Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rated : T

Warning : ancur GaJe, OOC, DLL

Pairing: Sasuke, Sakura, Gaara, Sasori


Tragedy Ramen

Lapangan sekolah Konoha High School sudah dipadati calon murid. Mereka berbaris tertib siap mengikuti upacara tahun ajaran baru.

Beberapa orang senior tampak mondar-mandir mengatur barisan dan ketika barisan sudah mulai berhasil dibentuk, mereka segera kembali ke posisi masing-masing untuk memulai upacara.

Seminggu ini aka nada penataran wajib bagi para murid baru Konoha High School.

Sakura yang terlambat lima meniit berlari-lari panic dari kejauhan, dia merunduk di antara barisan teman-temannya untuk menghindari pandangan mata para senior.

Sakura mengendap-endap di barisan tengah dan ketika dia sudah ingin menyelinap masuk ke dalam barisan terdengarlah sebuah teguran bernada sinis.

"HEH, kau telat ya?"

DEEG.

Sakura merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak dan ketika dia menolah, tampaklah seorang laki-laki yang wajah tampannya sedang dibuat segalak mungkin.

"I…Iya, Senpai!" jawab Sakura sambil nyengir.

"Kalo giti, cepat berdiri di depan barisan sampai upacara selesai!" bantak laki-laki itu.

"Tapi kan upacaranya belum dimulai, Senpai!" Sakura mencoba protes, setelah dengan suksesnya laki-laki di depannya itu membuyarkan segala keterpanaannya.

"Upacara udah mau mulai. Sasuke, ambil posisimu dan kamu…," sela seorang yang tiba-tiba datang sambil menunjuk Sakura. DEG! Dia kan Sasori, sang ketua murid?

Pandangan teduh mata Sasori segera menyapu wajah Sakura, ada keterkejutan pada wajah tampan itu tapi hanya sekilas, karena yang berikutnya terdengar adalah, "Kau terlambat, cepat berdiri di depan baarisan!" cetusnya galak.

Uhk. Sakura menggerutu dalam hati sambil menatap enggan ke arah depan barisan. Bikin malu aja, baru hari pertama sudah kena hukuman.

"Heh, tunggu apa lagi. Cepat bergerak!" seru laki-laki di sebelah Sasori itu bengis.

"Matte, lagi mikir!" sahut Sakura kesal lalu berlari ke arah depan barisan itu. Galak banget tuh cowok, ganteng-ganteng galak banget.

Panas matahari pagi segera membakar kulit Sakura.

Sakura sudah menyukai Sasori sejak dia duduk di kelas 2 Junior High School.

Tak terasa upacara cepat berakhir dan Sakura masih terpesona memandangi Sasori-nya sampai seseorang menegurnya dengan nada galak.

"Namamu siapa? Kelas mana?"

Cowok yang tadi, kalau tidak salah Sasori menyebut namanya Sasuke.

"Memangnya nama dan kelasku mau dibuat apa?" Tanya Sakura ketus, sekilas watak penentangnya tampak.

"Dengar ya. Kau terlambat dan aku butuh nama dan kelasmu buat dijadiin bahan pertimbangan perlombaan antar kelas nanti," sahut cowok itu tidak kalah dingin.

"Haruno Sakura. Kelas cosmo," jawab Sakura semakin ketus.

"Kelas cosmo?" ulang cowok itu gusar. "Aku wali kelas Cosmo, kau ini memalukan saja, aku akan menghukummu menulis kalimat 'aku tidak akan terlambat lagi' sebanyak lima ratus halaman dan tulisannya dikulpul akhir penataran nanti. Jangan lupa ya!?" katanya dan dengan langkah ringan dia pergi begitu saja dari hadapan Sakura.

"Yang benar saja, lima ratus halaman? Emangnya aku anak kanak-kanak?" Sakura ngedumel.

Jam istirahat itu, Sakura berkumpul bersama teman-temannya.

"Aku lihat lho!" kata Ino dengan nada menggoda. "Senpai yang menghukummu itu namanya Uchiha Sasuke, dia temannya Sasori, murid baru tengah tahun kemarin. Dia hebat banget, baru setengah tahun udah kepilih jadi wakil ketua murid."

"Di mana kehebatannya dih? Gayanya saja seperti orang penting gitu," ujar Sakura sambil menggigit tandas makannanya. "Kalau bukan karena dia, aku tidak akan ketahuan terlambat dan kena hokum. Lihat, kilitku smpai kemera-merahan kejemur."

"Dia cukup terkenal di kalangan gadis. Orangnya cukup…. Misterius. Tahun kemarin dia masuk peringkat tiga besar, bersaing dengan Sasori. Dengar-dengar, waktu dia pertama kali masuk sekolah ini, gadis-gadis langsung pada berebut menaklukannya, tapi sayang…."

Tenten menimpali sambil menyeruput jusnya, "Menaklukkan dia itu tidak semudah kita menaklukkan seekor kuda liar."

"Memangnya dia leih liar dari kuda?" Tanya Sakura asal dan tak acuh.

"Bukan liarnya yang jadi masalah. Galaknya itu. Bayangkan, semua gadis yang bernai mendekat dibentak habis-habisan sampai gadis-gadis itu tidak berani menunjukkan rasa suka mereka secara terang-terangan lagi. Apalagi setelah dia akrab dengan Sasori, gadis-gadis yang menyukai Sasori juga pada berpikir seribu kali untuk cari muka di depan Sasori. Soalnya, kalo mereka sudah mulai dirasa cukup mengganggu, langsung deh, galaknya si Sasuke itu keluar."

"Itu sih namanya bukan kuda liar tai banteng. Banteng kalau tidak melihat warna merah kan tidak akan marah," Sakura masih cuek sambil mengaduk-aduk makanannya.

"Kalian pada sadis ya? Ganteng-ganteng begitu kok dibilang seperti kuda liar dan yang satu dibilang seperti banteng. Kalo aku sih, galak juga taka pa, kalo udah kenal kan baru ketahuan nanti sifatnya. Aku langsung naksir dia begitu melihatnya menghukummu tadi. Dia tampan, tubuhnya atletis dan tinggi," Ino menyela sambil nyengir.

"Yang benar saja. Cowok seperti itu!" Sakura cepat-cepat menukas.

Suasana kantin ini tidak begitu ramai.

Sakura bertemu Ino pertama kali saat baru masuk Junior High School.

"Ah bosan. Kalian itu terlalu serius kalo suka dengan cowok. Tidak sesuai selera, tolak. Makanya pada tidak punya pacar. Lihatlah aku. Jalani dulu, kalo tidak cocok aru putus," sela Temari cuek samil meyisir rambut pendek kuncir empatnya.

"Kau sih bukannya menjalani. Pacaran bisa sama tiga cowok gitu dan bodohnya ketiga cowok itu pada tidak tahu lagi," ceplos Ino.

"Sudahlah, Temari. Mendingan kau pilih salah satu dari tiga cowok itu sekarang dan aku sih nyaranin Shikamaru saja. Shikamaru itu cowok baik, dia juga ketua murid dan karena kau baru pacaran sekitar beberapa hari dengan cowok itu. Dia pasti belum curiga, kau masih punya dua pacar lagi dari dua sekolah lain," Sakura menasihati.

"Aku suka tantangan ini. Cowok baik-baik seperti Shikamaru, baru kali ini aku adapt. Aku juga kaget, waktu aku bilang, aku suka dia…. Dia melongo, lalu menerima cintaku. Sikapnya juga beda dengan pacarku yang sudah-sudah. Dia sangat menghormatiku," kata Temari serius.

"Sudah tahu cowok baik-baik, jangan disia-siakan. Nanti menyesal," Ino menimpali.

"Eh, ngomong-ngomong…." Sela Tenten sambil menjilat es krim lolipopnya, "kappa nih kita berburu tanda tangan? Aku lihat banyak yang sudah mulai berburu tanda tangan. Anggota ketua murid yang membimbing kita ada 17 orang dan tanda tangan yang wajib adalah tanda tangan ketua, wakil, sekretaris, dan bendahara, serta 10 tanda tangan lagi dari anggota ketua murid yang lain."

"Kalau gitu ayo, kita mulai!" seru Ino bersemangat yang segera diiyakan keempat temannya itu.

"Jaa Temari! Sebagai yang paling tua bayarin makanan kita yah?" kata Sakura asal sebelum pergi.

Temari bersandar tak acuh sambil sambil terus saja menekan-nekan tombol ponselnya dan ketika dia melihat ramai-ramai memasuki sisi kantin yang berlawanan dengan arah kepergian keempat sahabatnya itu, dia segera mengakhiri permainan di ponselnya.

Temari meliriknya, Sasori sedang mendekatinya dengan langkah tenang.

"Ne, Temari-chan!" Sapanya ramah.

Temari segera mengeluarkan buku tanda tangannya. Kebetulan sekali. Ternyata punya sepupu yang juga ketua murid menguntungkan sekali.

"Tanda tangannya Sasori!" pinta Temari.

Sasori duduk di hadapannya sambil menebar senyum mautnya. "Baiklah. Ngomong-ngomong teman-temanmu mana? Tanya Sasori tiba-tiba.

"Kok kau tahu kalo aku biasa ngumpul bareng mereka?" Tanya Temari polos.

Sasori meraih buku di tangan Temari dengan santai "Temari-chan, jika sedang di sekolah panggil aku Senpai, walaupun kita bersaudara. Jadi, temanmu yang rambutnya panjang itu… siapa namanya?"

DEG! Temari melongo. Apa maksud pertanyaannya, pikir Temari penuh selidik. "Maksud senpai Ino? Sakura?"

"Yang sering melihat latihan basketku. Kau pasti tahu maksudku."

GLEK!

"SAKURA?!"

"Yang tadi dihukum karena terlambat. Jadi, namanya Sakura?" Tanya Sasori sambil mencoret-coret buku Temari dengan tanda tangannya.

"Ya, betul. Memang dia… doshite senpai? Selidik Temari penasaran.

Sasori tersemyum lagi, "sudah kutanda tangani. Kalau kau mau bukumu kembali, kau harus melakukan sesuatu untukku, Temari-chan."

"Apa?"

"Nyanyikan sebuah lagu…."

Sakura sudah kembali mengumpulka tiga tanda tangan.

Sakura melengos ketika melihat kerumunan murid yang mengelilingi Sasuke.

Dengan tampang enggan Ino menyenggol Sakura, "kau yakin ingin minta tanda tangan Sasuke?"

"Bagaimana lagi, memnagnya punya pilihan lain? Doshite Ino? Bukankah kau suka dengan si galak itu?" sindir Sakura.

"Cakep-cakep galak. Belakangan sajalah."

"Ya sudah. Ada Shikamaru, kita minta tanda tangan dia dulu saja!" kata Sakura bersemangat.

"Ayo!"

Sakura dan Ino segera bergabung dengan kerumunan Shikamaru dan setelah berdesak-desakan agak lama, tiba juga giliran mereka.

"Jangan susah-susah, kami temannya Temari!" Protes Sakura sebelum disuruh melakukan sesuatu.

"Aku tidak suka yang merepotkan. Ino, aku ingin kau mengambil sehelai rambutnya Sasori. Dan Sakura, kau ambil juga sehelai rambutnya Sasuke. Bawa ke sini lalu aku akan memberikan tanda tanganku!"

"Jangan Sasuke. Banyak yang nangis. Lagian untuk apa rambut-rambut itu?!" tolak Sakura gusar.

"Mau tanda tangan tidak? Terserah, permintaanku hanya itu," sahut Shikamaru sambil menguap.

Sakura menggerutu dalam hati ketika Ino menertawakannya sambil pergi dan mulai mencari-cari sosok Sasori.

Aduh, gimana cara ngambilnya? Masa harus kujambak sampai rontok semua tuh rambut? Lagian kenapa harus rambutnya yang harus kuambil.

"Jangan coba-coba menipuku, aku pasti tahu!" ancam Shikamaru, seolah-olah tahu arah pikiran Sakura.

Sakura pusing tujuh keliling.

Bagai seorang pencuri, Sakura pun mulai menerobos keramaian dan mulai mendekat.

"KENAPA KAU MENARIK RAMBUTKUU!?" bentak Sasuke sadis, bagai halilintar di siang bolong.

"A… ano, rambut itu ee…." Cepat pikirkan sesuatu!

"Sekarang skot-jump dua ratus kali!"

"Aku kan tidak minta tanda tanganmu. Seenaknya saja emnghukum orang!" tolak Sakura di luar dugaan.

"Aku menghukummu karena kau sudah menarik rambutku tanpa izin. Ayo, skot-jump. Kalo tidak mau, kamu tidak akan lulus penataran dan selama mengulang tahun depan!" ancamnya sambil berkacak pinggang.

Sakura mneggerutu dalam hati sambil berjongkok juga dan mulai skot-jump diikuti sorak teman-temannya.

Sakura berhenti dihitungan dua ratus dengan keringat membanjiri dan nafas tersengal-sengal, lalu dengan wajah angkernya dia mendekati Sasuke sambil menyodorkan tangannya. "Aku sudah skot-jump, sekarang…. Berikan rambutmu!"

Sasuke tertawa mendengarnya, "siapa bilang aku akan memberikan rambutku padamu?" tanyanya tenang.

DEG!

"Tapi…." Sakura menahan emosinya sampai tubuhnya gemetaran.

"Aku menghukummu karena kau sudah menarik rambutku tanpa izin, kecuali…." Sasuke member lirikan paling licik ke arah Sakura. "Kecuali kau mau mentraktirku semangkuk ramen. Aku lapar!"

"Beli saja sendiri!" tandas Sakura sengit sambil membalikan tubuhnya.

"Ayo, antar ke sini ramennya, nanti kuberikan rambut dan tanda tanganku!" tegur Sasuke sambil duduk seenaknya di sana. "Enak kan Syaratnya?"

Sebagian senpai-senpai yang ada di sana berbisik-bisik dambil tertawa-tawa melihat semuanya.

"Benar, hanya itu saja?" Tanya Sakura yang mulai terbujuk itu dengan nada suara penuh kecurigaan.

"Tawaran ini tidak dua kali lho," sahut Sasuke angkuh.

Setelah berpikir cepat, akhirnya tanpa sepatah kata pun Sakura pergi dari sana dan memesan semangkuk ramen di kantin sekolah yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat Sasuke.

Sakura menaikan dagunya dengan penuh keberanian dan mendekati Sasuke sambil menyerahkan ramennya.

"Aku tidak suka pedas!" terdengar keluhan Sasuke

DEG

"Sausnya kan hanya ada di sendoknya. Tinggal dibuang, beres!" jawab Sakura cepat-cepat.

"Walau kubuang pun, kuahnya sudah tercemar pedas. Tukar saja!" Kata Sasuke dibuat-buat.

"Kayak anak kecil saja. Kena segitu tidak akan pedas kan?" Sakura mulai naik darah.

"Kau saja yang makan!" Sasuke menyodorkan semangkuk ramen itu pada teman di sebelahnya.

"Baik, baik!" seru Sakura hilang sabar. "Tidak pakai saus, terus…. Tida pakai apa lagi?"

"Itu saja!" jawab Sasuke tidak dipikir lagi.

Sakura mengumpat-umpat dalam hati sambil kembali ke kantin dengan mangkuk ramen itu.

Sakura berusaha sabar.

Sasuke masuh duduk di sana sambil sesekali menandatangani buku siswa-siswi yang sudah dikerjai.

"Ini pesananmu. Cepat makan dan berikan rambut dan tanda tanganmu atau kucabut sendiri rambutmu seperti tadi," kata Sakura sambil menahan marah.

Sasuke menatap ramen pesanan itu malas. "Bagus sesuai permintaan," gumamnya, membuat Sakura lega. "Sekarang duduk!" perintah Sasuke. Sakura berdebar-debar. "Bantu aku menghabisi makanannya."

DEEG!

"Nani?"

"Doshite? Kowai?" tantang Sasuke.

"Sumpitnya hanya sepasang. Aku tidak mau makan dari satu sumpit!" seru Sakura histeris.

"Siapa bilang pakai sumpit?"

"Lalu? Pakai tangan?" seru Sakura menggelegar.

"Jadi, kau terima tidak tantangannya?" tantang Sasuke lagi.

"Baik! Makan pakai tangan. Siapa takut!" jawab Sakura berapi-api.

"Baiklah!" Sasuke senang. "Tapi bukan makan pakai tangan yang kuminta, tetapi begini," Sasuke mengangkat sumpitnya dan sebuah mie menjulur di sana. "Makan bersama dari satu sumpit pada waktu yang sama!"

"NA… NI?!"

Kegemparan segera memenuhi tempat itu.

"Kau kan sudah menerima tantanganku. Itungan ketiga kita mulai."

"Matte! Jangan seenaknya! Mienya terlalu pendek, bisa-bisa…." Suara Sakura langnsung hilang ditelan keriuhan sorak-sorai teman-temannya.

"Doshite? Kau takut kucium ya?" tandas Sasuke, lagi-lagi diikuti kegemparan suara teman-temannya yang semakin menjadi. "Ini hanya seuah permainan. Yang ada hanya dua kata: maju atau mundur!" sambung Sasuke, membuat kemarahan Sakura semakin memuncak.

"AYO…! AYO….!" Sorak teman-temannya.

Sakura juga melihat Tenten, Temari, dan Ino yang malah ikut menyemangatinya.

BRAK!

"Baiklah! Aku pastikan, aku tidak akan mundur seperti seorang pengecut!"

"Bagus!" sorak Naruto, sang sekretaris ketua murid bersemangat. Dia pun mulai menghitung. "Satu… dua…. Tiga!"

Sakura seperti tidak menyadari keberadaan dirinya saat itu.

Ketika 10 batang mie dimakan, Sakura mulai mendapatkan dirinya kembali.

Oh, kenapa begini?

Ciuman pertamaku.

Kenapa bau ramen dan harus dilakukan dengan cara seperti ini? Di depan Sasori? Cowok yang selama dua tahun ini, diam-diam kutaksir?

Kuso….