Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto
Warning! : very-very OOC
_Hello Hinata_
Hinata Hyuuga, seorang gadis berumur 14 tahun. Dia jatuh cinta pada Minato yang dulu pernah Home Stay dirumahnya. Setelah menulis surat itu untuk mama dan papanya, Hinata pergi ke Konoha. Sekarang dia lagi dalam pesawat menuju Konoha. Dengan secarik kertas berisikan alamat rumah Minato digenggamannya, Hinata pergi sendirian ke Konoha untuk mengejar cintanya.
Dengan susah payah, Hinata mencari tempat tinggal Minato di daerah yang luas itu. Setelah hampir seharian, Hinata akhirnya menemukan sebuah rumah yang tak bisa dibilang kecil berpapan nama 'Namikaze'. Hinata ingat betul nama pria pujaannya. Hinata memencet bel dan menunggu seseorang keluar. Dan…
Klek.. pintupun terbuka. Mata Hinata berbinar melihatnya.
"Minato~" kata Hinata dengan mata berkaca-kaca.
Minato, pria tampan berambut kuning, bermata biru langit indah, dan mempunyai jambang yang panjang terkejut. "Hinata?? Ada apa kamu kesini?" lalu Minato menoleh ke kanan dan kiri dari pagar rumahnya. "Kamu sendiri?" tanyanya tak percaya.
"iya. Hehe.."
Minato lalu mengajak masuk Hinata ke dalam rumahnya.
"Aduh Hinataaa.. saya benar-benar kaget melihat Hinata disini. Memangnya orang tua Hinata ngga marah Hinata pergi kesini sendirian? Udah pamit kan? Kamu ada perlu apa sampai kesini segala?" pertanyaan Minato ini sungguh panjang lebar tinggi dan cepat.
"…???" Hinata tak mengerti.
"ah.. begini, kamu memangnya sudah minta izin kepada orang tua kamu?" tanya Minato agak lebih lambat.
"oh.. tentu saja. Hinata sudah buat surat untuk mama dan papa. Hinata bilang, Hinata akan-" omongan Hinata terputus karena..
TING TONG
Bel rumah Minato berbunyi.
"ahh.. mungkin itu kopormu yang diantar." Kata Minato. "tunggu sebentar ya.." kata Minato sambil tersenyum membuat wajah Hinata memerah seketika.
Hinata tersenyum. "ah~ kalau Minato, sampai kapanpun akan kutunggu.." katanya dengan mata berbinar-binar.
Tak lama kemudian, Minato datang dengan membawa kopor yang sangat besar dan berat. Itu.. kopor Hinata? Ya ampun. Betapa kuatnya anak itu. lalu, Hinatapun diantar ke kamar tamu. Setelah menyusun pakaiannya yang lumayan banyak itu, Hinata mandi dan ke ruang tamu. Dia bercakap-cakap dengan Minato. Perasaannya sangat senang bisa berbicara dengan pria yang disukainya dengan sangat akrab.
Setelah agak malam, Hinata diajak oleh Minato untuk makan malam di luar. Tapi sebelumnya, sepertinya Minato menelepon seseorang untuk memberitahunya akan makan di luar. 'mungkin orang yang biasa bantu-bantu di rumah ini,' pikir Hinata tanpa ada rasa curiga. Dan dengan riangnya, Hinata menggandeng lengan Minato menuju tempat makan lesehan yang tak begitu jauh dari rumah Minato.
Setelah makan malam dengan menu sesuai dengan kesukaan masing-masing, merekapun berjalan-jalan disekitar tempat itu dan melihat-lihat barang-barang yang dipajang di etalase toko. Setelah puas, barulah mereka pulang ke rumah Minato.
Setelah mengucapkan "Selamat malam Minato.", Hinata langsung pergi ke kamarnya dan tidur.
Begitu pula dengan Minato yang membalas ucapan Hinata itu.
Keesokan harinya
Hinata sekarang berada persis di depan cermin. Sedang merapikan rambutnya yang basah sehabis mandi. Lalu, mengeringkannya lagi dengan handuk. Lalu disisirnya lagi. Begitu terus sampai rambutnya yang agak lembab tidak meneteskan tetesan air lagi.
Kemudian, Hinata memilih baju yang paling bagus dan dipakainya. Menatap dirinya di cermin. Kemudian, Hinata membongkar tas kecilnya dan megeluarkan sesuatu. Kemudian, sesuatu itu dibukanya dan dipakainya di wajahnya. Itu membuat wajahnya yang putih menjadi lebih putih. Lalu dia mencari jepit rambut yang baru dibelinya kemarin malam bersama Minato. Jepit rambut cantik berwarna putih bermotif bunga. Dijepitkannya ke sisi rambutnya yang sebelah kiri. Setelah kemudian dia bercermin lagi, barulah dia turun dari ruang tidurnya yang berada di lantai dua untuk menemui Minato tentunya.
'Ah.. bukankah Minato tidak bisa memasak? Aku kan memasak untuknya. Siapa tahu, Minato makin sayang padaku dan menikahiku. Ehehehe...' pikir Hinata dengan muka memerah.
Tapi, begitu Hinata sampai di ruang makan, dia terkejut melihat makanan yang kelihatannya lezat terhidang dengan sempurna di meja itu. Lebih terkejut lagi ketika dia melihat seseorang yang sangat amat mirip dengan Minato, baru keluar dari dapur tempat memasak sambil membawa dua gelas susu di nampan.
Pemuda itu tidak sadar bahwa ada seorang gadis yang melihatnya dengan heran. Lalu, begitu tubuhnya memutar untuk meletakkan segelas susu lagi, pemuda itu melihat Hinata dengan tak kalah terkejutnya dengan Hinata.
"eh, kamu ditinggal orang tuamu hm?" tanyanya sambil mendekat dan langsung membelai rambut Hinata. Tangan kanannya mengulurkan lolipop besar yang entah sejak kapan ada di genggamannya. Wajahnya sekarang ini sedang tersenyum
Hinata terkejut dan menepis tangan pemuda yang ada di kepalanya. "Hei!! Jangan sembarang bicara! Aku ini sudah 14 tahun. Bukan anak-anak lagi..
Matanya menyipit dan tiba-tiba membelalak dan diapun teriak "APAA?? KAU? 14 TAHUN? BERARTI SAMA SEPERTI AKU DONK?". Dia berteriak sambil meletakkan tangan kanannya di kepalanya dan tangan kirinya sejajar dengan kepalaku. Dia itu.. sepertinya mengukur tinggi badan? Tentu saja dia tak percaya Hinata berumur 14 tahun. Tinggi badan Hinata saja lebih rendah dari bahunya.
"O-hayou!!" sapa Minato singkat. Tiba-tiba lengan Minato seperti terikat beban yang sangat berat dan…
"MINATOO!! SIAPA ITUU???" teriak Hinata sambil merangkul lengan Minato dengan ketakutan. Matanya melotot ke arah pemuda yang baru tadi saja err.. menghinanya?.
Minato terheran-heran. Lalu kemudian tersenyum. "Naruto? Dia itu anakku." Jawabnya enteng. Tapi jawaban enteng dari Minato ini membuat jantung Hinata seakan berhenti berdetak.
Matanya kini melotot ke arah Minato. "jadi.. Minato sudah menikah?? Ngga mungkin!! Berarti aku bakal jadi istri kedua donk?" teriaknya tak percaya.
Mata anaknya Minato. Atau panggil saja dia Naruto. Mata Naruto melotot dan alisnya terangkat. "Jadi kau ke sini untuk menikah dengan papaku?"
"Ahahaha.. aku belum pernah bilang ya? Jadi, aku sudah mempunyai anak yang seumuran denganmu. Begitu." Kata Minato sambil tersenyum sangat manis kepada Hinata.
Hinata ngambek. Bibirnya maju dan pipinya menggembung. Naruto geli melihatnya. Sementara Minato, dia tertawa terbahak-bahak tanpa ada rasa bersalah. Kemudian, dielusnya kepala Hinata. "Kamu tidak akan bisa menikah denganku Hinata, tapi, kamu boleh tinggal disini kok bersama kami." Kata Minato tidak menghilangkan senyumnya yang… gitu deh..
"A-AYAH?? HEY! JANGAN MEMBERI HARAPAN PADANYA!!" kata Naruto dengan suara sekeras mungkin.
Minato terkekeh dan berkata, "Kau tak tahu apa-apa Naruto. Tenang saja." Dengan nada serius yang di enteng-entengin.
Naruto tidak mengerti maksud ayahnya. Tapi.. biarlah.
"Nah, Naruto, kau sekarang libur kan? Kalau begitu, kau jaga rumah dan baik-baiklah dengan Hinata. Oke!? Aku pergi kerja dulu.. Bye!" Minato mengambil tasnya dan menentengnya lalu pergi ke garasi dan mengeluarkan mobilnya dan segera pergi ke Kantornya
Hinata's POV
Aku ditinggal Minato dengan anaknya yang super-duper-over menyebalkan. Gimana nggak ngeselin coba? Masa' waku aku membuatkannya makanan, Naruto malah membuangnya? Haah.. kalau begitu, aku akan mencoba bersih-bersih supaya Minato makin mencintaiku dan melamarku, lalu menikahiku, dan akupun jadi istrinya. Senangnya.. Baiklah, aku akan membersihkan rumah ini.
-
"Ya ampun Hinataaaa!! Kalau bersih-bersih, yang perlu aja donk! Masa' kertas sampai dicuci segala??" teriak Naruto frustasi dengan jarak mulutnya hanya sejengkal dari telingaku.
Hiks.. kalau bersih-bersih rumah aku tak bisa, lebih baik aku mencuci baju saja..
-
"Hinata buodooh!! Kimono jangan dicuci!! Luntur jadinya 'kan??" teriak Naruto sambil menatap Kimono yang sekarang tergantung dijemuran.
Apa lagi yang bisa kuperbuat? Haah.. kurapikan saja tempat tidurnya.
-
"Hinataaaa!?" kembali terdengar jerit frustasi dari pemuda jelek itu. "kalau kertas sih, boleh diterbangin ke belakang supaya kasurnya bersih.. tapi Laptopnya jangan donk!!" sekarang Posisi Naruto itu lagi berlutut menghadap Laptopnya yang sudah mendapat gelar 'Almarhumah' karena Naruto telah memberi nama Laptopnya 'Ijah'. Dasar selera rendah!
Apa lagi yang bisa kukerjakan ya??
"hey! Lebih baik kamu membantuku di dapur. Tapi sebelumnya kamu harus membeli ini!" kata Naruto sambil menyodorkan selembar kertas padaku.
Aku terheran melihat isinya. "Apa ini? Daftar belanja keperluan dapur?" tanyaku tak percaya. Apa itu seledri? Apa itu kemiri? Aku tak tahu. Haah.. anak ini sudah mirip ibu-ibu rumah tangga yang hafal segala macam bumbu.
Akupun pergi ke pasar yang kukunjungi tadi malam dengan Minato. Lalu, akupun memberikan kertas itu kepada salah satu penjual di situ. Aku membiarkan dia memasukkan bumbu-bumbu, bahan-bahan, dan apapun itu ke dalam keranjang yang tadi diberi Naruto. Tak lama, dia memberikan keranjangnya dan akupun membayarnya. Tak buang waktu, aku segera pulang. Ke rumah Minato tentunya.
Setelah sampai di rumah, aku segera menuju dapur dan melihat Naruto memakai celemek dan lagi memotong cabe merah yang tak ada dalam daftar belanja tadi. Wajahnya memerah dan berkeringat.
'apa ya? Kok Hinata jadi deg-degan gini? Tak mungkin kan?'
To Be Continue
Maaf kalau belum lebih bagus dari sebelumnya. Ditambah lagi ini sangat OOC.
Tapi Vi-chan bakal berjuang supaya hasilnya lebih bagus lagi..
Ada yang mau REVIEW??
Vi-chan ^^v
