"Apa ini? Aku dibantu seseorang? Baguslah. Tapi, jika mereka menghalangiku, aku tak segan membunuh mereka." Ucap gadis bersurai putih tersebut. Pakaiannya terkena cipratan darah. Bahkan rambutnya pun yang bersih ternodai juga.
"Siapa kau?!" 2 orang datang dan mengarahkan senapan mereka ke gadis tersebut.
DOR DOR!
Gadis itu menembak kedua orang tersebut dengan shoot gun. Tepat di dada mereka, hingga dada kedua orang tersebut pun bolong.
"Gladias. Tapi nama asliku Hasami" ujar gadis tersebut sambil berjalan menjauhi 2 mayat tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
Aileen
Genre : Crime ama Suspense kali ya.
Rated : T
Warning : ooc, typos, alur gajelas, crime nya ga kerasa, AU, dll.
DON'T LIKE DON'T READ
NEKAD?
HAPPY READING~
.
.
.
.
.
.
.
.
A/N : tulisan italic tandanya percakapan di microphone ya
Target 1 : Gladias
"Oi.. Satsuki! Selanjutnya kemana?!" teriak pria dim membawa Hand Gun ditangannya. Tampak ia kewalahan.
"Saat dalam misi jangan memanggilku seperti itu bodoh!" sedangkan yang dimaksud adalah seorang gadis berambut pink yang sedang berada didalam ruang pengawasan yang didepannya banyak sekali layar CCTV.
"Ya.. ya.. baiklah Corona. Selanjutnya?" tanya pria dim.
"Lewati satu lorong. Kemudian saat kau menemukan cabang lorong, pergilah ke kiri. Tapi waspada Aomi- Orion. Disana ada 5 penjaga dengan Machine Gun. Salah langkah kau tertembak." Ujar Corona, atau bisa dipanggil Satsuki.
"Hanya 5 orang? Baiklah!" Orion pun berlari dengan cepat, melewati lorong pertama, kemudian saat ia menemuka lorong yang bercabang 3, yaitu kanan, kiri, dan depan, ia pun pergi kekiri. Tapi sebelum pergi ke kiri ia memeriksa peluru yang tersisa.
"Yosh, masih ada 9 peluru. Cukup menumbangkan 5 orang." Orion pun bersiap menembak.
"9 peluru tapi jika gegabah pun percuma Oriocchi. Yang ada kau tertembak duluan." Ujar temannya lewat micro ditelinganya.
"Urusai Armis. Aku bukan kau yang menumbangkan orang dengan pedangmu itu." Jawab Orion tetap dalam posisinya.
"Armis akan membantumu Orion. Jadi kau bisa menghemat pelurumu itu." Ujar seseorang yang lain.
"Bagaimana kau tau Flecha?" tanya Orion.
"Aku yang menyuruhnya-nodayo." Jawab Flecha.
"Yosh! Armis! Kau siap?"
"Siap-ssu!"
"Serang!"
Kemunculan Orion dan Armis yang tiba-tiba membuat 5 penjaga itu kalang kabut. 5 penjaga itu menembakan peluru Machine Gun. Tapi dengan sigap Orion dan Armis melewatinya, walaupun pakaian mereka robek dan kulit mereka yang tergores.
DOR DOR!
Orion menembakan 2 peluru tepat kekepala orang pertama dan dada kiri di orang kedua.
SRIINGG... ZRAT!
Sedangkan Armis menebas dada salah satu penjaga.
ZRAT!
Yang satunya tangan dan kakinya terpotong.
DOR! ZRAT!
Sedangkan penjaga yang terakhir ditembak kakinya karena mencoba kabur, dan kepalanya dipenggal. Hingga darah dilorong tersebut banyak sekali, mungkin menjadi genangan.
"Yosh.. Otsukare-ssu!" Armis ber-high five dengan Orion.
"Nah.. Corona! Selanjutnya kemana?" tanya Orion.
"Ruang berkas sedang dicek Aquila dan Mostro. Lebih tepatnya Aquila, Mostro hanya menjaganya. Flecha menghabisi 6 penjaga dilantai 2. Dan… Tenuis masih mengurusi penjaga diluar. Tapi sepertinya kewalahan." Bukannya mengatakan kearah mana, Corona malah menjawab situasi. Tapi itu penting bukan?
"Aku tak bertanya itu, bodoh!" Oroin menjawab dengan bentakan.
"Diamlah sebentar Orion." Suara dingin dan tajam itu membuat Orion diam.
"Aquila, kau punya rencana? Aku yakin kau mendengarnya." Tanya Corona yang beralih pada layar yang menampilkan ruang berkas. Dapat dilihatnnya pria bersurai merah yang mengecek sesuatu, juga temannya yang berambut ungu yang menjaga sekitar
"Orion ke ruang utama di lantai 4, Corona tunjukan jalannya. Armis bantu Tenuis untuk mengatasi yang diluar." Jawab sekaligus perintah Aquila.
"Yosh..! ruang utama!" Orion dengan semangat berlari menuju tangga yang menghubungkan lantai 3 tempat ia berpijak ke lantai 4. Sedangkan Armis mengambil Machine Gun milik 5 penjaga tersebut dan berjalan kearah jendela. Ia geser dan Mendapatkan banyak sekali mayat dibawah. Bunyi tembakan juga terdengan diluar.
Armis dapat melihat seseorang bersurai Baby Blue menembak orang-orang diluar dari atas menara komunikasi yang memang bisa menembak siapapun dari atas sana.
"Tenucchi! Kubantu ya!" kata Armis.
"Terima kasih Armis-kun. Ini merepotkan." Ujar Tenuis diatas atap sana.
Armis mengarahkan moncong senjata kekekumpulan orang dibawah pohon dan menembaknya dengan brutal. Walaupun brutal ya ada aja yang kena. Seperti kepala, tangan, kaki, bahkan dada pun juga kena.
Kembali ke Orion. Ia sudah sampai diruang utama, tempat kepala bos disana. Ia dapat mendengar suara dari dalam ruang tersebut.
"Berisik sekali."
"Benar. Gangguan ini sangat menyebalkan."
"Pengganggunya hanya 7 orang kan?"
"Tidak. 8 orang." Perkataan orang tersebut membuat Orion kaget. Ia yakin sekali bahwa jumlah dirinya dengan teman-temannya adalah 7. Tapi, siapa yang kedelapan? Pengikut Aquila? Sepertinya tidak. Kalau iya, seharusnya codename-nya sudah terdengar sejak tadi.
"Corona. Kau bisa mendengarnya?" tanya Orion.
"Iya. Orang kedelapan. Kau mengutus orang Aquila?"
"Tidak. Sehabis ini temukan dan tanya dia. Kenapa dia berpihak pada kita. Selain itu, aku mendapat yang kita inginkan. Orion. Habisi ketua tak berguna itu dan pergi dari sini." Perintah Aquila selagi keluar dari ruang berkas.
"Orion. Gunakan saja Sub-Machine Gun mu itu. Jangan buang waktu. Karena mungkin mereka akan menyerangku." Corona memberi usul dalam keadaan panik. karna kapan saja penjaga / pengawal tempat tersebut menyerangnya.
"Yah.. makin cepat makin baik." Orion mengeluarkan Sub-Machine Gun miliknya dan mendobrak pintu ruang utama. Dengan brutal namun tepat sasaran, 4 orang yang mengawali ketua bos tersebut pun tumbang. Tersisa 3 orang yang mengawali ketua bos tersebut.
"Ka-kau?!" kata Bos tersebut.
"Hai." Orion pun menembak 1 pengawal bos tersebut. Rupanya 3 orang terakhir mempunyai kemampuan bertarung jarak pendek. Beruntung sekali Orion.
"Ka-kau menginginkan senjata-senjata kami, kan?! Ku-kuberikan! Asal kau membiarkan aku hidup!" teriak bos tersebut sambil melempar kunci yang tak digubris Orion.
"Maaf. Kami tak menginginkan ini. Kami menginginkan hal lain. Lagipula Aquila memerintahkanku untuk membunuhmu." Jawab Orion sambil menyeringai.
"A-Aquila brengsek! Hoi! serang dia!" perintah sang bos. 2 orang tersebut maju dengan 2 katana disetiap tangan mereka.
"Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan it—"
DOR DOR!
2 peluru mengenai 2 pengawal bos tersebut didada dengan tepat.
"Yare-yare… langsung membunuh juga bisa, kan? Merepotkan sekali sampai berbincang seperti itu." Ujar seseorang dibelakang Orion. Orion menengok kebelakang dan mendapatkan gadis berpakaian Goth-Loli simple tapi mewah berwarna hitam putih yang memegang senjata FN-FN45.
Orion dapat melihat dengan jelas, baju yang dipakai gadis itu sudah banyak ternodai darah. Bahkan surai putihnya juga terkena darah. Orion yakin, dialah orang kedelapan.
"Siapa kau?" tanya Orion.
"Gladias." Gladias maju dan mengambil kunci yang berada didepan Orion.
"Apa maumu?" tanya Orion lagi.
"Mengambil senjata." Jawabnya sambil menembak mati si bos. Buktinya ia menembak dengan tepat dikepala, sebelum si bos mengucapkan satu patah kata tentang kedatangannya. Rasanya si bos mengetahui sesuatu tentang Gladias.
"Orion. Kau sudah bertemu orang kedelapan rupanya. Tunggu disana. Aku dan Mostro akan kesana." Aquila berkata dengan tegas. Didengar dari perkatan Aquila, Aquila sedang berlari kearah sini. Orion melihat kebelakang. Dan terkaget.
"Sejak kapan pintu itu ditutup?!" batin Orion.
"Dan… tuan Orion. Bisa kau membuang senjata itu?" Gladias menendang pergelangan tangan Orion hingga ia melepaskan Sub-Machine Gun yang dipegangnya tadi. Setelah menyentuh lantai, senjata itu Gladias tendang hingga menjauhi Orion.
"Aku yakin kau masih punya senjata yang lain bukan? Lebih tepatnya SIGP250. Tapi sayangnya perlurunya tinggal 3. Kau tak bisa mengalahkanku dengan itu." Gladias mengecek laci meja bos dan menemukan senjata yang membuatnya tersenyum. Ia mengambilnya dan berjalan kearah jendela besar yang tepat berada didepan Orion.
"Kau terlalu percaya diri Gladias." Orion menembakan perluru kesatunya. Ia merasa akurasinya sudah tepat. Tapi dengan mudah Gladias menghindar.
"Cih!" Orion menekan pelatuk 2 kali.
"Sial!" Orion rupanya lupa kalau sisa pelurunya tinggal 2. Ia melihat Gladias yang benar-benar mudah menghindar.
"Sudah tak punya senjata? Seharusnya kau membawa candangan tuan Orion." Gladias mengancungkan pistol yang ia temukan, Mark 23. Laser tujuan yang terdapat di pistol tersebut mengenai kepala Orion. Bersiap menembaknya.
"Darimana kau tau Codename-ku?" tanya Orion.
"Menghabisi pria bersurai pirang dan mengambil Microphone miliknya. Punya kelompok kalian lumayan praktis ya. Hampir sama seperti Headphone. Tapi tipis sekali. Aku susah melihatnya. Apalagi gagang penyanganya sewarna dengan rambut kalian. Dan juga tempat menyalurkan suara kalian pun bisa dibilang cukup kecil." Jawab Gladias santai sambil mengeluarkan Microphone milik Armis.
"Kau..!" Orion menggeram kesal.
"Orion. Kami sudah sampai. Menjauhlah dari pintu. Mostro akan menembakan peluru dari Machine Gun." kata Aquila pelan dari balik pintu yang cukup didengar Orion tapi mungkin tak didengar Gladias.
"Baik."
"Siap… tembak." batin Mostro. Ia menekan pelatuk Machine Gun. Dengan sigap Orion menghindar. Gladias hanya tersenyum dan ikut menghindar.
"Sial! Aku lupa ia juga punya Microphone!" Orion membatin kesal.
BRAKK!
"Kau tak apa-apa Ori-"
DOR DOR!
Orang yang Orion kenal ber-codename Aquila itupun jatuh, tetapi lututnya masih mampu menahan tubuhnya. tangan kiri Aquila memegang lengan kanannya yang tertembak oleh Gladias. Sedangkan Gladias hanya tersenyum.
"Hihi. Tak kusangka yang terkena adalah kau Aquila-kun." Gladias menarik pelatuknya lagi. Kali ini sasarannya adalah Mostro. Menembaki pergelangan tangan hingga tak bisa memegang senjatanya lagi.
"Kau..!" Aquila tampak marah.
"Hihi. Wajah marahmu itu rupanya lucu sekali Aquila-kun." Gladias bersiap menarik pelatuknya.
"Hingga aku ingin melukaimu lagi."
DOR DOR DOR DOR DOR
Bunyi Sub-Machine Gun terdengar. Mengenai lengan baju Gladias. Sedangkan Gladias menghindar. Tapi wajahnya terlihat bahwa ia terkena peluru senjata tersebut, dan terdapat goresan dalam diwajahnya.
"Wah.. wah.. rupanya wajah cantikmu itu terluka ya? Baiklah! Kulukai lagi!" Orion bangkit dan menembak kearah Gladias. Gladias menghindar, tapi beberapa peluru tak bisa ia hindari hingga goresan ditubuhnya pun makin banyak. Akibat ulah Orion, jendela besar diruangan itupun pecah, dan kebetulan pelurunya sudah habis.
"Kurasa aku harus mengakhiri permainan ini. Lagipula aku mendapatkan yang kuinginkan." Gladias memanjat jendela tersebut. Dan melihat kebawah. Iapun menyeringai.
"Tunggu!"
"Jaa na.." Gladias menjatuhkan dirinya dari jendela. Orion berlari kearah jendela. Dan melihat Gladias yang mendarat sempurna. Berlari kesalah satu kendaraan dan mengsabotase kendaraan salah satu musuh mereka, dan pergi begitu saja. Orion hanya melihat Aquila yang masih memegang lengannya, juga Mostro yang belum bisa memegang apapun.
"Maafkan aku. Seharusnya aku tidak lengah melawannya." Orion menunduk pertanda ia menyesal.
"Tak apa. Corona. Kau mendengarkanku?" tanya Aquila.
"Iya. Ada apa?"
"Kau lihat mobil yang disabotase gadis berambut putih bukan?"
"Iya."
"Lacak dan temui. Kita akan menyergap gadis itu."
"Gladias ya?"
"Iya. Dan siapkan lencana anggota baru kelompok kita."
"Untuk siapa?"
"Kau akan lihat nanti. panggil Tenuis, Flecha dan juga Armis." Perintah Aquila.
"Armis bisa dibilang pingsan Aquila." Ujar Orion mendekati Aquila.
"Dihajar penjaga atau pengawal?" tanya Aquila.
"Dihajar Gladias." Jawab Orion.
"Pantas. Corona. Suruh Flecha dan Tenuis untuk menemukan Armis. Kita pulang dan mengobati luka kita. Juga menyergap gadis kurang ajar itu."
"Siap!" Corona pun menjalankan perintah Aquila.
xxxAILEENxxx
"Aqui-chin, aku lihat seperti kau mengenal Gadis itu." Ujar Mostro yang tangannya diberi penanganan darurat oleh Flecha. Tentu saja saat mereka sudah berkumpul.
"Tidak. Aku hanya merasa pernah melihatnya disuatu tempat. Dan kurasa ia orang penting." Jawab Aquila.
"Maksudmu?" tanya Corona.
"Kau akan lihat saja nanti." jawab Aquila yang membuat semuanya bingung.
"Gladias ya? Sialan kau!" batin Aquila.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Target 1 COMPLETE ( baca TBC /? )
Pojokan aneh :
Amel : Hai! Amel kembali dengan fanfic baru! Huahahaha! /ditabokin/ . kali ini genrenya Criem. Amel lagi demen banget ama genre ini. Nah, udah pada jelas belum siapa yang memerankan masing-masing codename? Jika belum amel kasih tau nih.
Gladias = Hasami
Orion = Aomine
Aquila = Akashi
Corona = Momoi
Mostro = Murasakibara
Armis = Kise
Flecha = Midorima
Tenuis = Kuroko
Codenamenya aneh ya? oh ya, disini Hasami rada beda ama yg di Bad Girl. Amel males mikir nama baru. Yudah pake ini aja *dilempar* Walaupun amel niatnya nih fanfic bakalan serius, nyatanya masih ada aja ya kata-kata main-main diatas. Capek banget deh! Apalagi nyari nama senjata dan codename yg pas
Oh ya. Fanfic amel yang You Are Me amel belum bisa nyelesein. Kenapa? Amel belum punya ide *ditonjok* kalo ada ide bolehlah saranya.
Sekian curcol dari saya.
MIND RnR?
NEXT TARGET : Catch Her
