Moshi-moshi minna…

Ini sekuel yang dijanjikan, saya buat karena banyak yang mendukung. Terima kasih semua! Hana sangat senang.

Buat yang belum baca, ini 'seri' kedua dari fic saya, yang berjudul "Aku Anak Siapa". Boleh baca itu dulu kalau mau tahu gimana Sealand bisa sampai ke persidangan. Jadikan multichap saja ya? Karena saya sangat sibuk *benturin kepala ke tembok*. Mungkin fic ini akan dipenuhi hinaan, saya-pun nggak tahu kenapa banyak yang muji fic sebelum ini, maaf. T.T

Jeda '.' Saya perbanyak, supaya tidak pusing… hehe. Selamat membaca! Semoga selamat sampai tujuan! (?)

Warning: Mari kita anggap perebutan hak asuh anak itu sama dengan dua pasangan yang memperebutkan satu anak (weird…). Lagi pula, ini sidang paling konyol yang pernah ada. Dan juga, Iggy kita anggap sebagai calon ibu-nya Sealand, bukan kakaknya (gara-gara fanart nih -,-).

.

(o-o-o)

"Sealand Anak Siapa?"

Hetalia Axis Powers : Hidekaz Himaruya

This fic : Hana Mizuno

(o-o-o)

.

.

Sealand benar-benar mengikuti saran anggota PBB.

Hari ini ia pergi ke sebuah gedung besar, dengan deretan huruf besar yang terpampang di dinding depannya.

.

Nation Court / Pengadilan Negara

Facilities of the United Nations

.

"Nggak salah, nih?"

Sealand tak menyangka segalanya akan berakhir seberlebihan ini, atau mungkin tepatnya, selebay ini. Baru saja kemarin ia diberitahu bahwa ada persidangan yang mampu membantunya. Tapi, kok harus sampai ketemu hakim, sih?

Hidup Sealand bagaikan fairytale.

.

Tapi tak ada cara lain. Kalau melakukan tes DNA, dibandingkan dengan siapa? Sealand juga tidak mengenal Nation lain, begitu pula sebaliknya. Jarang ada yang menyadari kehadirannya di mana-mana. Jadi, tidak ada yang bisa menolong.

Masuk ke dalam gedung ini adalah satu-satunya cara.

Sebelum masuk, Sealand membaca semacam mantera. Berkomat-kamit panjang untuk menangkal kemungkinan adanya setan pengadilan atau sebagainya, sebelum ingat ini bukan kuburan. Lalu layaknya turun dari angkutan umum, Sealand mendahulukan kaki kiri, membuka engsel pintu perlahan, dan…

.

"Selamat datang, Sealand-kun!"

Sesosok berambut putih menyambutnya dengan penuh rasa gembira, bagaikan majikan menemukan anjingnya yang hilang di sumur tua setahun lalu. Dan, jika ingin lebih jelas, silakan bayangkan adegan Teletubbies paling lebay yang pernah anda saksikan.

"Empf!... Oi! Lepaskan…!" Sealand meronta-ronta minta diturunkan. Sekilas mirip anak kecil diculik genderuwo lantaran bermain sampai maghrib.

"Oh, maaf, Sealand-kun," pria berambut putih yang ternyata anggota PBB itu menurunkan Sealand, melupakan segala ke-OOC-annya.

"Huft… Bapak mau bunuh saya, ya?" Sealand tersengal-sengal.

"Sekali lagi, maafkan saya, Sealand-kun. Mari saya antar ke tempat sidangnya," ujar si pria dengan nada malu.

Mari kita analisis, jikalau si anggota PBB adalah lolicon.

Sealand menurut, lalu mengikuti anggota PBB dengan wajah sengsara duluan. 'Gedung segede gini masih ada ruangan lagi?' batinnya.

Iseng, Sealand mengamati. Wah, orang-orang pengadilan canggih semua. Atasnya jas, bawah sandal jepit. Tapi, masih tetap pasang wajah berwibawa, tak tertebak mana yang mau kerja dan mana yang nahan pipis. Ada yang duduk sambil menatap layar komputer dengan sibuk, meski tebakan Sealand orang itu sedang membuka situs yang nggak-nggak. Sisanya sibuk ngurusin dokumen-dokumen, entah isinya permintaan bantuan atau cicilan hutang.

Otaknya Sealand mulai nggak beres.

.

(o-o-o)

.

"Kita sampai, Sealand-kun."

Sealand melongo saat si anggota PBB membukakan pintu ruangan di mana ia akan sidang akan berlangsung. Ruangan itu cukup besar untuk main bola, tapi sayang kebanyakan kursi. Di tempat terdepan, terlihat hakim dan kawan-kawan (Sealand nggak tahu siapa saja itu), telah siap untuk persidangan.

"Silakan masuk," anggota PBB mempersilakan, lalu pergi meninggalkan Sealand.

Cengo sejenak, tahu-tahu Sealand sudah disambut lagi oleh si hakim.

"Sealand~!"

Belum sempat Sealand kabur, si hakim berambut coklat tua bangkit dari tempat duduk dan menangkapnya.

Ini gedung isinya lolicon semua, ya?

Sealand kembali memberontak. Tidak mau mengambil resiko ditendang Sealand, si hakim segera melepaskannya.

"Hah… Siapa anda? Pak hakim?" tanya Sealand seraya mengambil jarak.

"Betul!" si hakim (tak becus) kini tersenyum lebar. "Saya Antonio Fernandez Carriedo, alias Spain, alias hakim di sini!"

Pengadilan sepertinya kekurangan stok hakim.

"Apa?" Sealand shock. 'Hakimnya kok beginian, sih?'

"Sealand tidak percaya, ya?" Spain memasang wajah merana. "Saya bisa diandalkan lho~"

"Eh? Maksudnya… itu…"

"Saya yang akan membantu Sealand! Karena saya menjadi hakim yang dipilih oleh pengadilan ini~!" Spain berseri-seri.

'Bukannya gitu, hakimnya nggak bisa dipercaya!' batin Sealand. "B-Beneran, nih?"

Sebenarnya Spain itu lumayan, namun Sealand saja yang berpikiran seperti itu. Di mana fans, Spain sangat keren. Karena Sealand bukan fans, dia tidak percaya.

"Aku nggak bercanda, kok! Ayo, lekas duduk!" Spain mempersilahkan Sealand duduk di bagian kanan tempat hakim, yang di sebelah tempat duduknya ada dua penjaga.

Sealand pasrah saja duduk di situ. Ia memandang ke sekeliling. Di dekat Sealand (atau paling depan), ada satu hakim, yaitu Spain, beserta dua orang pembantu yang kelihatannya dipaksa, Romano dan Austria. Di seberangnya, di depan pintu, ada deretan kursi penonton. Sealand bergidik membayangkan pengadilan ini akan disalahgunakan untuk sirkus keliling.

Lalu di depan deretan kursi penonton, ada beberapa box. Masing-masing box bertuliskan "pengacara", dan peran-peran lain yang kelihatannya akan ikut serta di sini. Terakhir, di sudut kiri dan kanan, masing-masing terdapat dua kursi dan satu meja. Kelihatannya sengaja dipasangkan untuk…

Untuk siapa?

"Yak! Sidang akan dimulai~"

Sealand tersadar oleh suara Spain dan buru-buru memperbaiki posisi duduknya. Ia baru sadar bahwa kursi penonton hanya diisi oleh anggota PBB yang mau menonton, bukan siapa-siapa lagi. Ternyata Sealand memang asing di sini.

"Huh, brengsek! Ayo lanjutkan!" Romano berkata gusar.

"Baiklah, sebelum kita mulai persidangannya, saya mau Sealand mendengarkan peraturannya dulu~" Spain tersenyum.

"Jadi, sidang 'Perebutan Hak Asuh Anak' ini bukan sidang biasa, lain dari yang lain. Berhubung hakimnya saya, maka cara memutus permasalahannya harus dengan cara saya! Hehehe…"

Sealand mau pulang saja.

"Seperti yang bisa kau lihat, box-box di sana masing kosong, kan? Nah, nantinya box itu akan diisi oleh para 'pembantu' dalam permainan kita ini~"

"Hei, bodoh! Kita bukan mau main-main, brengsek!" Romano naik darah.

"Romano…" Spain menoleh ke samping. "Sabar dulu, jangan marah-marah begitu."

"Urusai. Hei, pengadilan! Mengapa mahluk bodoh ini dipilih sebagai hakim, sih? Memangnya tidak ada orang lain?" Romano memprotes.

"Eh iya, ya? Kok, hakimnya bisa Spain?" tanya Austria.

Kemudian, salah satu anggota PBB di kursi penonton berdiri.

"Maaf sebelumnya, kemarin kami sudah berunding soal hakim…"

.

(o-o-o)

.

PBB 1 : Jadi, siapa hakim untuk sidang besok?

PBB 2 : Menurutku, jangan dari Allied Forces dan The Nordics, nanti memihak.

PBB 3 : Jangan Axis Powers juga, mereka sudah banyak ambil alih.

PBB 1 : Kalau begitu, siapa? Apa kita ambil dari Eropa saja, minimal pesertanya kenal.

PBB 3 : Oke. Sebaiknya cowok.

PBB 2 : Ia harus siap dan tak peduli situasi!

PBB 3 : Apa? Tak peduli situasi?

PBB 1 : Berarti, semangat, antusias, dan berisik…

Hening sejenak.

All : Spain…?

.

(o-o-o)

.

"Begitulah ceritanya" si PBB kembali duduk.

"Kenapa bukan aku, atau Switzerland?" gumam Austria.

"Biar saja, mungkin ia bisa diandalkan," anggota PBB lain menyandarkan kepala ke dinding. "Kita menonton sajalah."

"Bisa saya mulai sekarang?" tanya Spain, jengkel karena dianggap bodoh dan sebagainya.

Sealand buru-buru berkata, "silakan lanjutkan!"

"Oke, kita mulai sekarang~"

Semua orang yang ada di ruangan berusaha serius mendengarkan Spain.

"Jadi, sidang ini akan saya buat dalam beberapa babak. Dalam setiap babak, masing-masing calon orangtua Sealand akan berusaha memenangkan 'permainan'. Dan, yang akan memenangkan hak asuh adalah… yang mendapatkan poin terbanyak dan menjadi PEMENANG!"

Gubrak!

Ini sidang apa bukan, sih?

"Tapi, pak hakim!" Sealand memprotes. "Ini kan, bukan lomba?"

"Tenang Sealand~" Spain memainkan palu di atas meja. "Kita mencoba menyelesaikan ini dengan 'lomba' tapi sebenarnya tetap mencari siapa yang cocok menjadi orangtuamu. Tetap, hakim Spain akan memutuskan perselisihan dengan adil!"

Sealand menepuk keningnya, bersamaan dengan orang-orang yang sweatdrop.

Spain menegakkan tubuhnya. "Sebelum mulai, ada pertanyaan?"

"Ada! Ada!" Sealand teringat. "Yang dimaksud… calon orangtua saya?"

"Itu dia!" seru Spain. "Mari, kita sambut pesertanya! Di sudut barat, Sweden dan Finland!"

Sealand cengo, namun segera menyadarkan ingatannya. Dilihatnya pintu kecil di ujung barat terbuka, dan dari sana muncul dua Nation. Yang pertama tinggi dan agak menyeramkan, yang kedua terlihat… cantik?

"Sebaiknya kau sembunyi dulu, biar jadi kejutan~" bisik Spain pada Sealand. Yang disuruh segera menurut.

"E-eh? Ini di mana?" Finland bertanya bingung. Sweden ikut mengamati.

"Biarkan dulu mereka," ujar Austria. "Sepertinya Trio Baltic yang ditugaskan mencari terlalu mendadak hingga tak sempat menjelaskan."

"Bodoh, seharusnya kau menugaskan yang lebih berbakat dalam culik-menculik," tukas Romano.

"Tak apa, tak apa. Sekarang, di sudut timur, America dan England!" Spain menunjuk pintu kecil di bagian timur. Serasa pertandingan sumo.

Dengan kasarnya, dua orang berambut pirang masuk. Entah berniat merusak pintu atau apa.

"Bodoh! Siapa yang membawaku ke sini, siapa?" England dengan brutalnya masuk ke dalam ruangan.

"Tenang dulu, old man! Seharusnya aku yang marah, mana ada hero diculik?" America mengikuti di belakang.

"Kali ini giliran African Family yang berulah," Austria menggelengkan kepala.

"Sudah kubilang, lain kali kerjakan sendiri," Romano kembali memprotes.

.

(o-o-o)

.

"Hey, git! Jelaskan mengapa kami dibawa ke sini," England dan America kini sudah terduduk di kursi masing-masing.

"P'nc'lik t'dak p'rn'h m'nyen'ngkan," ujar Sweden dingin.

"Hey~ mereka bukan penculik, tentu ada alasan mengapa kalian dibawa ke sini," jelas Spain.

"Kalau begitu, apa alasannya?" tanya America.

"Tentu saja kalian tidak tahu, hakim tolol ini menyembunyikan penyebabnya," ujar Romano.

Spain menoleh ke arah box Sealand. "Ayo keluar, Sealand~"

"Sealand?" Finland berseru kaget.

"Sealand? Peter Kirkland maksudnya?" England tak kalah heboh.

"M'na 'n'k 'tu?" tanya Sweden.

"A-aku di sini…" Sealand muncul setelah lama bersembunyi.

Dan kemunculan Sealand membuat para Nation ingin merebutnya.

"Sealand! Bocah ! Ke mari kau!" America histeris.

"Hah! Sealand! (err…) Anakku! Sini!" Finland melompat dari box-nya.

"Apa? Anakmu? Dia anakku! Sealand!" England ikut melompat.

"Gyaaa!" Sealand mencoba kabur ketika dua calon 'ibu' berlari ke arahnya.

"Sealand!" Finland, masih dengan wajah inosen, menarik Sealand yang hendak kabur.

"Hey! Ingat 'pembuatmu' ini? Ayo ke sini!" England menarik Sealand ke arah yang berlawanan.

"Wah, seru! Inikah sifat alamiah orangtua?" Spain bersemangat.

"Sakit! L-lepaskan!" teriak Sealand.

America dan Sweden hanya bengong melihat kelakuan 'istri' mereka.

"Eh, iya! Stop! Stop!" Spain sadar akan tugasnya sebagai hakim, lalu menghentikan aksi Finland dan England.

Pertandingan 'Tarik Sealand'-pun berakhir.

.

(o-o-o)

.

"Aah! Sealand…" Finland menggapai-gapai ke belakang, tak peduli Sweden menggendongnya kembali ke box.

"Jangan berbuat begitu, jerk Arthur!" America menyeret England yang berusaha menarik kaki Sealand.

"Dia anakku, hell git! Mana bisa kubiarkan dia diambil orang?" tukas England.

"T'nang…" Sweden mencubit Finland dengan wajah tak berdosa, namun sebenarnya membuat Finland semakin histeris.

"Hosh… hosh…" Sealand mencoba menenangkan diri. Sementara para lolicon dari PBB meminta kedua penjaga Sealand untuk mengipasi anak itu.

"Ya, saya selaku hakim wajar saja. Itu bukti bahwa kalian menyayangi Sealand," Spain kembali memulai sidang. "Baiklah, apa masing-masing pihak menginginkannya kembali?"

"P-pihak apa?" tanya Finland polos.

"Pihak orangtua, tentu saja!" cengir Spain.

"Jadi, kami dipasangkan sebagai calon orangtua Sealand?" America bertanya lagi.

"Tepat~" Spain mengacungkan jempolnya.

"Tapi… tidak! Kau anggap aku ini istri hero bodoh ini? No way!" England dengan suara toa-nya memprotes.

"Kau pikir aku mau? Big hell no!" balas America.

"P'm'sangan y'ng t'pat…" gumam Sweden. Finland mengambil jarak, ketakutan.

"Hei, jangan bertengkar di sini…" Austria menghentikan.

Sealand meyakini calon orangtuanya tidak ada yang beres.

'Yang itu America dan England, kan? Lalu yang satu lagi, Sweden dan Finland. Orangtua gue yang mana, ya? Akh, gue bingung!' batin Peter dengan aksen aslinya.

"Mungkin kalian kaget, tapi bukankah ini satu-satunya jalan untuk mendapatkan hak atas Sealand? Lagipula, kalianlah yang diyakini sebagai orangtuanya," jelas Spain.

"Benar, ya? Baiklah! Aku akan mendapatkan anak itu kembali!" seru England.

"Kita lihat saja nanti, siapa yang berhak? Ufufu~" tawa Spain. "Babak pertama, DIMULAI!"

.

(o-TBC-o)

.

Huah! Daripada kelamaan, mending dimunculin satu chap dulu, deh #plak.

Oh, saya salah satu fans-nya Spain XDD. Apa dia kelihatan aneh? Dan… Romano kasar banget.

Soal ibu-bapak, sepertinya itu hanya keterpaksaan (terutama Iggy) untuk merebut Sealand kembali.

Review?