Naruto © Masashi Kishimoto
Pair: SasuNaru
Rated: T
Genre: Romance
Warnings: typo(s), AU
Sorry if there are similarities in the name of the character and story ideas
.
-SG-
.
Dihari Minggu yang tenang, terlihat dua orang pemuda tampan dan manis sedang duduk disofa perpaduan warna biru donker dan oranye dengan mesranya. Eh? Mesra? Sepertinya tidak. Pemuda tampan berambut biru donker sedang memangku laptop—mengerjakan sesuatu—, sedangkan pemuda manis berambut kuning terlihat memanyunkan bibirnya—ngambek.
"Temeee~!" err... Sepertinya pembuka cerita harus diganti. Bukan hari Minggu yang tenang, melainkan sedikit tenang—atau tidak sama sekali?
"Temee! Jangan acuhkan aku! Apa pekerjaan itu lebih penting daripada aku?!"
"Hn,"
"Teme jahat! Jangan harap aku akan berbicara lagi padamu!"
"Takkan terjadi, Dobe. 5 menit—tidak. Tak sampai 1 menit lagi kau akan kembali bercuap," jawab Teme dengan tenang dan tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa melihat si Dobe.
"Temeee~!" pemuda manis itu makin memajukan bibirnya. Ia memutar otaknya—memikirkan cara agar sang Teme tak mengacuhkan dirinya. Dan tak sia-sia hasilnya. Ia mendapat ide cemerlang—menurutnya.
"Temee~ kau tahu tidak? Aku itu sayang padamu,"
"Aku juga," menjawab sih... Tapi matanya tetap saja mengarah ke laptop, bukan ke si Dobe.
"Teme, kau tahu tidak? Kalau aku cinta padamu,"
"Aku juga," tetap mengerjakan.
"Aku juga tak akan bisa hidup tanpamu,"
"Aku juga,"
"Kalau aku mati duluan, bagaimana denganmu, Teme?"
"Aku juga akan mati,"
Lalu hening. Hanya terdengar suara keyboard dari laptop yang dipangku Teme. Sementara Dobe Terlihat mengerutkan keningnya—berfikir kembali agar sang Teme tercinta mau melihatnya. Tak lama, matanya berbinar senang—menandakan ia mendapat ide.
"Teme, kau tahu? Sebenarnya aku sudah bosan denganmu. Dan aku ingin putus sekarang juga,"
"Aku jug—apa kau bilang?!"
'Yes! Berhasil!' Dobe senang karena sang Teme melihatnya sekarang—menghentikan pekerjaannya.
"Kubilang, aku ingin putus denganmu, Sasu-Teme,"
"Coba katakan sekali lagi, Naru-Dobe," perintahnya.
"Aku tahu kau tidak tuli, Teme. Aku ingin putus darimu,"
"Hn. Berani sekali kau bilang putus, Dobe," kata Teme dengan aura mematikan—yang sayangnya tidak disadari Dobe. Dengan cepat ia menyimpan pekerjaannya, dan mematikan laptop.
"Aku serius, Tem—mpphh!"
"Masih berani kau katakan itu, Dobe?"
'Bodoh! A-aku tak menyadari auranya daritadi. Aku akan mati!'
"Ehehe... Te-tentu saja tidak, Teme. Aku cinta padamu kok..,"
"Terlambat, Dobe. Kau dapat hukuman," dengan mudahnya Teme menggendong Dobe dipundak layaknya karung beras.
"Te-Teme! Turunkan aku!"
PLAK!
"A-aduh! Jangan pukul pantatku, Teme mesum!"
"Tapi kau nakal, Dobe. Dan anak nakal harus dihukum," kembali terdengar suara 'PLAK!', teriakan, dan disusul dengan suara bantingan pintu serta suara pintu dikunci.
"Hari ini kau tak akan selamat, Dobe,"
"Kyaaa! Maafkan aku, Tem—mmph!"
Yah... Selanjutkan kalian tahu apa yang terjadi. 'This and That' dimulai. Dan hari Minggu ini menjadi sangat tidak tenang. Dan tetangga mereka pun harus menyiapkan puluhan tissue untuk membersihkan hidung mereka yang akan mengalirkan cairan merah. Dan apa perlu dijelaskan apa yang mereka lakukan? Sepertinya tidak. Kalau dilanjutkan fic ini akan berubah rating.
Yah... Hari Minggu yang indah.
.
-SG-
.
-FIN(?)-
