takut dipandang kekasih yang tidak pegertian dan mementingkan egonya diatas kesibukan Namjoon. "Tatap aku hyung." Dengan spontan Seokjin kembali menatap Namjoon dengan bibir yang ia gigiti. Namjoon menghela nafas, masih setia menunggu jawaban dari Seokjin.

Dengan keberanian penuh, Seokjin akhirnya membuka suara. "A-apa kau tidak menyadari bahwa kau sibuk akhir-akhir ini Joon? A-aku merasa kesepian," Seokjin menggantung jawabannya, tangan lentiknya kini turun memainkan kancing teratas kemeja Namjoon. "kau sedikit berbeda akhir-akhir ini. Lebih senang berkutat dengan pekerjaan dibandingkan bersamaku." Wajah seokjin memerah, ia benar-benar tidak menyangka bisa menyelesaikan kalimatnya dengan baik. Terlampau malu, Seokjin memilih menyembunyikan wajahnya didada bidang Namjoon, mencari perlindungan disana.

Seokjin tidak mendapat sahutan dari Namjoon, ini membuatnya semakin cemas. Takut-takut Namjoon balik kesal padanya, menganggap dirinya kekasih yang tidak perhatian dan egois, persisi seperti yang ada didalam pikirannya. Namun, semua pendapat-pendapat tidak enak Seokjin seketika runtuh saat mendengar kekehan Namjoon.

Dengan wajah memerah Seokjin mendongak, memandang Namjoon dari balik poni yang menutupi matanya. Namjoon mengulurkan tangan menghalau poni yang menutupi bulat kecoklatan favoritnya itu, kemudian turun menyusuri lekuk mancung hidung Seokjin, yang kemudian berlama-lama mengelus juga mencubit pipi berisi Seokjin. Diakhiri dengan ibu jari yang menekan bibir bawah Seokjin yang merah natural dan tebal.

"Maafkan aku sayang. Tidak hanya kau yang tersiksa, akupun begitu." Namjoon memandangnya begitu lekat, "Aku sangat takut kau berpaling karena kesibukanku kahir-akhir ini. Maka dari itu, aku bekerja lebih banyak, agar cepat selesai dan setelahnya bisa menghabiskan waktu lebih banyak denganmu." Namjoon mengelus lehernya dengan sangat lembut, menekan lehernya pelan agar wajah Seokjin lebih mendekat, memberikan kecupan hangat dibibir. Membuat tubuh Seokjin bergetar yang dengan spontan meremas kemeja Namjoon, mencari pegangan yang membuat tubunya terasa rapuh hanya karena sentuhan kecil di bibir.

"Bodoh, mana bisa aku berpaling dengan mudah." Protes pertama Seokjin saat Namjoon melepas kecupan bibirnya ditambah pukulan ringan dibahu. Namjoon tertawa sekarang, lengannya semakin erat mengukung tubuh Seokjin dalam pangkuannya.

"Ketakutan bisa menghasilakn berbagai macam perkiraan sayang." Jemari besar Namjoon meremas lembut jari-jari Seokjin. Saling menyalurkan kehangatan yang sama-sama mereka rindukan. Seokjin tentu menikmati, namun raut wajahnya tidaklah baik. Menekuk seperti bebek, membuat Namjoon harus banyak-banyak mengelus dadanya.

Hanya ada satu cara untuk membuat mood Seokjin kembali baik selain makan. Aegyo 'gagal'nya adalah cara ampuh untuk membuat Soekjin tertawa. Jadi Namjoon berancang-ancang memperisapkan dirinya untuk ber-aegyo, yang kemudian beraegyeo dihadapan Seokjin sambil memebuat suaranya menjadi tercekat sambil berkata, "Maafkan aku sayang."

Sontak membuat Soekjin tertawa sambil memukul dada Namjoon, tangannya juga terangkat menutupi wajah Namjoon yang lebih terlihat seperti om-om mesum, bukan wajah menggemaskan seperti aegyo pada umunya, "Aku maafkan, dengan syarat kau berhenti bekerja dan tidur bersamaku sekarang."

"Dengan senang hati Princess."

.

.

.

END