я тебя люблю = i love you

.

.

Saint Petersburg, menjadi satu satunya tempat dimana sebuah rumah yang tampak didominasi oleh pekarangan penuh dengan kebun buah bunga dan sayur ini berada. Rumah ini terbilang sederhana, klasik, tapi mewah. Sesungging senyum merekah di sudut sudut bibirku mendapati kilatan embun di tiap helai daun pohon tomat yang tampak siap panen itu.

Mungkin lain kali aku akan membantu Mikoto-baa san di kebun. Pikirku hingga selanjutnya sepasang tangan kekar melingkar di sekitar leherku –yang tengah terduduk- dari belakang. Tangan besar yang biasa menyentuh dan menggenggamku lengkap dengan sebuah Rolex hitam obsidian melingkar di pergelangannya. Sadar atau tidak, hal kecil darinya yang seperti ini selalu membuatku tersenyum.

"Itachi-kun… sudah selesai?"

"sedikit lagi" pria itu turun mengecup puncak kepalaku pelan. Kudongakan pelan hanya untuk sekedar menatap wajah tersenyumnya dengan kacamata minus melapisi mata kelamnya.

"maaf tidak bisa menemanimu terlalu lama." Suara baritone itu terdengar lagi.

"aku mengerti, tidak apa apa." Kekehku pelan. Kini tanganku berpindah menggenggam jemarinya.

"sebenarnya setelah pekerjaanku selesai aku punya kejutan kecil untukmu."

Excited. Lantas aku berbalik segera menatapnya. "apa itu?"

"apa namanya kejutan jika dikatakan sekarang?"

Sejurus kemudian yang kulakukan hanya mengkerucutkan bibirku sementara pria ini tertawa kecil dan mencium bibirku kemudian.

.

.

.

Sesosok pria tampak baru saja berdiri di sekitar area bandara. Kacamata GUESS hitam dengan mantel yang sama hitamnya dikenakan begitu saja tanpa kancing merapatkan kain tebal itu. Titikan salju tampak mengapung riang dan perlahan jatuh begitu saja ke permukaan tanah Oblast Moskwa. Sosok dengan rambut blue black ber-style acak itu lebih memilih menenggelamkan pikirannya ke setiap jatuhan salju di balik jendela besar Sheremetyvo.

Ia selalu suka sekalipun benci salju. Selalu bisa melemparnya ke masa lalu yang tidak ia inginkan. Lamunan pria itu berlangsung tak begitu lama hingga ringtone acoustic dari musisi favoritenya mengganggu aktifitasnya.

"privet"

"Sasuke, kau dimana?" suara itu menembus speaker ponselnya. Pria bernama Sasuke itu menjauhkan ponselnya seraya menatap kea rah layar yang menunjukan called ID milik si penelfon, hanya memastikan. Karena ia sudah lama tak berbicara dengan orang ini, begitu lama.

"baka aniki" kata Sasuke. Sedikitnya ia cukup senang akhirnya kakak laki lakinya mau bersusah susah menjemputnya –menurut Sasuke- di sela sela kesibukannya. "dekat pintu keluar sebelah barat." Jawabnya pada akhirnya.

"aku akan meninggalkanmu kalau kau tak bawa apapun untukku, payah"

"berisik. Cepat aku kedinginan. Bye"

PIP

Sasuke menatap kembali layar ponselnya. Rasanya pria itu tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Akhirnya ia pulang hari ini.

.

.

.

"jadi…"

Hinata melirik pria di sebelahnya yang bersikap seperti 'jangan-ganggu-aku-bercinta-dengan-stir mobilku'.

Hinata merenggut pelan, bisa bisanya pria ini membuatnya senang dan kesal dalam satu waktu yang sama. Dan pada akhirnya Hinata meluruskan tangannya mencubit gemas lengan Itachi.

"AH! Yego bol'"

"kalau begitu katakana, kita akan kemana?" dan bersamaan dengan pertanyaan itu, Rolls Royce Phantom itu sudah terparkir rapi di belakang sebuah taxi.

"kesini" kata Itachi sambil melepaskan ikatan seat-beltnya dan keluar dari sana bersamaan dengan gadisnya yang masih diselubungi pertanyaaan 'kenapa ia membawanya ke airport?'

Tangannya tenggelam dibalik mantel abu-abu semi ungu kini berada dalam genggaman Itachi menuntun gadis itu ke dalam gedung sibuk tersebut. Lagipula percuma, kalaupun Hinata bertanya ia pasti akan disuguhi jawaban mengambang seperti sebelum sebelumnya. Dan seiring dengan itu, perasaan senangnya tentang 'kejutan' ini kian memudar. Pasti karena Itachi tak kunjung memberikan jawabn yang pasti.

Benar kan?

.

.

.

FLASHBACK

.

.

"teru teru bouzu, teru bouzu…

Ashita tenki ni shite o kure…"

Lantunan pelan nan lembut itu semakin terdengar jelas di telinga bocah laki laki berusia kira kira 7-8 tahun itu. Matanya mencari cari siapa orang bodoh yang menyanyi teru teru bozu di tengah cuaca bersalju begini?

"itsuka no yume no sora no yo ni…

Haretara kin no suzu ageyo…"

Onyxnya menangkap sosok yang tampak asyik bersenandung dengan sebuah sangkar berisi parkit putih di dalamnya tampak berjingkat-jingkat riang.

"teru teru bozu, teru bozu…"

"dasar bodoh"

Suara tersebut sontak menghentikan nyanyian kecilnya dan berbalik menoleh kea rah sumber suara hingga ditemukannya sosok pria ber-sweater abu abu lengkap dengan gloves dengan warna senada yang lebih gelap dan celana panjang hitam. Ia tidak tahu anak ini.

"menyanyi teru teru bozu itu harusnya saat hujan, bukan bersalju." Komentar anak itu lagi, sukses membuat anak gadis di depannya menggerutu.

"aku hanya bosan dengan salju. Terlalu dingin." Jawab gadis berambut pendek itu.

Tak mendengar jawaban, gadis itu lantas menatap laki laki itu lagi. Tanpa di duga laki laki tadi kini sudah berjalan mendekat dan duduk di hadapannya. Menatap lurus kea rah parkit kecil yang masih asyik melompat-lompat di dalam sangkarnya.

"teru teru bozu…" gumam laki laki itu bersenandung. Diam diam membuat gadis kecil itu tersenyum geli mendengar alunan kecil di bibir laki laki itu.

"teru bozu…" sahut gadis itu sambil membalas tatapan laki laki di hadapannya. Saling bertukar senyum jenaka.

"Ashita tenki ni shite o kure," seru mereka bersamaan. Dan terus menikmati waktu mereka hingga petang.

.

.

FLASHBACK OFF

.

.

.

Sasuke duduk di salah satu kursi tunggu sambil melepas kacamata yang sedari tadi betah menutupi onyx di matanya. Sesekali nafasnya menghembus kasar seraya melirik selingkar jam tangan di pergelangannya, tapi kegiatan itu terhenti ketika sosok pria yang ditunggunya sedari tadi kini berjalan beberapa langkah di hadapannya tampak sedang mencari cari, dan sosok lain yang kini ada di genggamannya bersamanya.

Pria itu adalah Itachi. Dan perempuannya tidak lain adalah Hinata.

Itachi tampak tersenyum menatap Sasuke yang kini sudah berdiri –sebagai tanda keberadaannya yang Itachi tak sadari-. Dan kini pria itu berjalan santai ke arahnya dan segera memeluk pria yang berstatus sebagai adiknya tersebut.

"aku heran apa yang membuatmu tak pernah pulang selama di jepang, memang pacarmu ada berapa sampai betah sekali?" gurau Itachi sukses membuat dengus geli Sasuke keluar.

Pandangan kedua kakak-beradik itu kini tertuju pada wanita di samping Itachi. Hinata sedari tadi hanya menunduk cemas. Apa yang dipikirkannya?

"ini Hinata?" Tanya Sasuke. Lebih tidak terdengar seperti pertanyaan.

"kau tak akan melupakan teman kecilmu, Sasuke."

Sasuke tampak mengulas senyum tipis dan mengelus puncak kepala Hinata. Bagaimana ia bisa tidak ingat bahkan rindu pada teman lamanya yang sedikit clumsy ini?

"apa kabar Hinata?" kata Sasuke basa basi. Hinata mengangguk tersenyum. Sebenarnya pertemuan kembali setelah lama sekali tidak bertemu, membuat keduanya canggung.

"untung kau pulang sekarang. Karena aku tak mau kau melewatkan acara pertunanganku dan Hinata-chan 5 hari lagi."

Untuk pertama kalinya perkataan Itachi saat itu semakin membuat kikuk mereka berdua. Menciptakan sayatan tak kasat mata di keduanya.

Hinata sudah tahu jelas tentang itu.

Dan Sasuke menjadi satu satunya yang terkejut disana.

.

.

.

Makan malam keluarga yang terbilang kecil kecilan itu sebagai perayaan bungsu Uchiha satu ini telah pulang. Bahkan Fugaku yang hampir melewatkan semua acara keluarga mau menyempatkan diri untuk ini. Tidak bisa ia sembunyikan semburat bangga di wajah kakunya kala melihat anak bungsunya kini tumbuh menjadi pria yang lebih dewasa dan tampan.

Hinata juga ada disana. Keluarga Uchiha tampak sudah amat terbiasa dengan keberadaannya. Mengingat ia adalah teman kecil Itachi dan Sasuke. Juga Hiashi Hyuuga yang merupakan sahabat karib Fugaku. Semuanya terasa normal. Namun tidak untuk Sasuke. Bahkan memikirkan Hinata kelak akan menjadi kakak ipar pun tak pernah.

.

Pagi pertama Sasuke.

Laki laki yang masih berantakan dengan wajah tidurnya kini memilih sedikit cuek dengan suasana rumah yang agak sepi. Kakinya membawa tubuh tegapnya ke arah dapur yang sepertinya menjadi sumber suara satu satunya di rumah ini kali ini.

"selamat pagi." Sapanya sambil menahan kuap –sesekali mengusap matanya-.

"pagi Sasuke-kun!" Mikoto lebih dulu menyapa. Sedangkan perempuan yang kini tampak akrab dengan ibunya kini hanya tersenyum biasa. Hinata.

"kenapa ada Hinata?" Tanya Sasuke heran.

"tentu saja untuk menemani okaa-san. Kau kan tidak tahu betapa bosannya aku saat Itachi dan otou-san sedang bekerja." Kini Mikoto menjawab sedikit merenggut. Menggantikan rasa tidak enak Hinata oleh pertanyaan itu.

"duduklah, kita sarapan dulu." Lagi lagi Mikoto berkata sambil menepuk pundak Hinata yang tengah melepas apronnya dan duduk di salah satu bangku. Sementara Mikoto kini keluar ruangan entah apa yang akan dilakukannya.

Ibu muda itu tak tahu sepeninggalnya kini suasana meja makan semakin canggung saja.

Tidak sampai Sasuke memulai untuk bicara.

"aku tidak tahu kau pacaran dengan Itachi"

"maaf… Sasuke-kun … aku tidak punya nomor ponsel Sasuke-kun waktu itu…" ujar Hinata sambil menatap Sasuke takut takut. "…dan lagi, aku kira… Sasuke-kun sudah lupa padaku."

"mana bisa aku lupa?" Sasuke tersenyum, tapi paras coolnya memang amat mempesona hingga tanpa sadar pipi Hinata memanas dengan sendirinya.

Dan sisa detik detik berikutnya diisi oleh kesunyian. Saling bertualang di alam pikiran masing masing, sekaligus berpikir keras apa yang akan dibicarakan sekarang. Mengingat Hinata bukanlah gadis cerewet seperti perempuan pada umumnya, dan Sasuke bukanlah orang yang terlalu pintar untuk membuka obrolan menyenangkan.

"ahh… deystvitel'no… Hinata, nanti tolong antarkan notebook Itachi ke kantor ya, sekalian bawakan kotak sarapan untuknya, ah… anak itu… padahal seingatku umurnya masih muda tapi gampang pikun!" gerutu Mikoto yang kini tengah sibuk menata piring-piring lodor berisi makan pagi dan berlanjut dengan menyiapkan kotak makan untuk Itachi. "ah iya ada Sasuke… Sasuke-kun nanti antar Hinata ya?" tawar Mikoto dijawab oleh gumaman setuju Sasuke.

.

.

.

Sesuai dengan persetujuan, Sasuke akan mengantar Hinata ke kantor pusat Uchiha. Dan untuk itulah kedua remaja tersebut kini berada dalam satu mobil. Dan semua terasa lengkap.

Ya, lengkap. Si laki laki tampak berwajar datar namun sebal setengah mati. Si perempuan tampak gelagapan dan sudah ke 42 kali meminta maaf. Keduanya menatap ke depan dan menemukan gerbang besar bertuliskan 'selamat jalan, semoga perjalanan anda menyenangkan' berikut dengan tulisan 'Saint Petersburg' dibawahnya. Bukankah itu berarti mereka di perbatasan kota?

"kau ini…"

"maaf… aku…"

"Hinata… aku yakin betul kau sudah cukup lama pacaran dengan Itachi dan bahkan tak tahu tempat kerjanya!" Sasuke tampak frustasi dan menyenderkan kepalanya di stir mobil. Hinata memang nyaris tidak pernah mengunjungi Itachi di tempat kerjanya atas permintaan Itachi sendiri. Dan lagi jikapun mereka bisa menelpon Itachi maka sedari tadi mereka lakukan hanya demi menanyakan letak kantor kebanggaan Uchiha ini, hanya saja sepertinya Itachi sedang sibuk sampai tidak menjawab teleponnya.

"ka… kalau gitu kita coba lagi… siapa tahu kali ini benar." Kata Hinata berusaha menenangkan Sasuke. Sedangkan yang di ajak bicara tampak melirik Hinata, menatap dengan pandangan seakan berbicara 'yakin?' atau 'apa aku bisa mempercayaimu?'

"Sa-Sasuke-kun… coba dulu saja…" rajuk Hinata tak sabar. Ia lebih mengkhawatirkan Itachi kini.

"hahh…. Ne, ne…" Sasuke mendengus kesal, sementara di sebelahnya Hinata terkikik pelan.

"dari bundaran disana, kita ke kanan." Ujar Hinata sambil menunjuk. Bersamaan dengan berputarnya roda Maybach merah tersebut, dering ponsel Sasuke terdengar nyaring dari saku celananya.

"halo?"

'halo Sasuke? Tadi kau menelpon?'

"ya aniki, aku dan Hinata akan kesana. Tapi aku tidak tahu jalan menuju kantor."

'oh, mudah saja. Dari bundaran yang ada air mancurnya belok saja ke kiri.' Segera setelah jawaban itu, Sasuke segera melancarkan death-glarenya ke arah Hinata. Dan detik itu juga Hinata tahu lagi lagi ia salah.

"maaf…" lagi lagi Hinata mengatakannya.

"kau harus mentraktirku setelah ini…"

.

.

.

Itachi tampak duduk seraya mengurut pelipisnya sesekali. Raut wajahnya jelas menampakan kesan kusut, tentu karena setumpuk pekerjaan yang digelutinya sebagai direktur perusahaan. Jika dipikir lagi, Itachi terlalu muda untuk menjadi pemegang kendali salah satu perusahaan raksasa –di bidang pariwisata- di Rusia.

"Uchiha-sama" sosok berambut cepol burgundy tersebut meletakan segelas fizz di meja kerja Itachi. Namanya Sherry, sekertaris yang juga merupakan asisten kepercayaan Fugaku yang kini bekerja untuk Itachi.

"terima kasih" kata Itachi. "kau boleh istirahat, Sherry"

Dan segera Sherry mengangguk dan keluar dari ruangan yang terbilang cukup luas di dominasi wangi oak tersebut. Bagaimanapun ruangan ini memang sangat nyaman dengan hawa tenang dan klasiknya.

Tepat saat Sherry akan keluar dan saat itu juga Sasuke dan Hinata muncul di balik pintu.

"dabroi utra, Hyuuga-sama, Uchiha-sama."

.

.

.

Dan begitulah kini kira kira suasana ruangan sang direktur perusahaan. Wajahnya tampak berseri seri dan lebih segar saat kedua orang itu datang. Adiknya, Sasuke Uchiha dan Pacarnya, Hinata Hyuuga. Walaupun ia harus mengenyampingkan macam macam rencana di kepalanya hanya untuk sekedar menghabiskan waktu bersama mereka –karena alas an pekerjaan.

"Itachi-kun sedang sibuk ya?" Tanya Hinata.

"yah, begitulah… kurasa aku akan mengambil hari libur setelah pekerjaanku selesai." Jawab pria berumur 28 tahun tersebut seraya mengecup kening Hinata sayang.

"okaa-san menitipkan ini padaku" Sasuke berkata sambil menyodorkan sekotak sarapan di balut kantong plastic.

"ah, terima kasih adik payah" Itachi terkekeh pelan atas rasa perhatian Sasuke –begitulah menurut Itachi-. "aku akan kembali bekerja setelah ini, maaf ya… akhir akhir ini omset perusahaan sedikit turun. Aku harus bekerja lebih keras" ujarnya lagi.

"Sasuke, kau jaga Hinata selama aku bekerja ya."

"aku bukan pengasuh." Jawab Sasuke sekenanya.

"bodoh, temani saja dia atau kupukul kau."

"ancaman macam apa itu" Sasuke mendengus pelan sambil menyelipkan kedua tangannya di saku celana.

"sudahlah, aku harus kerja lagi." Kata Itachi, matanya mengerling ke arah Hinata sambil mencium –sekali lagi- kening Hinata.

"fighting!" bisik Hinata sambil menepuk pelan pipi tirus kekasihnya. Itachi menjawabnya dengan senyum.

Hinata berkali kali mencuri pandang kea rah Sasuke yang kelihatan sok cool itu. Dasar, mentang mentang dia adalah Uchiha, begitu? Piker Hinata. Lihat saja, kaos oblong hitam jelas memperlihatkan sedikit otot tangannya, gelang manik2 kecolatan di pergelangan kirinya dan jam tangan hitam di pergelangan kanan, jeans belel yang seharusnya sudah bisa di sulap jadi lap pel, sneakers putih, kacamata hitam dan topi hitam-hijau bertulis 'NEUDACHNIK' yang berkesan sembrono, belum lagi chupa-chup semangka yang sedari tadi terperangkap di bibir tipisnya.

Dari manapun stylenya ini jauh dari kesan Uchiha yang penuh dengan kesan resmi.

"kenapa lihat lihat? Mau?" Hinata rasa pria yang baru saja ia komentari dalam hati ini baru saja menawarkan permen. Hinata menggeleng pelan. Tapi keterkejutannya terasa kentara di wajahnya saat sebuah benda yang basah lengket menempel di bibir peachnya.

"tuh"

Sasuke baru saja menabrakan lollipop favoritnya di bibir sahabat kecilnya.

Tunggu… bukankah ini permen yang sama yang sedari tadi Sasuke kulum?

"e-eh… Sasuke-kun ini kan punyamu!"

"buatmu" kata Sasuke cuek dan berjalan mendahului Hinata. Sedangkan gadis itu kini… mungkin malu sampai sampai chubby kembarnya merona.

b-bodoh… bukankah… ini sama saja… ciuman secara tidak langsung?

Hinata menggeleng keras sambil berlari kecil menyamai langkah Sasuke sesekali menjilat lollipop pemberian Sasuke. Dibalik gaya Sasuke yang messy, setidaknya sikap 'manis tiba tiba'nya tidak berubah sejak dulu, dan itu mungkin yang membuat senyum geli di bibir Hinata tampak saat ini.

.

.

.

TBC

Author's note :

seribu maaaafffff~~~ kalau pada akhirnya saya angkat tangan sama 'Code Name : Violet Thief' T^T sebenernya awal awal excited banget tumben otak ini encer sekali bisa mikir konsep yang begitu, dan pada akhirnya pemirsah... saya memang tidak bisa jauh jauh dari tema cinta-cintaan.

jadilah aku publish FF dengan judul yang sulit dibaca ini hahahaha *w*)/ (bukan berarti Violet Thief tidak akan di teruskan)

aku ini tipe orang yang suka sekali belajar bahasa asing mulai tertarik sama bahasa rusia tapi ternyata susah banget ya

yang review, Violet Thief dan Someday We Will terima kasih banyak^^ semoga suka sama karya saya yang sekedarnya hihi~

BIGBIG THANKS TO

, cho, bhitychan, ocha chan, permanentt, Hok-ka-ge, and Guest (from Code Name : Violet Thief)

TheHandsomeManjedi, FP GUDANG FANFIC SasuHina-Indo, indigohimeSNH, and Guest (from Someday We Will)

nb : Someday We Will memang sengaja dibuat ending ngegantung :p kkk~

sampai jumpa di chapter depan^^