Konbanwa!

Aku bawa fic baru nih, hehehe

Fic ini terinspirasi dari film Romance Jepang berjudul L DK, Ada yang tau gak? Emang sih itu film masih baru banget, soalnya baru kemarin April di putar di bioskop Jepang, dan baru 8 hari yang lalu dibuatkan versi CD nya oleh pihak Jepang sana. Kalian pasti bingung kok aku bisa nonton ya? yah jawabannya adalah si 'Ehem' beli CD-nya via online, dan baru kemarin sore paketnya datang^^

Tetapi sayangnya filmnya masih polos banget^^ (Maksudnya gak ada sub-nya), yah soalnya kan masih baru, jadi belum dibuatkan sub-nya, hehe. Kalian pasti bertanya-tanya 'Bagaimana bisa mengerti alur ceritanya kalo gak ada sub-nya?' jawabannya adalah karena aku punya kamus hidup (Maksudnya si 'Ehem') yang membantuku mentranslate setiap dialog yang ada dalam film. Dia jago banget berbahasa jepang, jadi aku 'memanfaatkan kepintarannya'. Kasihan yah, hehehe. Maka dari itulah aku gak rugi juga belinya. Apalagi pas tahu kalau ceritanya seru banget dan masuk banget ke hati (jiah!). Apalagi pas melihat event akhir filmnya...waaahhhh! kayaknya bagaimana gitu, hehehe. Dan oh iya, aktor cowoknya juga ganteng! Namanya Shuusei (Nama aslinya gak tau), pokoknya keren deh. Sifatnya pun sama kaya Sasuke, bahkan mirip banget loh, yah walaupun kalau Shuusei lebih 'Sedikit' tersenyum daripada si Teme jeyek#Plak!.

Udah ah, gak usah banyak bacot lagi, langsung ke bagian cerita!

Ikuzo!

Living With You? Oh...No!

Inspirated: L DK

Disclaimer : Naruto cuma milik Akang Masashi yang terhormat *plak* :lebay:

Rate : T = T+

Genre : Romance, Friendly, Hurt/Comfort, Humor (Maybe), and...etc

Pairing : SasufemNaru, GaafemNaru

Warning ! : EYD abal-abal, OOC, OC, banyak Typo, Gaje, Gender Bender, alur cepat, aneh, gak dimasuk akal, dan banyak lagi^^

If you don't like this story, don't read! okay?!

Sasuke Uchiha : 16 Tahun

Naruto Uzumaki : 15 Tahun

Sabaku No Gaara : 17 Tahun

Anko : 31 Tahun

Ino Yamanaka : 15 Tahun

Chapter 1

Di lorong sekolah, terlihat sesosok gadis berambut pirang panjang yang sedang berlari terburu-buru. Gadis itu menyalip setiap para siswa-siswi yang berada dilorong, tak memperdulikan setiap caci maki mereka yang tajam kepadanya karena fikiran gadis itu hanya tertuju ke satu tempat sehingga membuatnya tak bisa berkonsentrasi penuh dan mengabaikan pergerakkannya yang sudah sangat tak sopan. Nafasnya terdengar sangat berat disetiap dia berlari, dan kakinya pun juga terasa sangat pegal-pegal dan sangat berat sekali menandakan kalau staminanya sudah hampir diujung batas. Namun meskipun begitu, gadis itu tetap berusaha untuk terus berlari, tak memperdulikan kaki dan nafasnya yang sudah hampir diambang batas.

Sesampainya di aula sekolah, dirinya bertemu dengan seorang gadis yang memiliki rambut yang sejenis dengannya, namun warna rambut gadis tersebut agak pucat sehingga terkesan seperti warna kuning susu. Gadis itu menatap lurus kedepan sambil menunjukkan ekspresi gugup diwajahnya ketika melihat sesosok pemuda berambut raven berjalan memasukki aula sekolah sambil memegang buku di lengan tangan kanannya, sedangkan lengan kirinya dia masukkan kedalam saku.

Posisi gadis pirang pucat itu saat ini adalah berdiri di sisi tiang pinggiran aula sekolah, sedangkan si gadis pirang cerah berdiri disebelahnya. Sesaat setelah gadis pirang pucat tersebut menyadari kehadiran si gadis pirang cerah disebelahnya. Dirinya memberikan ekspresi penuh tanya kearah gadis pirang cerah tersebut seakan dirinya merasa tak percaya diri dengan rencananya itu.

Namun beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum lembut, tepatnya setelah melihat gadis berambut pirang cerah itu tersenyum dan menunjukkan kedua ibu jarinya seolah gadis pirang cerah tersebut ingin memberinya semangat. Setelah gadis pirang pucat tersebut merasa kalau rasa percaya dirinya telah kembali, dia pun mulai berjalan memasukki aula sekolah bersama dengan gadis pirang cerah itu. Seiring mereka berdua berjalan, tak jarang dari setiap para siswi disana yang berteriak-teriak histeris melihat pemuda tampan itu berjalan dengan logat 'cool'-nya. Mereka semua terus-terusan meneriakkan nama 'Sasuke' dan 'Keren' disetiap berjalannya si pemuda.

Gadis berambut pirang pucat tersebut terus berjalan lurus kedepan untuk mendekati si pemuda yang dipuja oleh para gadis itu, pemuda yang memiliki kulit putih porselen, berwajah datar namun tampan dan memilikki rambut bergaya pantat ayam yang casual. Cara jalannya yang keren tersebut membuat degup jantung gadis pirang pucat itu semakin memompa cepat. Bahkan karena saking cepatnya, si gadis jadi sulit menenangkan degup jantungnya dan juga dirinya begitu sulit bernafas karena menahan rasa sesak di dadanya atas perbuatan degup jantungnya.

Disaat gadis pirang pucat tersebut memperlambat jalannya menuju si pemuda, gadis pirang cerah yang sejak awal dibelakangnya pun berhenti ketika melihat jarak temannya itu sudah hampir dekat. Sambil merenungkan do'a, dia pun menutup kedua matanya dan meletakkan kedua tangannya ke dada, mengharapkan kalau rencananya yang ia dan temannya buat tersebut akan berjalan sukses.

"Suki desu!"

"..."

Semua siswa dan siswi yang berada di aula sekolah langsung terdiam ketika gadis berambut pirang pucat tersebut berteriak demikian. Dan pemuda yang mendengar teriakkannya pun langsung memutar balikkan tubuhnya kearah si gadis. Lalu pemuda itu memandanginya dengan bola mata hitam onyx yang tajam dan menusuk. Dalam sekejap suasana di aula sekolah pun menjadi tegang hingga kemudian pemuda itu berjalan beberapa langkah mendekati gadis pirang pucat tersebut sambil menunjukkan wajah datar yang memang ciri khasnya.

"Ano sa..."

"Ha...ha'i?"

"Urusai. Matilah dan pergilah ke neraka," serunya seraya kembali berjalan menuju lorong awal sekolah diikuti dengan derik tawa geli para penonton yang melihat momen yang sangat memalukan tersebut.

Gadis itu menundukkan kepalanya malu saat mendengar setiap caci maki para fans pemuda itu hingga kemudian mereka semua menghilang satu persatu seiring menghilangnya para murid yang lain.

"Bagaimana?" tanya salah satu gadis yang berlari menghampiri gadis pirang pucat dan cerah itu, entah bertanya kepada siapa.

"Oh tidak, Ino," gumam gadis yang lain setelah melihat Ino yang meneteskan air matanya dan meremas-remas ujung seragam sekolahnya, merasa terpukul dengan perkataan pemuda yang sangat kejam tadi.

Sedangkan dilain sisi, gadis pirang cerah yang berada dibelakangnya malah menggigit bibir bawahnya seraya meremas kuat-kuat kepalan tangannya saat melihat ekspresi miris Ino yang berada didepannya hingga kemudian berlari meninggalkan Ino dan mengabaikan panggilan kedua temannya yang mengatakan 'Kamu ingin kemana?'.

-x-x-x-x-

Semua itu masih belum berakhir. Ketika pemuda itu memasukki lorong pertama sekolah, pemuda itu masih saja terus dipuja-puja oleh siswi-siswi disana. Sebenarnya pemuda bernama Sasuke tersebut sangat jengkel sekali dengan semua tingkah para siswi di sekolah ini kepadanya, dia merasa kalau mereka semua seolah tak memiliki kerjaan lain selain memujanya. Padahal dirinya itu hanyalah pemuda yang biasa-biasa saja, sama halnya seperti pemuda yang lain, tetapi kenapa cuma dirinya saja yang dipuja? Padahal mereka tahu kalau banyak para siswa disini yang menurutnya lebih keren dan tampan daripada dirinya.

Sasuke sudah seringkali membentak mereka agar tak selalu mengganggunya, berharap kalau mereka semua takut kepadanya dan menganggap kalau dia adalah pemuda yang sangat kejam dan berperasaan, namun sayangnya semua itu sia-sia. Apa yang ia lakukan itu tak sama sekali mengusir mereka semua, malahan mereka semakin memuja dan terpesona melihat wajah penuh amarahnya tersebut. Oleh karena itu, Sasuke lebih baik mengabaikan mereka semua daripada harus berteriak memarahi mereka, karena menurutnya hal itu lebih baik daripada memarahi mereka. Soalnya dia percaya kalau dirinya diam dan mengabaikan setiap teriakkan dan panggilan para gadis di sekolah ini maka mereka pasti akan bosan karena tak pernah mendapatkan respon darinya.

Sesaat setelah dirinya menaiki anak tangga ke 3 menuju ke lantai dua, sebuah kaki jenjang berkulit putih nan halus tiba-tiba saja menghalangi jalannya menuju ke lantai dua dengan cara menempelkan kaki jenjangnya kearah sisi pegangan tangga. Merasa tidak senang melihat kaki itu menghalanginya, Sasuke pun mengarahkan mata tajam onyx-nya kearah wajah si pemilik kaki tersebut dan akhirnya mendapatkan sesosok gadis cantik berambut pirang cerah yang juga menatapnya sama halnya seperti dirinya. Namun tatapan gadis tersebut lebih tajam darinya.

"Jangan menghalangi jalanku?"

"Kenapa kamu berkata sekejam itu padanya?! Seharusnya kalau kamu mau menolak temanku, balaslah dengan lebih lembut! Apakah kamu tak punya perasaan? Apa kamu tak pernah tahu kalau perasaan cewek itu..."

"...Anata dare...?" tanya Sasuke seraya mengangkat sebelah alisnya tak kenal.

"Namaku Naruto Uzumaki, sahabat dari Ino Yamanaka."

"Ino?"

Mendengar tuturan Sasuke yang terdengar tak kenal kepada sahabatnya itu membuat Naruto mendengus kesal hingga kemudian mendecih jengkel melihat sikap pemuda yang sok keren didepannya itu.

"Orang yang telah kamu tolak cintanya barusan," balas Naruto penuh penekanan.

"Hn, benarkah? Aku tak tahu."

"Jangan berpura-pura lupa! Sudah jelas kejadiannya baru saja terjadi. Kalau kamu memang tak suka, bilang saja kamu tak suka, jangan pakai marah dan membentaknya segala! Perasaannya sangat sensitif, kamu tahu!"

"..."

"Nani?" tanya Naruto sesaat setelah Sasuke terdiam dan memandanginya kosong.

Seluruh tubuh Naruto menegang ketika Sasuke dengan cepatnya berjalan mendekatinya dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Tangan kiri Sasuke kini menempel di dinding tepat disebelah kiri Naruto, sedangkan tangan kanannya memegang bagian paha Naruto yang berada di sisi pegangan tangga dan kemudian menariknya agak sedikit keatas sehingga kini kaki Naruto terangkat beberapa centi dari tempat awalnya. Wajahnya dan wajah Sasuke sangat dekat sekali, sehingga jika dilihat dari arah belakang maka terlihat seolah mereka sedang berciuman. Sebenarnya wajahnya kini sangat memerah, namun karena dirinya tak mau image-nya buruk didepan Sasuke dan juga tak mau Sasuke menertawainya, dirinya bersikeras untuk menahan wajah merahnya itu sekuat tenaga dan berharap kalau Sasuke tak menyadari ekspresinya yang sedang menahan diri untuk tak menunjukkan wajah memerahnya.

"Asal kamu tahu? Aku tak suka wanita yang menyatakan cintanya padaku. Apalagi ketika tahu kalau dirinya malah mengatakannya ditempat umum. Aku sangat benci wanita yang bersifat seperti itu..."

"..."

"Tapi, kurasa kamu pengecualian..."

"Eh?"

"Kamu memilikki mata sapphire yang indah, warna biru itu mengingatkanku pada langit biru cerah tanpa awan pada pagi hari. Kamu tahu...warna kesukaanku adalah biru, sama seperti warna matamu. Jadi, kalau kamu mau...kamu bisa menyatakan cintamu padaku sekarang, Dan aku mungkin bisa mempertimbangkannya," bisiknya pada Naruto seraya memberikan senyuman simpul yang sangat menawan. Sedangkan Naruto hanya terdiam dan membelalakkan kedua matanya, mencoba untuk menyaring setiap perkataan yang dilontarkan oleh Sasuke kepadanya hingga kemudian dirinya menyadari setiap perkataan Sasuke tersebut dan lalu secara refleks Naruto mendorong Sasuke dengan dua serangan ganda yaitu pertama, Naruto mendorong dada Sasuke memakai kedua tangannya dan yang kedua, Naruto menendang perut Sasuke dengan kaki kirinya yang awalnya dipegang oleh tangan kanan Sasuke, sehingga kini Sasuke mundur beberapa langkah dan akhirnya tersandung jatuh dan terguling-guling di anak tangga.

Naruto menyadari perbuatannya tersebut, sehingga dirinya jadi panik sendiri lalu dirinya berkata 'Gawat!' sambil berlari menghampiri Sasuke yang sudah tak berdaya di lantai bawah.

Setengah jam pun berlalu, kini Sasuke berada di ruangan UKS untuk memeriksa kaki kiri dan tangan kanannya yang sempat terkilir tersebut, sedangkan Naruto berada diluar ruangan UKS menunggu Sasuke. Sebenarnya kalau mau, Naruto bisa saja masuk keruangan itu, namun karena Sasuke yang memintanya untuk tetap diluar jadi nasibnya harus berada disini, menunggunya dan berharap kalau Sasuke tak kenapa-napa. Naruto merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan pada Sasuke. Ia merasa dirinya sudah sangat kasar dan kejam padanya, padahal tadi dia cuma berniat untuk membentaknya saja, tetapi kenapa malahan harus mendorong dan menendangnya sampai kakinya terkilir begitu? Memang sih itu kesalahan Sasuke yang menggodanya, tetapi kalau misalkan Naruto bisa mengendalikan dirinya maka semua ini pasti tak mungkin terjadi.

Dengan suara 'cklek' pelan, pintu ruangan UKS pun terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda tampan berambut pantat ayam kini berjalan pincang. Tangan kanan dan kaki kirinya kini telah dibalut oleh perban tebal milik UKS dan cuping pipi porselennya telah ditempelkan sebuah plester kecil berwarna putih untuk menyembunyikan luka goresan bekas jatuhnya beberapa saat yang lalu.

Naruto mengerutkan keningnya menyesal saat melihat Sasuke berjalan pincang mendekatinya, sedangkan Sasuke hanya menatap Naruto dingin dan datar seolah dirinya tak suka melihat Naruto masih berada disini. Dan seakan Naruto mengerti arti dari wajahnya, dirinya pun langsung membungkukkan badan meminta maaf padanya.

"Gomenasai! Gomenasai!"

"..."

"Aku benar-benar menyesal! Aku tak bermaksud melakukan hal ini padamu. Aku benar-benar...MINTA MAAF!"

"Kamu kira meminta maaf padaku saja sudah cukup?" balas Sasuke dingin seraya melipat kedua tangannya di dada. Sedangkan Naruto hanya menunjukkan ekspresi polos yang seringkali ia tunjukkan jika dirinya sedang dalam keaadaan terpojok.

"Lalu, aku harus apa?" tanya Naruto polos.

"Sudah jelas 'kan! Kamu harus bertanggung jawab!"

"Eh?"

"Bawa tasku dan antar aku ke kelas, mulai hari ini kamu akan menjadi pelayanku sampai kaki dan tanganku ini sembuh."

"APA!"

-x-x-x-x-

Seperti yang dikatakan oleh Sasuke, kini Naruto telah resmi menjadi pelayannya. Selama berada sekolah, dirinya selalu melayani dan mengabulkan setiap keinginan Sasuke. Dari membelikannya makanan dan minuman, menuliskan catatannya dan membantunya berjalan jika dirinya mau mengelilingi koridor. Kelas dan tingkat mereka berdua memang berbeda namun hal itu tak menjamin kalau Naruto akan aman oleh permintaan kakak kelasnya tersebut. Dia sudah terlanjur berjanji akan mematuhi setiap perintah Sasuke, jadi mau tak mau dalam keadaan sulit ataupun tidak, dirinya harus menuruti segala permintaan Sasuke.

Tetapi dari setiap permintaan Sasuke, Naruto selalu saja merasa dikerjai olehnya, walaupun dirinya baru beberapa jam menjadi pelayannya, dirinya selalu saja dibuat lelah olehnya, contohnya seperti menyuruhnya berlari keliling lapangan sebanyak 30 kali untuk menghilangkan rasa jenuhnya akan suatu hal. Padahal dia tahu kalau Naruto itu adalah seorang perempuan biasa yang tentu saja memiliki tenaga yang terbatas, tetapi dia tak pernah sekalipun merasa iba padanya. Dia hanya mementingkan kesenangannya sendiri saja, tak memperdulikan rasa lelah Naruto yang terus-terusan diatur dan disuruh-suruh olehnya.

Kini sekolah pun berakhir, namun pekerjaan Naruto sebagai pelayan Sasuke masih terus berlanjut. Saat ini Sasuke meminta hal yang aneh lagi kepada Naruto, hal yang tentu saja membuat Naruto kembali menderita. Naruto sebenarnya menolak permintaannya tersebut, namun melihat Sasuke yang selalu saja mengeluh kesakitan dibagian kaki kiri dan tangan kanannya, Naruto jadi merasa jengkel dan akhirnya menuruti permintaannya lagi. Padahal tenaganya sudah hampir habis, tetapi pemuda yang seperti iblis ini tak sama sekali tahu kalau dirinya saat ini sudah sangat lelah sekali.

Dan beginilah akhirnya, Naruto menuruti permintaan Sasuke yang menyuruhnya untuk menggendongnya menuju apartment Sasuke. Dengan langkah berat dan kelelahan, Naruto harus berjuang sendiri menahan berat badan Sasuke yang sangat berat dipunggungnya. Setetes demi setetes air keringatpun mengalir di sekujur wajahnya, mulai dari pelipis sampai ke pipinya, hingga akhirnya menetes jatuh ke tanah. Namun Sasuke tak sama sekali memperhatikan ekspresi lelahnya, malahan Sasuke lebih memilih menunjukkan arah yang benar untuk menuju ke apartment-nya, tak memperdulikan deru nafas berat gadis cantik yang telah menggendongnya tersebut.

"Hei, jangan berhenti. Lihatlah, lampu pejalan kaki sudah hijau," bisik Sasuke seraya mengarahkan jemari kirinya kearah lampu pejalan kaki yang menyala hijau. Naruto mendecih dalam hati saat mendengar perintah Sasuke tersebut hingga kemudian ia berjalan kembali menuju jalan seberang yang berada di depannya.

Sesampainya disana, Naruto pun sudah tak kuat menahan beban berat Sasuke sehingga dirinya langsung melesat jatuh ketanah sambil menghela nafas panjang karena kelelahan. Dia merasa seperti berada di neraka karena baru kali ini dirinya merasa sangat kelelahan. Kakinya sudah sangat lemas sekali, dan seluruh tubuhnya terasa sangat berat dan mati rasa. Dia benar-benar perlu istirahat, bahkan istirahat panjang karena dirinya perlu mengembalikan seluruh tenaganya yang sudah terkuras habis sejak dirinya berjalan keluar sekolah.

"Kita belok kanan," seru Sasuke menghamburkan 'surga singkat' Naruto di tanah.

Naruto sangat jengkel dengan sifat keras kepala Sasuke tersebut, ia berfikir kalau hari pertama saja sudah begini maka bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Sehingga membuat Naruto harus menghela nafas pendek mencoba untuk bersabar dengan sikap Sasuke yang sudah benar-benar diambang batas. Sesekali Naruto berfikir, kenapa Ino sampai harus menyukai pemuda yang tak berperasaan ini?

"Hei, kamu mendengarkanku tidak?" lanjut Sasuke tak sabar.

"Gomen Sasuke, tetapi bisakah kamu memberiku waktu untuk istirahat sebentar."

"Tidak bisa, hari sudah hampir malam. Cepat bangun, apa kamu tega melihatku berjalan pincang kerumah, hah?"

"Ha'i...ha'i, tetapi bolehkah kalau aku hanya merangkulmu saja? kakiku sudah sangat pegal sekali dan tubuhku terasa mati rasa, jadi aku merasa tak bisa menahan bebanmu terlalu lama dan takutnya kamu akan terjatuh dari tubuhku," balas Naruto seraya berdiri kembali dan merapihkan rok sekolahnya dari debu.

"Hn, terserah."

"Arigatou," balas Naruto seraya merangkul tangan kanan Sasuke ke bahu kirinya hingga kemudian berjalan kembali menuju apartment Sasuke.

Setelah dua puluh menit Naruto dan Sasuke berjalan, kini mereka berdua terdiam tepat di depan anak tangga besar yang terbuat dari batu-batu besar. Anak tangga tersebut mengarah keatas bukit dan jaraknya menuju keatas tersebut pun lumayan jauh. Naruto mengerutkan keningnya dan menahan nafas saat melihat anak tangga tersebut. Lalu beberapa detik kemudian Sasuke pun mengarahkan jemari telunjuk kirinya kearah anak tangga itu sehingga membuat Naruto membelalakkan kedua matanya dan kemudian melepaskan tangan Sasuke dari bahunya.

"Apa kamu gila? Anak tangga ini sangat jauh. Apa kamu mau membunuhku!"

"Apa menurutmu aku bisa berjalan menaikki tangga ini sendirian?"

"A...eto?"

"Sudahlah, jangan mengeluh. Ikuti saja perintahku dan kembali gendong aku."

"Ah? Tetapi kurasa merangkulmu itu lebih baik."

"Anak tangga ini keras, dan jika kakiku menyentuhnya maka kesembuhan kakiku akan semakin lama, dan mungkin akan semakin parah. Apa kamu mau menjadi pelayanku seumur hidup, hah?"

"..."

Naruto terdiam mendengar tuturan Sasuke, lalu ia pun menundukkan kepalanya untuk berfikir sejenak hingga kemudian dirinya menghela nafas dan berjalan satu langkah didepan Sasuke.

"Douzo...?" gumam Naruto pasrah seraya membungkukkan tubuhnya seakan memberi tanda kepada Sasuke untuk menaikki punggungnya. Dan tentu saja Sasuke mengerti maksud dari gaya Naruto tersebut, sehingga tanpa fikir panjang lagi Sasuke langsung menaikki punggung Naruto dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Naruto untuk mempererat tubuhnya di punggung Naruto.

Naruto menahan nafas sejenak saat beban tubuh Sasuke kembali menaikki punggungnya dan kemudian dia mulai kembali berjalan menaikki tangga, namun dengan gerakkan penuh hati-hati.

Setelah dipertengahan tangga, Naruto kehilangan konsentrasinya sehingga membuat kakinya sedikit terpleset di tangga dan membuat dirinya kehilangan keseimbangan pada tubuhnya. Naruto pun mulai kewalahan mengendalikan tubuhnya dan tubuh Sasuke yang berada di punggungnya. Didalam hati Naruto berkata 'Aku pasti akan terjatuh...aku pasti akan terjatuh' berkali-kali seiring dengan dirinya yang mencoba untuk menyeimbangkan kembali tubuhnya yang hampir terjatuh. Sedangkan Sasuke, dia malah menarik nafas ketakutan disaat Naruto tiba-tiba saja kehilangan keseimbangan. Padahal sebelumnya dia sangat berhati-hati, tetapi kenapa sekarang malah kehilangan keseimbangan? Bodoh! Pikirnya dalam hati hingga kemudian tangan kirinya memegang sisi pegangan tangga disebelah kirinya dan akhirnya mereka berdua pun berhasil lolos dari 'kecelakaan maut' tersebut.

"Bodoh, jalannya hati-hati dong," semburnya kesal pada Naruto, sedangkan Naruto hanya menganggukkan kepalanya sambil menyerukan kata minta maaf kepada Sasuke dan kemudian kembali berjalan lagi.

Butuh waktu 10 menit bagi mereka untuk sampai ketempat tujuan, dan kini mereka telah tiba di depan halaman apartment sederhana tempat kediaman Sasuke. Naruto masih belum melihat apartment-nya, karena dirinya saat ini sedang sibuk mengendalikan nafasnya yang sudah sangat berat dan sesak tersebut.

"Kamu mau mampir dulu?" tawar Sasuke saat melihat Naruto yang sangat kelelahan disebelahnya.

"Tidak, aku mau langsung pulang," sahut Naruto menolak dan kemudian berjalan memunggungi Sasuke, namun setelah beberapa saat dirinya berjalan. Tiba-tiba saja dia merasa familiar dengan tempat ini, tempat yang dikelilingi oleh pepohonan-pepohonan besar dan bunga-bunga yang indah. Dan jangan lupa, ada pohon-pohon bonsai terawat yang mengelilingi bunga-bunga serta halaman menuju apartment ini.

Naruto ternganga terkejut dan berteriak histeris ketika menyadari kalau apartment Sasuke yang berada didepannya juga adalah apartment tempat dia tinggal. Memang apartment ini adalah apartment campuran. Jadi tak heran kalau wanita ataupun pria bisa tinggal disini. Mereka boleh menyewa apartment disini asalkan mereka mau menuruti setiap peraturan yang dibuat oleh pemilik apartment. Naruto sudah lama tinggal di apartment itu, tepatnya setelah kedua orang tuanya dipindah tugaskan bekerja di kota lain. Awalnya Naruto disuruh untuk mengikuti keluarganya untuk pindah rumah dan sekolah, namun karena Naruto tak mau berpisah dengan teman-temannya, dirinya jadi berkeras hati untuk tinggal di kota ini dan tetap bersekolah disana, tak mengikuti ayah dan ibunya untuk pindah dari kota tersebut.

Awalnya kedua orang tuanya tak menerima keputusan sepihak Naruto, karena mereka berdua tak mau meninggalkan anak satu-satunya itu sendirian di kota ini, apalagi ketika tahu kalau anaknya itu adalah seorang perempuan, jadi mereka merasa kalau meninggalkannya sendirian akan memberikan dampak buruk pada Naruto. Kedua orang tuanya menjelaskan padanya kalau hidup sendiri itu sangat susah untuk dijalankan, tetapi sayangnya Naruto tak mendengarkan mereka sehingga terjadilah pertengkaran antara kedua orang tuanya dan dirinya. Namun hal itu tak berlangsung lama, perasaan kedua orang tuanya kembali tenang ketika Naruto menjelaskan kalau dirinya akan tinggal di apartment pemilik kenalannya, dan dirinya berjanji akan sering-sering mengirimkan surat kepada mereka dan mengatakan kalau dirinya akan baik-baik saja, dan dirinya juga berjanji akan sering menelpon mereka. Naruto tahu kalau sikapnya saat ini sangat kekanakan sekali, tetapi apa boleh buat? Dia tak mau meninggalkan temannya, dan dia juga tak mau pergi dari kota ini, jadi dirinya berkeras hati untuk tinggal disini dan tetap ingin menjalani kehidupannya seperti biasa.

Yah, mau tidak mau, kedua orang tuanya menyetujui permintaan anak satu-satunya tersebut. lagipula anaknya sudah berjanji kalau dirinya akan mengabari mereka lewat surat atau telpon tentang keadaan dirinya, jadi mereka merasa sudah sedikit tak khawatir dan membiarkan Naruto untuk tinggal di apartment milik kenalannya. Dan untuk masalah uang jajan dan biaya sewa apartment-nya, mereka berdua akan menanggung semuanya, jadi Naruto tak pusing-pusing harus mencari kerjaan part-time untuk mendapatkan uang demi kelangsungan hidupnya. Dirinya hanya perlu belajar dan belajar di sekolah, tak perlu memikirkan apapun lagi.

Naruto sudah hampir 2 tahun tinggal di apartment ini, dan dia sudah merasakan susah ataupun senang disana. Tetapi kalau Sasuke? sejak kapan? Dirinya tak pernah melihatnya sebelumnya?

"Ada apa?" tanya Sasuke sesaat setelah Naruto berjalan menghampiri depan halaman apartment.

"Kamu tinggal disini?"

"Iya."

"Aku...juga tinggal di apartment ini!"

"Eh?"

"Ya ampun! Sejak kapan kamu tinggal disini?"

"Baru kemarin."

"Eh?! kenapa aku tak pernah melihatmu!"

"Jangan tanya aku."

"Hmm, oh...ngomong-ngomong kalau kamu memang tinggal di apartment ini, kenapa kita harus menaikki tangga tadi, seharusnya kalau mau, kita bisa melewati arah yang berlawanan, daripada lewat tangga tadi, sangat menyusahkan!"

"Memangnya kenapa? Aku mau lewat tangga itu. Lagipula lewat sana lebih cepat daripada lewat arah yang berlawanan."

"Iya sih benar."

"Sudahlah, cepat bawa aku masuk."

"Hah? kamu masih saja manja, padahal kita sudah sampai."

"Tangan dan kakiku masih sakit, aku masih tak kuat berjalan sendiri."

"Ha'i...ha'i wakatta, sekarang beritahu aku berapa nomor kamarmu?" tanya Naruto tak bersemangat.

"202."

"EHH?!...uso deshou?!" teriak Naruto tak percaya seraya berjalan mundur beberapa langkah dengan mata biru sapphire yang terbelalak lebar.

-x-x-x-x-

Kini Naruto dan Sasuke sudah berada di dalam kamar nomor 202. Kamar milik Sasuke yang notabene kamar yang berada tepat disebelah kamar milik Naruto yakni kamar 203. Naruto tak menyadari sama sekali kalau sejak kemarin pemuda yang seperti iblis ini tinggal di kamar yang berada tepat disebelah kamarnya. Membayangkan kalau kamarnya bersebelahan dengan kamar Sasuke membuat Naruto menghela nafas jengkel, dan berfikir kalau kehidupan masa mudanya akan diambil alih oleh pemuda iblis tersebut. Jika sudah seperti ini maka dirinya tak mungkin lagi bisa hidup bebas, karena jika tahu seperti ini maka Sasuke pasti akan menyuruh Naruto tanpa henti. Lagi-lagi Naruto menghela nafasnya saat membayangkan hal itu.

Saat ini Naruto sedang membersihkan kamar Sasuke yang sudah sangat berantakan oleh buku-buku, sedangkan si pemilik rumah a.k.a Sasuke malah santai-santai di tempat tidurnya sambil membaca manga kesukaannya yakni 'Naruto'.

Melihat Sasuke yang tak melakukan apa-apa tersebut, membuat Naruto mendengus jengkel. Apalagi ketika tahu kalau Sasuke itu adalah orang yang tak kenal ruangan rapih. Contohnya lihatlah kamarnya sekarang. Pakaian, alat-alat tulis, buku-buku dan perabotan miliknya yang bertebaran kemana-mana ini. Apakah semua pria selalu seperti ini? jika dirinya, pasti sudah tak nyaman hidup dengan barang berantakan seperti ini, Naruto pasti lebih memilih membereskan kamarnya terlebih dahulu sebelum santai-santai, tak seperti dirinya yang malah tak melakukan apa-apa.

Naruto sesekali menoleh kearah Sasuke dengan tatapan menusuk, berharap kalau orang yang ia tatap akan menyadari tatapan menusuknya, namun sayangnya Sasuke tak perduli sama sekali dengan tatapannya sehingga membuat Naruto kesal sendiri. Dengan gerakkan kesal, dia pun mengambil dan meletakkan setiap barang yang ia temui dan rapihkan dengan kasar, bahkan kardus-kardus yang meletakkan buku-buku bertebaran tersebut menjadi bahan amarah Naruto dengan cara membanting setiap buku yang ia dapat ke kardus tersebut.

Naruto tak menyadari kalau saat ini dia sedang diperhatikan oleh Sasuke. Dan dia juga tak menyadari kalau Sasuke saat ini sedang tersenyum padanya, tepatnya saat melihat dirinya yang sedang merapihkan barang-barang Sasuke. Melihat Naruto yang merapihkan barang-barangnya memberikan kesenangan tersendiri padanya, apalagi saat melihat logat Naruto yang terlihat kesal itu, dirinya merasa ingin sekali tertawa. Sebenarnya Sasuke sadar kalau tadi Naruto sedang memandanginya, namun dia pura-pura tak sadar saja, karena menurutnya akan lebih menarik kalau dirinya mengabaikan Naruto.

Naruto saat ini beralih ke pakaian milik Sasuke yang bertebaran, sambil menggerutu 'Kenapa aku harus merapihkan kamarnya?' dia pun mulai mengambil satu-persatu pakaian milik Sasuke dan melepitnya hingga kemudian meletakkannya di meja sebelahnya. Dari awal Naruto tak sama sekali memandangi setiap pakaian yang ia ambil, dia hanya mengibas-ibas pakaian milik Sasuke dan kemudian melepitnya asal-asalan. Itu semua karena dia sedang kesal pada Sasuke, jadi dirinya hanya melepitnya asal-asalan dan meletakkannya begitu saja ke meja. Karena baginya 'yang penting rapih', lagipula ini bukan kamarnya dan juga Sasuke tak pernah bilang kalau dirinya diperintahkan untuk merapihkan kamarnya 'Serapih mungkin'. Jadi dirinya tak salah bukan?

Kemudian ketika dirinya mengambil pakaian keempat, Naruto kembali mengibas-ibaskan pakaiannya. Awalnya Naruto santai-santai saja saat mengibaskan pakaian tersebut, namun beberapa detik kemudian, tepatnya ketika dirinya tanpa sadar memandangi si pakaian, dirinya langsung berteriak histeris dan melempar pakaian yang sebenarnya cd itu kearah si pemilik.

"Hei! Sakit tahu," dengus Sasuke tepat ketika menerima lemparan cd dari Naruto.

"Teme! Kenapa kamu meletakkan cd sembarangan begituuu!" teriaknya seraya memunggungi Sasuke sambil menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya.

"Memangnya kenapa? Ini cepat lepit," balas Sasuke bossy seraya mengayunkan cd-nya kearah Naruto tanpa merasa malu sama sekali. Sedangkan Naruto kini telah memutar balikkan tubuhnya memandangi Sasuke kembali, lalu dirinya berjalan mendekati Sasuke beberapa langkah, tetapi dengan suasana hati yang tidak senang atas kelakuan Sasuke tersebut.

"Dengar ya, sebenarnya ini bukan tugasku! Kamar ini seharusnya tanggung jawabmu, bersih atau kotor itu adalah urusanmu bukan urusanku! Disini aku hanya berniat untuk membuatkanmu makana..."

"Ittei...kakiku sakit sekali..." desisnya didepan Naruto sehingga membuat Naruto sangat jengkel sekali hingga kemudian mengambil cd-nya dan cepat-cepat meletakkannya ke meja terdekat.

"Cih! Merepotkan sekali! Chikuso!" gumamnya kesal seraya berjalan menuju pintu keluar kamar.

"Kamu ingin kemana?"

"Mengambil beberapa bahan makanan untukmu," balas Naruto penuh penekanan hingga kemudian membuka pintu kamar Sasuke dengan kasar dan berjalan menuju kamarnya yang notabene berada disebelah kamar Sasuke.

Setelahnya dirinya mengambil beberapa bahan makanan dari kulkasnya, Naruto langsung berhambur ke luar kamar dan kembali memasukki kamar Sasuke untuk mempersiapkan makanan.

Kini posisi Naruto telah berada di dapur milik Sasuke, dia sedang memotong-motong sayur-sayuran di meja dapur sambil menggoreng sepotong ikan tuna yang ia bawa dari kulkas miliknya. Dengan gerakkan hati-hati, Naruto membolak-balikkan ikan tersebut dan kemudian mencampurinya dengan tomat dan berbagai macam sayuran yang ia potong tadi.

"Eh? jadi kamu bisa memasak?" tanya Sasuke seraya beranjak bangun dari tempat tidurnya.

"Kan sudah kubilang aku kesini untuk membuatkanmu makanan," sahut Naruto sambil mengambil gelas berisi cairan penyedap makanan dan menuangkannya sedikit ke gelas kecil yang dipakai untuk takarannya.

"Hn, kukira kamu berbohong."

"Mana mungkin aku berbohong. Orang yang hidup sendiri harus bisa memasak untuk kelangsungan hidupnya," balasnya lagi seraya meletakkan gelas berisi cairan penyedap makanan dan gelas kecil tersebut disisi dekat kompor.

"Kamu mengejekku?" tanya Sasuke tak suka seraya mengambil air putih yang berada disebelah Naruto.

"Aku tak pernah bilang mengejekmu, aku hanya menjawab semua yang kamu katakan," balasnya lagi sambil menumis ikan yang dicampuri sayuran tersebut dengan lihai.

"Hn, ngomong-ngomong kenapa kau hidup sendiri disini?"

"Karena aku tak mau pergi dari kota ini."

"Eh? apa maksudmu?"

"Ibu dan ayahku dipindah tugaskan di kota lain oleh perusahaan tempat mereka bekerja, jadi mereka harus pindah dari kota ini meninggalkanku."

"Kenapa kamu tak ikut dengan kedua orang tuamu?"

"Kan sudah kubilang kalau aku tak mau pergi dari kota ini...apalagi harus meninggalkan sekolah dan teman-temanku."

"Oh? Apakah itu benar alasanmu? Kukira kamu hanya tak ingin repot-repot mengurus surat perpindahan sekolah...atau jangan-jangan kamu...bodoh? karena kamu merasa takut untuk mengikuti tes di sekolah lain dan takut gagal?"

"Bukan begitu! Aku bisa saja pindah, tetapi aku merasa sangat betah di kota ini, dan aku merasa sangat nyaman tinggal di apartment ini dan bersekolah disana. Aku merasa senang dan bahagia disini, jadi aku tak pernah mau tinggal di kota lain selain kota ini. Dan lagipula teman-temanku yang berada disekolah adalah teman yang tak bisa digantikan lagi, mereka adalah teman terbaikku dan aku tak mau meninggalkan mereka, terutama Ino."

"Ino?" tanya Sasuke dengan nada seolah tak pernah mendengar nama tersebut. Dan Naruto yang mendengarnya mulai merasakan deja vu oleh apa yang dikatakan Sasuke. Dan karena hal itu, Naruto dibuat sangat jengkel dan kesal padanya. Bagaimana tidak jengkel coba, Sasuke sudah mengatakannya dua kali akhir-akhir ini, pertama di sekolah dan sekarang dikamarnya. Ia juga kesal karena dirinya merasa kalau sahabatnya itu dianggap tak pernah ada oleh Sasuke, padahal ia tahu kalau dirinya baru saja bertemu dengan Ino, tetapi kenapa dirinya dengan mudahnya melupakannya? Dasar iblis brengsek, begitulah yang difikirkan Naruto.

"Ino Yamanaka, orang yang menyatakan cintanya di aula sekolah tadi padamu," sahut Naruto penuh penekanan seakan memaksa Sasuke untuk terus mengingatnya.

"Oh dia," balas Sasuke singkat sambil membereskan beberapa pakaian yang tersisa di lantai kamarnya.

"Ano sa...kenapa sih kamu menolaknya? Ino adalah gadis yang paling baik dan cantik, dia juga sangat pintar di semua bidang pelajaran, bahkan beberapa minggu lalu dia telah menjadi juara olimpiade matematika se-provinsi Tokyo. Asal kau tahu, banyak siswa yang mengejar dirinya untuk dijadikan pacar, namun Ino selalu menolaknya karena dia hanya menyukaimu. Seharusnya kau berbangga hati telah dicintai oleh gadis terpintar disekolah."

"Hm, baunya harum sekali. Aku jadi tak sabar untuk memakannya," seru Sasuke mengabaikan setiap ucapan yang dilontarkan oleh Naruto. Kini Sasuke berada dibelakang Naruto, mendekatkan kepalanya ke bahu Naruto dan mencium-ciumi aroma makanan yang dimasak Naruto, sedangkan Naruto yang menjadi bahan sandarannya hanya menghembuskan nafas pelan.

Lalu beberapa detik setelah dirinya menghirup udara sekitar, Naruto tanpa sengaja menghirup aroma alami yang keluar dari tubuh Sasuke yang berada dibelakangnya sehingga membuat Naruto tersentak dan menoleh kearah Sasuke, hingga akhirnya menyadari kalau kini Sasuke telah bertelanjang dada dibelakangnya dan menyandarkan tubuh bagian atasnya dibelakang punggungnya.

Karena dirinya tak kuat menahan rasa paniknya melihat tubuh putih Sasuke, dirinya pun langsung berjalan mundur dari tempat awalnya dan kemudian berteriak menyuruh Sasuke untuk memakai bajunya sambil mendorong Sasuke agar menjauh dari tempatnya berada. Wajah merahnya kini tak bisa ia tampung lagi. Dan karena melihat tubuh Sasuke tersebut, Naruto jadi sulit berkonsentrasi memasak sehingga membuat Naruto kewalahan sendiri. Karena hal itu, Naruto yang awalnya berniat menyiramkan masakannya dengan gelas takaran cairan penyedap rasa yang ia siapkan sejak awal malah mengambil 'biang' cairan penyedap rasa yang berada di sebelah kiri gelas kecil tersebut sehingga hasilnya membuat masakannya dikelilingi api besar dan membakar masakannya sampai habis dan gosong.

Naruto dan Sasuke menarik nafas bersamaan ketika api itu semakin besar dan besar, bahkan karena saking besarnya, mereka berdua pun mundur tiga langkah dari tempat awalnya dan bersandar di lemari buku yang tak jauh dari posisi dapur tersebut. Mereka semua terlanjur ketakutan dan panik jadi fikiran mereka kini hanya dikelilingi rasa takut dan kaget, tak memikirkan hal lain semacam memadamkan api tersebut.

Tetapi untungnya alarm anti kebakaran pun berbunyi sehingga air yang keluar dari akses atap pun berhasil memadamkan api di masakannya tersebut. Namun sayangnya Naruto dan Sasuke juga menjadi bahan pemadaman api tersebut, sehingga hasilnya membuat tubuh mereka berdua jadi basah dan dingin.

Tangisan Naruto meledak saat air itu datang membasahi tubuhnya dan Sasuke, lalu dia berlari panik kearah tempat tidur Sasuke yang juga telah basah oleh akses anti kebakaran tersebut. Ia tak mengira kalau seluruh ruangan akan disirami oleh akses anti kebakaran itu. Tangisan Naruto semakin meledak dan tak bisa dihentikan, dia menangis bukan karena bajunya yang telah basah, tetapi karena nasibnya yang kini semakin parah dipandangan Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya memandangi kamarnya tersebut dengan tatapan tak percaya dan kaget. Selama seumur hidupnya, baru kali ini kamarnya hancur berantakan melebihi apa yang ia lakukan sebelumnya. Jika seperti ini, bagaimana dirinya bisa merapihkannya dalam satu malam?

"G...g...gomen," desis Naruto merasa sangat bersalah seraya menunjukkan wajah polosnya yang terlihat sangat ketakutan kearah Sasuke.

Beberapa menit setelah kejadian, pemilik apartment pun datang mengunjungi kamar Sasuke, tepatnya setelah dirinya mendapat kabar dari Naruto kalau kamar milik Sasuke habis terjadi kebakaran ringan. Pemilik apartment tersebut begitu terkejut melihat kamar sewanya sudah basah diguyur air, terutama lantai-lantainya yang awalnya polos dan rapih pun kini telah licin oleh desiran air. Si pemilik apartment mendecak-decak heran dan bertanya kepada mereka berdua kenapa kamar ini bisa seperti ini.

Mendengar pertanyaan si pemilik apartment, Sasuke tak tinggal diam. Dia mulai menjelaskan semuanya dari awal, terutama ketika dirinya dan Naruto yang awalnya sedang mengobrol sampai akhirnya kejadian yang menimpanya itu. Pada saat yang sama Naruto pun meminta maaf pada si pemilik apartment yang notabene adalah teman kenalannya.

"G-g-gomenasai Anko-san...aku sangat menyesal, gomenasai!"

"Sudah...sudah, tak apa-apa kok, lagipula tadi Sasuke-kun sudah menjelaskan semuanya. Kamu memang tak sengaja bukan?" balas Anko sambil mengecek setiap barang yang telah basah diruangan tersebut.

"Iya, maafkan aku."

"Iya tak apa-apa Naru-chan, tak perlu meminta maaf. Yang namanya kecelakaan pasti akan selalu terjadi secara mendadak, jadi kamu tak perlu meminta maaf, ini 'kan namanya kecelakaan. Sasuke-kun?"

"Ha'i?"

"Sepertinya kamarmu tak akan bisa kering selama satu bulan. Soalnya aku harus membongkar dan merapihkan setiap barang yang basah, terutama kasur dan sprei-mu, mereka butuh di laundry dan dicuci agar kembali bersih seperti semula, jadi kemungkinan akan selesai selama satu bulan dan untuk sementara kamar ini tak bisa kamu pakai dulu, kalau kamu mau kamu bisa tinggal dirumahku, tetapi aku tak punya kamar tambahan..."

"Tak perlu Anko-san, aku bisa tinggal di kamar temanku. Tak apa-apa kok."

"Hontou? Apa benar tak apa-apa?"

"Ha'i, tak apa-apa kok. Ne?" Sahut Sasuke pada Anko lalu beralih ke Naruto.

"Kamar temanmu?" tanya Naruto sambil mengerutkan keningnya bingung, sedangkan Sasuke yang melihat kebingungan di wajah Naruto pun langsung berjalan mendekatinya dan kemudian mengarahkan telunjuknya kearah Naruto ketikanya dirinya tiba tepat didepan Naruto.

"Kamarmu," sahutnya tepat setelah dirinya mengarahkan telunjukya ke Naruto.

Awalnya Naruto tak mengerti dengan maksud dari jemari telunjuk dan perkataan Sasuke tersebut, karena dirinya mengira kalau telunjuk Sasuke yang mengarah kepadanya itu cuma sekedar ingin membuat Naruto untuk menunjukkan telunjuknya kearah Sasuke, sedangkan soal perkataan 'Rumahmu' yang tadi dilontarkan Sasuke, dia malah tak sama sekali memperdulikannya. Tetapi beberapa detik setelah itu Naruto pun mulai mengerti maksud dari telunjuk dan menyadari perkataan Sasuke tadi, sehingga membuat Naruto terkejut dan membelalakkan kedua matanya tak percaya.

"EHH! SERIUSS?!"

TBC

A/N: Ne...ne, bagaimana? Humornya terasa gak sih? Aku tak yakin dengan humornya, soalnya aku juga rada-rada mengingat humornya yang berada di film. Cuma sekali doang sih nontonnya, jadi yah gini deh...jadi garing, hehehe^^

Tunggu chapter selanjutnya ya,,

Bye~