Late-Night Incident
by Mon Han
Sehun mendesah resah, ponsel yang menempel di telinga sebelah kirinya menandakan ia sedang menghubungi seseorang, kedua kaki jenjangnya berjalan mondar-mandir menunggu tersambungnya panggilan di line seberang.
"Aish! I'm gonna kill you if you didn't answer this, Kim Jong.."
"Ada apa, Hun? Tadi aku sedang bertemu klien."
Akhirnya setelah menghubungi nomor yang sama sebanyak 10 kali, sambungan telepon pun terhubung bersamaan dengan terputusnya gerutuan wanita berkulit pucat itu secara otomatis.
"Jongin! Aku tidak sempat menjemput Daehan dan sekarang aku masih di kantor, ada rapat dadakan yang akan dilaksanakan 5 menit lagi, bisakah kau menjemput Daehan? Please?" Sehun menjawab sekaligus memohon lengkap dengan puppy eyes yang sayangnya tak bisa dilihat oleh Jongin.
Ya, Jongin dan Sehun adalah sepasang suami istri yang telah mengarungi pernikahan selama lebih dari 7 tahun. Siapa Daehan? Anak laki-laki yang menggemaskan ini adalah buah cinta mereka yang berumur 5 tahun dan tengah mengenyam pendidikan awal di bangku play group.
Jongin melirik Rolex yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Pukul 10.40, 20 menit lagi putranya akan pulang dari play group. Ia menghela nafas kecil dan akhirnya mengabulkan permintaan istri tercinta.
"Baiklah, Hun. Aku akan menjemput Daehan, kau cepatlah pulang karena aku tidak akan membawanya ke penitipan, aku akan di rumah seharian bersamanya."
"Eoh? Kau tidak bekerja?"
"Aku tidak memiliki jadwal sidang apapun hari ini, badanku agak panas. Lebih baik aku istirahat di rumah saja," Jongin memeriksa suhu di keningnya sekali lagi dengan punggung tangannya yang bebas. Pengacara berkharisma ini sudah merasa kurang enak badan sejak pagi tadi, namun ia tahankan agar ia dapat bertemu kliennya.
Ada jeda sekitar satu menit di telepon, sang istri menggigit bibir bagian bawahnya sambil mengerutkan alis, sedang berpikir.
"Hunnah?" Jongin memecah keheningan.
"Ah, Jong.. Aku tidak tahu apa aku bisa pulang cepat atau tidak, tapi akan aku usahakan. Berhati-hatilah menyetir dan jangan lupa minum obat setelah sampai di rumah.. Oh, jika kalian lapar tinggal panaskan saja sup yang aku simpan di kulkas. Understand?"
"Yes, Mommy!"
"Baiklah, Jong. Aku tutup dulu, ya? Get well really soon, Dear."
"See you, Queen!"
Sehun tersenyum dan memutuskan sambungan telepon, ia langkahkan kakinya yang terbungkus high heels hitam ke ruang rapat.
"Daehannie!" Jongin berlari kecil menuju Daehan yang sedang bermain ayunan bersama 3 temannya di taman depan sekolahnya.
"Appa? Kenapa Appa yang jemput Daehan?" Bocah itu segera turun dari ayunannya dan mengamati sang ayah yang sedang mengatur nafasnya sambil berjongkok, menyamakan tinggi dengan si anak.
"Eomma sedang sibuk di kantor, jadi tidak apa kan jika Appa yang jemput? Hm?" Tanya Jongin sambil merapikan anak rambut Daehan.
Sebuah senyuman terpatri di bibir Daehan, "Tidak apa, Appa. Appa sudah lama tidak menjemput Daehan. Ayo kita pulang! Bye bye semua, Daehan pulang duluan!" Ujarnya sambil melambaikan tangan kepada ketiga temannya.
"Bye, Daehannie!"
Jongin tersenyum melihat Daehan yang menarik tangannya agar segera pulang.
"Daehan mau beli cemilan dulu tidak?" Jongin bertanya sambil sesekali melirik Daehan yang duduk di jok sebelahnya, ia sedang menyetir saat ini.
"Em.. Daehan masih punya coklat dan biskuit pisang dari Halmeoni di rumah."
"Baiklah kalau begitu kita langsung pulang saja, ya? Appa akan berada di rumah hari ini jadi Daehan tidak perlu ke tempat penitipan anak."
"Jinjja? Yes! Yes! Thank you, Appa!" Kecupan ringan diberinya ke pipi kanan sang ayah.
"Tapi Daehan jangan terlalu berisik ya, Appa sedang tidak enak badan. Appa mau istirahat di rumah, arra?"
"Arraseo, Appa!"
Jarum pendek jam menunjuk angka sebelas dan jarun panjangnya menunjuk angka dua belas. Pukul sebelas malam, Oh Sehun baru saja selesai menutup kembali pintu rumahnya dari dalam. Ia baru pulang, pada malam selarut ini. Ada perasaan khawatir dalam hatinya, salahkan manajernya yang menyuruh seluruh anggota timnya lembur untuk segera menyelesaikan proyek baru di perusahaan mereka. Dalam hatinya, berbagai umpatan dikeluarkan untuk si manajer cerewet itu.
Ia menyimpan heelsnya ke dalam rak sepatu dan berjalan mengendap-endap menuju ruang keluarga, mata sipitnya terbelalak melihat sang suami yang tengah terbaring di sofa panjang dengan selimut diatasnya, Jongin tertidur dengan televisi yang masih menyala. Tapi dimana Daehan? Sehun berjalan memasuki kamar Daehan, ia menemukan wajah damai Daehan yang terbaring di atas ranjang empuknya. Mendekat dan memberikan kecupan di kening sang anak, tak lupa menggumamkan kata selamat tidur.
Setelahnya mematikan lampu dan keluar dari kamar putranya. Ia kembali ke ruang keluarga, meringis setelah menyentuh dahi Jongin yang masih sedikit panas, dielusnya surai hitam sang suami berkali-kali.
"Jongin, ireona! Ayo pindah ke kamar."
Jongin tidak merespon sama sekali. Sehun berganti mengelus pipi Jongin, "Dear, wake up! Let's move to our room."
Sekali lagi Jongin tidak bergerak, tapi hanya lenguhan kecil yang keluar dari mulutnya.
Sehun mendesah, ia menepuk-nepuk pelan pipi kiri Jongin, "Ayolah, Kim Jongin. Nanti badanmu tambah sakit kalau tidur disini."
Jongin akhirnya membuka sebelah matanya, dilihatnya Sehun tengah tersenyum kepadanya sambil menggeleng-gelengkan kepala,"Dasar tukang tidur."
Joning menggosok sebelah matanya dengan jari telunjuk, "Kau baru pulang?"
"Hum.." Sehun mengangguk, "maaf ya, Jong. Aku baru pulang, kau tahu manajerku mendadak menyuruh kami untuk lembur karena masalah proyek baru di kantor."
Jongin mendudukkan tubuhnya dan menarik Sehun yang sedari tadi berdiri untuk duduk di pangkuannya, kedua tangannya ia lingkarkan ke pinggang ramping sang istri yang duduk menyamping itu. Dikecupnya lembut pundak kanan Sehun yang tertutupi kemeja berwarna soft pink itu, ia menempelkan cuping hidungnya di sana, mencoba menghirup aroma Sehun yang membuatnya seolah-olah berada di taman bunga.
"Jongin, geli!" Kegiatan Jongin berhenti akibat pergerakan Sehun yang menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa dan melingkarkan kedua tangan ke leher prianya. Ia menyembunyikan wajah cantiknya ke ceruk leher Jongin. Melakukan hal yang sama dengan sang suami, menghirup aroma maskulin dari tubuh suaminya. Jongin menutup matanya, menikmati apa yang istrinya lakukan di kulit lehernya.
"Oh iya Jong, kau sudah minum obat kan? Sudah makan belum? Tadi Daehan rewel tidak?"
"Sudah, sudah, dan eum.. Ya, lumayan."
"Rewel kenapa?" Sehun memindahkan posisinya menjadi berhadapan dengan Jongin. Ia masih di atas pangkuan pria itu.
Jongin meringis sedikit sebelum menjawab pertanyaan istrinya, "Kau tahu kan aku sudah lama tidak membuat susu untuk Daehan? Tadi siang dia minta dibuatkan susu supaya bisa tidur siang. Aku bingung, ingin meneleponmu tapi kau sedang ada rapat, aku telepon ibu dan mama malah aku yang kena marah dan dicap ayah yang buruk.."
Kekehan kecil keluar dari belah bibir sang istri, Jongin menghentikan ceritanya dan menatap Sehun dengan ekpresi cemberut.
"Oh, maaf Jong. Aku hanya merasa itu sedikit lucu. Nah, lanjutkanlah!" Telapak tangan Sehun menempel di dada Jongin yang terbalut t-shirt hitam dan mengusap-usapnya pelan.
"Jadi, aku putuskan untuk membuatnya sendiri. Tapi ternyata susu itu terlalu panas untuk Daehan ditambah rasanya yang hambar karena kebanyakan air. Ia menangis sejadi-jadinya dan berakhir dengan kami yang berada di toko ice cream di blok sebelah. Lalu di perjalanan pulang, kami melihat sekelompok anak sedang bermain sepeda, Daehan tiba-tiba merengek untuk minta ditemani bermain sepeda. Sepertinya dia lupa kalau aku ini sedang tidak enak badan, yah.. Akhirnya aku turuti saja kemauannya dan berakhir dengan aku yang menemaninya bermain sampai sore." Jongin menghela nafas setelah mengucapkan akhir ceritanya.
Sehun merengkuh kepala Jongin, menyandarkannya pada dadanya, "I'm sorry, Jong. I'm really sorry. Kau jadi tidak ada waktu untuk istirahat."
Jongin menelan ludah, melihat dan merasakan dua gundukan kenyal yang terpampang bahkan menempel dengan wajahnya. Uh-oh, Sehun apakah kau tidak sadar telah membangunkan 'senjata' seorang Kim Jongin?
"It's okay, Queen. Lagi pula aku sudah lama tidak menghabiskan quality time dengan anakku."
Sehun tersenyum mendengar jawaban Jongin yang teredam di dadanya. Ia mengecup puncak kepala sang suami dan menempelkan sebelah pipinya di sana.
"Sebagai permintaan maaf aku memberikanmu satu permohonan yang akan aku kabulkan."
Jongin menyeringai tanpa Sehun sadari, "Apapun itu, Hun?"
Ada jeda sebentar, wanita itu tampak menimang-nimang pertanyaan sang pria,
"Yeah, anything."
Sekali lagi seringaian terukir di bibir Jongin, "Aku mau minum susu, Hun."
Pelukan itu terlepas, Sehun menunduk, menatap Jongin dengan heran, "Susu? Tidak biasanya kau mau minum susu."
"Aku mau minum susu.. Susu dari sini," sepasang tangan jahil tergerak untuk mengelus kecil kedua gundukan kenyal milik Sehun.
Sehun mendesah, ia sebenarnya sangat lelah. 'Ukh, harusnya tidak semua permintaannya aku turuti,' keluhnya dalam hati, tapi bagaimana pun janji adalah janji, ia tidak boleh mengingkarinya.
"J-Jong.."
Kedua telapak tangan kekar itu terus mengelus kedua payudara si wanita, berusaha merangsang sang istri, "Wae, Dear?"
"La-lakukanlah, ppali.."
Seringai Jongin nampak semakin melebar, jemarinya dengan cekatan melepas satu per satu kancing kemeja Sehun dan menanggalkan kemeja soft pink itu dilanjutkan dengan meloloskan bukit kembar sang istri dari bra yang berwarna senada. Jongin menatap tubuh bagian atas wanitanya yang polos dengan mata berbinar, ia menjilat bibirnya sedetik lalu mendongak menatap iris sang istri, "Can I?"
Sehun tersenyum, ia elus sekilas pipi Jongin dan kedua lengannnya pun melingkar sempurna di leher Jongin, "Sure you can. Touch me tonight, Babe."
Tanpa diminta dua kali, Jongin pun mengulum puting kanan Sehun, sementara jari-jari tangannya bergerak lincah menekan dan memilin puting yang kiri.
"Ahh.. Jong, ja-ngan di-ah-gigit! Uh.." Jemari lentik Sehun bergantian meremas dan menarik rambut Jongin, ia merasa sakit sekaligus nikmat saat Jongin menggigit nipplenya.
Seakan tak mendengar rintihan Sehun, suaminya itu terus saja melumat, menghisap, dan menggigit puting merah muda kecoklatan itu.
"J-Jong! Uh.. Aku hah.. Bilang pe-lan akh! Jongin!" Sebuah pekikan meluncur dari kedua belah bibir tipis Sehun, ia benar-benar merasa kesakitan saat Jongin menggigit dan menarik kedua nipple-nya dengan kencang. Ia tak habis pikir kenapa suaminya ini tampak seperti Daehan empat tahun yang lalu saat berpisah lama dengan minuman favorit dari dada ibunya. 'Like father, like son.' Sehun menggumam dalam hati.
Jongin melepaskan kulumannya, ia mengarahkan kepala menatap mata Sehun yang sedikit berair karena tindakan brutalnya. "Mian, Baby," Bisik Jongin dengan memberi kecupan lembut di kedua puting istrinya.
Sehun menarik kepala Jongin untuk mendekat pada dadanya kembali, "Obati dia dengan lembut, Jong!" Pintanya dengan nada manja seraya menggerakan badannya ke kiri dan kekanan yang secara otomatis membuat kedua payudaranya menampar-nampar kecil wajah Jongin, Jongin menganga, ia hampir tak percaya jika Sehun bisa menjadi se-err-nakal ini? Sehun yang gemas dengan reaksi suaminya yang seperti orang bodoh ini menurunkan tangannya dan mencubit tonjolan yang sudah mengeras di area selatan Jongin.
"Aww! Uh.. Appo, Hun!" Keluh Jongin sambil menunduk dan mengelus tonjolan yang masih dibungkus celana panjang katun itu.
Sehun mendengus, ia melipat tangan di depan dada telanjangnya, "Rasakan! Makanya jangan menganga seperti itu. Tck."
"Mian, Hun. Habisnya kau nakal sekali hari ini, biasanya kan aku harus meraung-raung dulu baru kau mau bermain denganku," Jongin berujar sambil menggaruk tengkuknya yang pastinya tidak gatal.
"Oh, jadi kita batalkan saja, eoh?"
"Hey! Andwae, Chagi!" Tangan kekar Jongin segera menarik pinggang ramping sang wanita dan melanjutkan kembali lumatan-lumatannya yang hangat di puting Sehun. Mau tak mau, Sehun kembali memeluk leher Jongin dan mendesah keenakan.
"Jong, ugh.. Y-yang se-belah ki-kiri belum dihis-ap.. Ahh.." Permintaan tersirat dari ucapan Sehun segera direspon Jongin dengan senang hati, ia berganti melumat nipple sebelah kiri Sehun.
Tanpa mereka sadari, aktivitas suami istri yang sepatutnya tidak dilakukan di sembarang tempat itu tengah disaksikan oleh sepasang mata kecil dari balik pintu. Daehan melihatnya! Salahkan Sehun yang terlalu semangat mengeluarkan desahan hingga Daehan terbangun dan membuat mata polos anak mereka tercinta ini tercemar. Daehan merengut, bibirnya bergetar dan air mata mulai terbentuk di matanya itu. Ia membuka pintu kamarnya dengan kencang hingga membuat sepasang anak Adam itu menolehkan kepala mereka ke asal suara.
Sehun yang pertama kali sadar dari keterkejutannya segera melepas kontak fisik dengan Jongin, ia memungut kemejanya, memakainya asal lalu berlari ke arah sang putra.
"D-Daehannie.." Sang ibu muda menurunkan tubuhnya dan mencoba membawa anaknya dalam pelukan.
"Eomma jahat!" Tangan kecil Daehan menampik dengan cepat.
"Maafkan Eomma, Eomma pulang lama karena sedang banyak kerja. Daehan mau maafkan Eomma?"
Daehan menggelengkan kepalanya. "Jadi, Daehan tidak mau maafkan Eomma? Masa' superhero seperti itu?" Kali ini Jongin yang sudah berjongkok di sebelah Sehun membantu membujuk anaknya.
Daehan memajukan bibir tipis turunan sang ibu sambil menghentak-hentakkan kaki-kaki mungilnya ke atas ubin. "Bukan masalah itu!"
"Jadi ada apa, Sayang?"
"Daehan juga mau minum susu Eomma bersama Appa!"
"Mwo?!" Sehun dan Jongin saling pandang dengan mata yang sama-sama hampir keluar dari rangka kepalanya.
"Ppali, Eomma! Daehan minum yang sebelah kiri, Appa yang sebelah kanan. Okay?" Daehan tersenyum memamerkan deretan gigi ompongnya pada Jongin, Jongin melirik Sehun seraya menggaruk-garuk pelipisnya dengan telunjuk, dan Sehun.. well-yeah.. melempar tatapan horor ke arah sang anak.
Uh-oh, rasakan akibat ulah mesum kalian di sembarang tempat itu, Mr. and Mrs. Kim!
Can I get your review?
P.S: I'll make the sequel.
