Chapter 1

Seorang remaja bersurai baby blue berjalan melewati deretan bangunan di sepanjang jalan. Sesekali langkahnya terhenti untuk sejenak mengamati bangunan-bangunan tertentu. Seperti yang saat ini dilakukannya. Sebuah bayangan bangunan bertuliskan SMP Teikou memantul di kedua iris yang senada dengan rambutnya.

Tersentak karena merasa teringat sesuatu, kedua iris langit musim panas itu melihat beberapa digit angka yang tertera di layar ponsel hitam miliknya yang barusan ia buka flipnya, yang tidak lain adalah waktu saat itu.

"Sepertinya aku sudah terlalu lama berjalan-jalan."

Dengan tubuh mungilnya –tidak, itu dulu, kini tubuhnya sudah bertambah tinggi meski hanya beberapa centi- remaja tersebut melanjutkan langkah kakinya, menuju sekolah barunya, SMA Seirin.

#

"Eh? Bukankah itu Kurokocchi ssu? Sejak kapan dia memanjangkan rambutnya?" seorang remaja bersurai kuning berbalut seragam khas Kaijou bertanya pada senpai yang berjalan bersamanya ketika melihat sesosok yang seperti dikenalnya.

Senpai yang diajaknya bicara menoleh mengikuti pandangan si kouhai. "Kurasa...tubuhnya juga terlihat tidak semungil dulu." Kemudian remaja bersurai hitam itu segera menyahut sebelum si kouhai berteriak memanggil si remaja bersurai baby blue itu di seberang jalan. "Ikou yo...kita bisa terlambat!"

"Chotto~ aku ingin melempar cium pada Kurokocchi ssu~"

Dan sebuah tendangan mendarat di punggung si surai kuning itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu berteriak seperti orang kesurupan begitu!"

#

"Oi, oi, Shin-chan, bukankah itu Kuroko?" seorang remaja yang sedang mengayuh sepeda dengan sebuah gerobak mengekor dibelakangnya menghentikan aktivitasnya.

Remaja bersurai hijau yang duduk di dalam gerobak sambil membawa sebuah gantungan kunci berbentuk burger itu ikut menoleh. "Kuroko tidak mungkin setinggi itu dan tidak mungkin memiliki rambut gondrong seperti itu nanodayo."

"Rambut dan mata biru muda itu jelas miliknya," si surai hitam berbalut jaket oranye di atas sepeda itu masih mempertahankan pendapatnya.

"Kalau begitu panggil saja jika ingin memastikannya nodayo," balas si surai hijau yang berseragam sama bertuliskan Shutoku.

"A...ano...dia sudah menghilang seperti biasanya."

#

"Tetsu?" seorang remaja pria bersurai biru tua menghentikan langkahnya dan mengelap segenang air mata di pelupuk matanya karena habis menguap. "Ini bukan jalan tercepat untuk menuju Seirin, kan?"

"Hee~ sejak kapan Tetsu-kun jadi segondrong itu? Dan tubuhnya itu! Dia jadi terlihat lebih tinggi." Gadis bersurai pink yang berdiri beberapa langkah di depan pria tadi menimpali.

"Dia memang lebih tinggi dari biasanya."

Merasa tidak ada jawaban, si pria berkulit tan berseragam khas Touou itu menoleh untuk sekedar melihat keadaan teman sejak kecilnya itu. Dan ia berhasil dibuat kaget hingga terlonjak ke belakang karena si gadis kini memandang orang yang dipanggilnya Tetsu tadi dengan mata berbinar-binar serta pancaran bintang-bintang di sekelilingnya.

"Bukankah Tetsu-kun jadi lebih keren?"

#

"Atsushi, kenapa kita harus main kemari?" tanya seorang remaja dengan surai hitam yang menutupi sebelah matanya.

"Karena aku rindu Tokyo, Murochin," jawab remaja bersurai ungu dan bertubuh tinggi disebelahnya sambil makan maiubo di tangannya. Namun tiba-tiba ia menghentikan aktivitasnya. "Bukankah itu Kurochin?"

Si pemilik tahi lalat di bawah mata kanannya menoleh mengikuti pandangan temannya.

"Apa dulu ia setinggi itu dan memiliki rambut sepanjang itu?" tanyanya.

Sedang si remaja bersurai ungu berbalut jaket bertuliskan Yosen yang sama dengan temannya tadi hanya mengangkat bahu.

#

Seorang remaja bersurai merah keluar dari sebuah mobil hitam yang terlihat begitu elegan hanya karena sesosok remaja bersurai baby blue memantul di iris scarlet-goldnya.

"Wah, wah, baru saja tiba di Tokyo karena membolos, aku sudah menemukan apa yang kucari."

Namun tiba-tiba seringaian yang sempat mampir di wajah tampannya lenyap. Heterokromnya menyipit.

"Oh, ternyata bukan. Itu bukan yang kucari."

Hingga sosok bersurai langit musim panas itu menghilang di tengah kerumunan kota, pandangan heterokrom milik remaja itu terus membuntutinya.

"Tetsuya harus menjelaskan ini semua."

Kemudian si remaja berbalut jaket khas Rakuzan itu kembali memasuki mobil hitamnya.

#

"Ohayou, hari ini kalian kedatangan teman baru," ucap seorang sensei dengan lantang di depan kelas.

"Haah? Murid baru? Dia pindah di tengah-tengah semester begini. Bagaimana menurutmu, Kuroko?" tanya salah seorang remaja bersurai merah kehitaman pada teman yang duduk di belakangnya.

"Biasanya kau hanya peduli saja dengan basket dan makan, Kagami-kun," jawab si remaja bersurai baby blue bermuka datar sedatar tembok itu, menatap teman yang duduk di depannya dengan kedua iris yang senada dengan warna rambutnya.

Seiring digesernya pintu kelas, seorang remaja bersurai dan bermanik baby blue melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Dan tak dapat dielak lagi kedua murid yang sempat membicarakannya tadi melebarkan kedua matanya.

Seusai menuliskan namanya di papan tulis, si murid baru itu berbalik. "Ohayou, boku no namae wa... Kuroko Izaya desu. Hajimemashite."

.

.

"Twins of Kuroko" by Aragaki Kuga

Disclaimer : Kuroko no Basuke selamanya milik Tadatoshi Fujimaki

Warning : gaje, typo, BL, shounen ai, twin!Kuroko, OOC, alur cepat, dll

AkaKuro

Rated M, buat jaga-jaga

Kalo nggak tertarik silahkan di close, jika penasaran boleh terus

.

.

.

"Hah? Kuroko ada dua!" ujar Kagami.

"I-Izaya-nii, apa yang kau lakukan disini?" sahut Tetsuya, namun bukan kepada Kagami.

"Nii?"

"Hai, Kuroko-kun, kau bisa duduk di..."

"Aku tidak mau kalau tidak di sebelah Tetsuya, sensei," potongnya. Kemudian pria bersurai baby blue itu langsung melangkahkan kaki menuju bangku disebelah murid yang memiliki surai berwarna sama sepertinya.

"Boleh, kan, kita tukar tempat duduk?"

Seorang gadis yang duduk di bangku di sebelah Tetsuya segera mengangguk dengan kikuk dan terlihat semburat merah di kedua pipinya.

"Izaya-nii, kenapa kau mengusir temanku?" tanya Tetsuya setelah orang disebelahnya menghempaskan pantatnya di kursi, namun tetap dengan muka datarnya. "Dan kenapa Izaya-nii tidak bilang akan sekolah di sini?"

"Aku tidak mengusirnya, Tetsuya. Aku hanya bertukar tempat duduk dengannya," balas Izaya sambil tersenyum. "Dan aku ingin memberimu kejutan, makanya aku tidak bilang akan sekolah disini. Memangnya kau sama sekali tak berpikir bahwa bisa saja aku di sekolah yang sama denganmu?"

"Oi, Kuroko, apa maksud semua ini?" Akhirnya Kagami tidak kuat menahan rasa penasarannya.

"Aah, kau teman basket yang sering diceritakan Tetsuya?" sahut Izaya memotong. "Perkenalkan, aku kakak kembar Tetsuya."

Kedua manik ruby Kagami menyipit. Dia orang yang banyak bicara, berlawanan sekali dengan Kuroko. Ucap Kagami dalam hati. Selain itu, aku merasa auranya mirip seseorang, terasa mengintimidasi. Dan bagaimana ia bisa lebih tinggi dari Kuroko? Padahal mereka kembar. Apa dia berandalan? Ia sengaja tidak memotong rambutnya, ya? Batin Kagami masih menganalisis.

"Jangan menganalisisku seperti itu, Kagami-kun," ucap Izaya datar.

Kagami terlonjak. Sungguh, orang ini mirip seseorang. Siapa ya?

Di sisi lain, seorang remaja bersurai merah darah menyeringai membaca sebuah tulisan yang tertera di suatu bangunan sekolah. SMA Seirin.

#

Jam istirahat...

Tetsuya sedikit tersentak dan dengan segera ia merogoh saku celananya, mencari sebuah ponsel yang baru saja bergetar. Setelah ditemukan dan dikeluarkan dari saku, dibukanya flip ponsel biru muda itu.

Tetsuya menghela nafas tepat seusai ia membaca pesan singkat yang barusan diterimanya. Ia menoleh pada sang cahaya dan kakak kembarnya, untung keduanya tidak melihat saat helaan nafas lolos dari mulut Tetsuya. Dan ia kembali menghela nafas untuk kedua kalinya.

"Kagami-kun, aku tidak ikut jam pelajaran setelah ini. Tolong sampaikan pada sensei, tiba-tiba aku merasa tak enak badan."

Kagami memandang sang bayangan sejenak. "Baiklah, Kuroko. Perlu kutemani ke ruang kesehatan?" tawarnya.

"Tidak perlu, Kagami-kun."

"Kau baik-baik saja, Tetsuya?" tanya Izaya yang sedari tadi mendengarkan mereka berdua.

"Aku hanya akan istirahat sebentar, Izaya-nii."

"Tidak ingin kutemani?"

"Tidak perlu, Izaya-nii." Tetsuya mengulang jawabannya pada Kagami tadi. "Izaya-nii murid baru, sebaiknya menyesuaikan diri dengan kelas ini dulu."

Setelah keluar dari kelas, Tetsuya segera menuju ruang kesehatan. Namun setibanya ia didepan pintu putih dengan papan menggantung diatasnya bertuliskan 'UKS' tersebut, Tetsuya hanya melewatinya. Kakinya terus melangkah membawanya ke tangga yang menuju ke atas, dan berakhir di atap sekolah.

Dibukanya pintu atap dan segera ditutupnya kembali. Ia mengedarkan pandangannya. Dan kedua iris biru langitnya menangkap sepasang kaki yang terlihat di balik sebuah tembok. Tanpa ragu, Tetsuya pun berjalan menghampiri ke arah si pemilik kaki.

"Apa yang Akashi-kun lakukan disini?"

Si pemilik kaki duduk menyandar tembok sambil memejamkan matanya. Surai merahnya bergoyang diterpa angin. Beberapa detik kemudian seringai kecil muncul di wajahnya. Kelopak matanya terbuka menampilkan scarlet-gold di kedua bola matanya.

"Kalau tak ingin menemuimu, aku tak akan disini, Tetsuya." Sang mantan kapten basket Teikou yang memiliki the emperor eyes, siapa lagi kalai bukan Akashi Seijuurou, menutup flip ponsel merah yang sedari tadi berada di tangannya. "Dan aku senang karena kau langsung membalas pesanku."

Tanpa memberi balasan, sebuah helaan nafas kembali lolos dari mulut Tetsuya. Ia ikut duduk di sebelah mantan kaptennya tersebut.

"Bukankah ini masih jam sekolah, Akashi-kun?"

"Aku membolos. Lalu aku kemari untuk menemuimu." Kemudian Akashi mengarahkan jari telunjuknya pada dagu Tetsuya, menghadapkan wajah pucatnya tepat ke arah wajah Akashi. "Apa kita bisa bermain sekarang, Tetsuya?"

Mengerti maksud orang di depannya, seketika wajah Tetsuya serasa memanas. Tetsuya terdiam sejenak, sebelum akhirnya sebuah helaan nafas yang keempat kembali meluncur dari mulutnya. "Kau selalu tanpa basa-basi, Akashi-kun."

Akashi tersenyum menang. Tanpa pikir panjang, langsung dilahapnyabibir ranum Tetsuya. Sementara Tetsuya sendiri pasrah menghadapi perlakuan sang seme. Dimulai dari ciuman hangat yang lembut, hingga ciuman panas dari Akashi. Hanya dengan sedikit mendorongkan lidahnya di antara kedua bibir Tetsuya, Akashi langsung berhasil meloloskan lidahnya masuk ke dalam mulut Tetsuya seolah menyentil sebuah tameng yang tidak ada apa-apanya. Satu persatu diabsennya deretan gigi Tetsuyanya. Dan tak lupa si emperor eyes itu mengajak lidah ukenya untuk menari bersama.

Tenggelam dalam permainan Akashi, Tetsuya merasakan sesuatu yang dingin menyusup ke balik kemeja sekolahnya secara tiba-tiba, tangan Akashi tentunya. Sama sekali tak dirasakannya kapan Akashi menarik kemejanya hingga keluar dari celana panjangnya. Bersamaan dengan itu, remaja bersurai merah itu mengakhiri sesi ciumannya karena kebutuhan akan stok oksigen. Benang saliva yang menghubungkan bibir keduanya terputus seiring Akashi menjauhkan wajahnya.

Namun bukan Akashi Seijuurou namanya kalau puas hanya dengan itu. Bibirnya kembali menjelajah ke perpotongan leher Tetsuya dan meninggalkan warna merah kesukaannya disana, menandakan bahwa Tetsuya adalah miliknya. Tangannya tentu tak akan berhenti di balik kemeja Seirin Tetsuya. Dan kini dua jari Akashi memainkan tonjolan sensitif disana yang sudah dibuatnya menegang.

"Inikah yang kau maksud tak enak badan, Tetsuya?"

Kedua iris baby blue dan heterokrom yang semula menutup kini terbuka dan membulat sempurna. Dihentikannya aktivitas yang masih menyisakan kekurangpuasan itu. Kini, seorang remaja bermanik baby blue berdiri tegap didepan kedua insan yang belum selesai akan kegiatannya tersebut.

"I...izaya-nii..." panggil Tetsuya terbata-bata.

Manik belang Akashi menyipit. "Kau yang mirip Tetsuya yang kutemukan tadi."

"Oh, kau sudah bertemu denganku. Tapi kau belum mengenalku Akashi Seijuurou," balas si kakak kembar Tetsuya itu. "Akan kuberitahu seperti apa diriku apalagi ketika melihat dirimu melahap Tetsuyaku di depan kedua mata ini."

Tetsuya sudah mengenalkanku padanya, batin si tuan muda Seijuurou itu. Dia juga posesif rupanya.

To Be Continued

.

.

.

(A/N)

Astaga ternyata ini fic masih pendek banget... -_-

Nggak aku baca ulang, maaf kalau ada kesalahan.

Ini pertama kali author bikin multichapter, mohon bantuannya. Dan sampai sekarang author sama sekali belum kepikiran tentang endingnya mau gimana, chapter selanjutnya mau gimana pun belum ada bayangan. Ada sih, tapi penuh bayangan lemon (maafkan kemesuman akut author)

Dan maaf sekali lagi karena author tiba-tiba saja mengalami WB, mungkin karena itu fic ini terlalu cepat dihentikan... -.-"

Dan semoga chapter selanjutnya bisa lebih baik. Mohon saran dan kritiknya.

Thanks for RnR, minna... ^.^)/