Celebrity Conflict © AzuraLunatique
Spin Off of Stalker Conflict
Brothers Conflict © Idea Factory & Otomate
Genres are Friendship, Humor, Slice of Life, Romance
Rate is T
.
Summary
Aku adalah seorang idola terkenal, penyanyi juga seorang aktor. Kehidupanku yang adem ayem hilang karena kedatangan Onee-san baru yang membuatku ingin memilikinya. TAPI, yang lebih parah, adalah munculnya cewek gila yang membuat kepalaku pusing juga senang? Entahlah, ini pertama kalinya aku benar-benar merasa puas tatkala menggoda cewek.
.
Hallo, readers! Kembali dengan saya, Azura. Kali ini saya membawakan fic dengan Fuuto POV. Mungkin, ada yang merasa heran kenapa nggak digabung dengan StaCon. Nah, dengan alasan yang sama seperti Best Friend Conflict yang merupakan Yuusuke POV, saya punya prinsip untuk tidak menyatukan lebih dari satu POV dalam satu cerita. Untuk saat ini, prinsip saya akan saya pegang erat-erat. Cukup saja chit-chat-nya.
Happy Reading! :D
.
Fuuto POV
Malam yang dingin. Aku menghela nafas keras, menampilkan embun panas yang keluar dari mulutku. Aku menenteng sebuah tas kresek yang berisi wortel, beberapa ranting dan beberapa buah batu besar juga kecil. Aku menyeringai lebar, mendapati tumpukan salju telah menutupi kota. Aku menarik ke atas syal merah yang kukenakan di leher.
Dingin.
"Malam ini dingin ya?" tanya Masa-niisan yang berjalan di sampingku. "Kenapa kalau nggak besok pagi aja?"
"Iya! Dingin tahu!" seru Yuusuke-niisan, kakak yang dua tahun lebih tua dariku. Kini ia sudah berumur 7 tahun dan sudah masuk sekolah. Hal ini membuatnya sedikit sombong. Ck, menyebalkan. Saat ini ia sedang bergandengan tangan dengan Masa-niisan. "Besok aja!" tambahnya.
"Nggak mau!" teriakku. Aku menatap tajam Yuusuke-niisan. "Lagian, Yuusuke-niisan juga mau kan?"
"A-Aku cuma mau nemanin kamu doank," jawabnya, terdengar gugup.
"Huh, dasar tsun!" bisikku.
"Tadi kamu bilang apa?" tanya Yuusuke-niisan, bingung.
"Nggak ada siaran ulang, budek!"
"Ka-Kamu!" Yuusuke-niisan mengulirkan tangannya, ingin menyerangku. Tapi, Masa-niisan menahannya.
"Kalian, jangan bertengkar deh. Nggak puas apa sehari-hari bertengkar mulu?"
"Capek," jawabku, santai.
"Fuuto yang nyebelin. Aku anak baik kok." Yuusuke-niisan memandang Masa-niisan dengan mata berkaca-kaca.
Masa-niisan tersenyum. "Iya, iya. Kalian berdua anak yang baik kok."
Kami pun sampai di taman yang kini sudah banyak anak-anak yang asik bermain salju. Beberapa membuat boneka salju. Tapi… wow! Boneka salju yang di sudut sana besar banget! Aku mencari-cari siapa gerangan yang membuat boneka salju setinggi dua meter itu dan aku menemukan seorang bocah sedang menepuk-nepuk badan boneka salju besar itu.
Aku langsung menghampiri bocah itu. "Hei! Bonekanya besar banget!"
Bocah itu menolehkan wajahnya dan aku mendapati wajah yang…
Wah, IMUT BANGET!
Aku melongo melihat wajah berkulit putih pucat dengan mata bulat berwarna hitam yang berkilau, juga bulu mata lentik, hidung mancung, bibir berwarna merah, pipi yang juga berwarna merah dan rambut pendek hitam ikal yang membingkai wajah imut itu.
"Who are you?" tanya bocah yang ternyata seorang cewek.
Aku mengerutkan keningku. "Kamu ngomong apa sih?"
Cewek itu juga mengerutkan keningnya lalu tersenyum dengan manisnya. "Ah, you cannot speak english, aren't you?"
"English? Ah, kamu bukan orang jepang?" tanyaku.
Gadis itu terdiam sebentar lalu mengangguk. Tapi, tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ah! Whatever!" Ia menjulurkan salah satu tangannya. "Do you.." tangannya yang lain menunjuk boneka salju, "wanna make snowman with me?"
Hah? Apa sih yang dia omongin? Tanya ke aku kalau boneka saljunya bagus? Tanya apa bonekanya nggak kebesaran? Atau…
"Come on! It's more fun, making it together!" seru cewek itu sambil menggaet tangan kananku dan menarikku ke arah tumpukan salju di bawah pohon.
Malam itu, aku membuat banyak boneka salju bersama cewek bule itu. Bahkan, kami membuat sebuah keluarga boneka salju. Ada papa, mama dan dua anak boneka salju. Kami menghiasnya dengan barang-barang yang kubawa dari rumah. Malam itu adalah malam musim dingin yang menyenangkan.
Masa-niisan juga akhirnya bergabung. Yuusuke-niisan sudah pulang, dijemput Ukyo-niisan karena kedinginan. Hahaha, payah. Dengan bantuan Masa-niisan, aku bisa sedikit berbincang dengan cewek itu. Dan aku pun tahu kalau namanya adalah Ai-chan.
"It's nice to have family," dia bilang dengan raut wajah sedih saat menatap tumpukan keluarga boneka salju.
"Kanapa kamu keliatan sedih?"
"Eh, ah," Ai terlihat berpikir, "I don't have family anymore."
Aku melirik Masa-niisan. Wajah Masa-niisan tampak simpati. "Dia bilang apa?"
"Ai-chan sudah nggak punya keluarga lagi, katanya."
"Eh?" aku turut bersimpati dengan keadaannya. Hmmm, keluarga, huh?
"Hei, Ai!"
"Hm?"
"Keluargaku banyak. Kami juga kaya. Kalau tambah satu nggak masalah kok. Lagian kamu nggak jelek-jelek amat. Jadi…" aku menjulurkan tanganku, lalu mengusap lembut pipi ranum yang ada di hadapanku, "kamu datang aja ke rumahku."
Sedetik kemudian, Masa-niisan menerjemahkan apa yang kukatakan. Wajah Ai langsung merekah dengan senyuman. Aku menatap senyuman itu lekat-lekat. Aku baru menyadari kalau di dunia ini ada senyuman yang begitu menarik.
"Ai-chan!" seru seseorang.
Aku menyipitkan mataku dan akhirnya menyadari kalau orang itu adalah seorang pria bule dengan rambut pirang juga mata biru. Orang itu berlari menghampiri kami bertiga. Ia ngos-ngosan tapi senyuman nangkring di wajahnya.
"Rio?" ucap Ai sambil terlihat heran. "Why do you look like a shit?"
Rio meraih Ai lalu memeluknya erat. "Ai-chan, I love you!"
Aku merinding. Ada ya pria yang suka anak kecil?
"Rio, what's wrong?"
Rio menarik dirinya, "Ai-chan, I got the ticket. Like you said, we can fly with transit first at Russia then continue to London. You are so smart! This whole stupid bad weather can't stop us now!"
Ai tersenyum cerah. "See! I told you! My insight is so good."
"Ah, kalian teman baru Ai-chan?" tanya pria bule itu sambil membungkukkan badannya. Oh, bule ini bisa bahasa jepang. Meski pelafalan rada aneh. "Terima kasih karena sudah menemani Ai-chan."
"Ah, sama-sama. Ai-chan anak yang baik jadi kami juga senang," ujar Masa-niisan, juga membungkukkan badannya.
"Ai-chan. Let's go home. It's already your bedtime."
"Okay." Ai mengangguk patuh. Kemudian ia menoleh ke arahku. "It's nice to meet you, Fuuto."
"Eh?"
Ai tiba-tiba memelukku. Aku berdiri kaku, tak menyangka pelukan dari cewek imut itu. Badanku yang tadinya kedinginan kali ini sedikit menghangat. Tapi, entah kenapa aku tak bisa menggerakkan badanku.
"I hope we can meet again."
Aku melirik Masa-niisan.
"Ai-chan bilang ia ingin bertemu denganmu lagi lain waktu."
Aku membalas pelukan Ai. Akhirnya, aku bisa menggerakkan tanganku walau rada kaku. "Aku juga."
Ai melepas pelukannya. Dan aku terdiam dengan dada yang sedikit menggebu ketika mendapati Ai dengan sebuah senyuman yang sangat manis.
Ai meraih tangan pria bule lalu melambai.
Aku dan Masa-niisan balas melambai.
"FUUTO!" teriak Ai ketika ia sudah sampai di pinggir jalan. "I LIKE YOU! BYE BYE~!"
Aku bisa merasakan sesuatu bermain di dadaku. Aku tak tau arti kalimat yang baru saja Ai katakan tapi aku tau itu sesuatu yang bagus. Aku tersenyum senang. Mudahan aku bisa bertemu dengannya besok.
Tapi, aku tak lagi bertemu dengannya setelah malam itu. Setiap hari aku datang, tapi aku tak bisa menemukan Ai. Musim dingin pun berakhir, dan aku pun yakin kalau aku takkan lagi bertemu dengan Ai. Aku nggak tahu kenapa dadaku begitu sakit. Sakit. Sakit banget.
Kata Masa-niisan, itu namanya cinta.
Beh, anak kecil kayak aku sudah bisa mencintai seseorang?
Lupakan itu! Yang sekarang kutahu adalah…
Ai seorang pembohong.
Katanya ia mau bertemu lagi denganku. Tapi, mana?
Ceh.
Di akhir musim dingin itu, aku pun mulai berusaha melupakan Ai. Melupakan cinta pertamaku.
.
.
.
Aku membuka mataku. Aku terdiam sesaat lalu menghela nafas ketika mendapati diriku masih ada di kamarku. Aku menggerutu sebal. Ceh, apa-apan sih mimpi barusan? Kenapa aku jadi mimpi masa kecilku yang buruk itu?
Seperti orang-orang bilang, first love won't last long.
Ketika kuingat kembali, waktu itu Ai bilang 'I like you' padaku. Heeh, jadi waktu ia bilang suka padaku? Jadi waktu itu mutual feeling dong? Ck. Lupakan, lupakaan…
Sekarang ada Onee-san yang harus kubuat takluk. Aku nggak punya waktu tambahan buat mikirin Ai.
Aku melirik jam dinding lalu menggerutu karena dalam sejam manager bodohku itu bakal datang. Aku bangkit dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi.
Omong-omong, cewek bernama Ai itu masih hidup kan?
.
.
.
To be continued…
.
1302 words.
July of 5th 2014.
.
Author's Note :
First of all, I wanna thanks to BlackLapiz for your review in BFCon. Haha, selamat atas kebingungannya. Saya awal-awal juga galau milih antara FuuAi atau YuuAi. Dan sekarang saya makin bingung dengan pilihan tambahan yaitu NatsuAi. Uuuhhh… X'(
Jadi, ehem, ini adalah fic gaje bin aneh yang saya ciptakan berdasar Fuuto POV.
Fic kali ini nggak akan panjang dan hanya memperlihatkan bagaimana sebenarnya pikiran Fuuto terhadap Aika.
So, stay tune!
See you! #bow
