Our Story

Masashi Kishimoto

Pair: NaruHina / Slight SasuSaku, SaiIno, ShikaTema

Warning: AU, OOC, Typo, no EYD, Pasaran, ABAL

Rate : T

Friendship/Romance

.

.

.

Sinar matahari pagi telah menembus tirai jendela disebuah kamar milik pemuda bersurai pirang. Sinar matahari cukup menyilaukan sepasang mata indah berwarna sapphire yang tenang setenang samudra milik pemuda bersurai pirang itu. Uzumaki Naruto. Nama pemuda itu. Ia, mengerjabkan matanya beberapa kali.

"Sudah pagi." Gumamnya dikamar dari suatu kamar dirumah yang tidak besar dan tidak kecil namun terlihat seperti rumah yang bagus dan terkesan mewah peninggalan dari kedua orang tuanya yang telah tiada sejak Ia lahir. Walau orang tuanya telah tiada tetapi orang tuanya meninggalkan warisan yang tidak bisa dibilang lebih dari cukup, tetapi sangat jauh dari kata lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Ia bangkit dan membasuh mukanya. Ia terdiam. Mengingat pembicaraannya bersama Nii-chan dan Nee-chan nya semalam.

FLASHBACK On

"Naruto, saat ini kau sudah cukup umur untuk kami jelaskan kronologi kematian Minato Ji-san dan Kushina Ba-san." Ucap Nagato dengan wajah serius.

"Baiklah Nii-chan, aku akan mendengarkan." Ucap Naruto. Sungguh Ia sebenarnya tidak ingin merasakan kesedihan seperti saat Ia mulai bisa mengerti apa itu keluarga namun Ia telah tidak memiliki orang tua. Namun Naruto cukup berpikir dewasa, bagaimana pun Ia harus mengetahuinya.

.

.

.

Kedua orang tua Naruto telah tiada karena kecelakan, saat kecelakaan Ibu Naruto, Uzumaki Kushina namun setelah menikah dengan Minato Namikaze, Ibu Naruto menyandang nama Namikaze sebagai marganya. Saat kecelakaan, kandungan Kushina telah mencapai 8 bulan.

Khendak memeriksa kandungannya bersama sang suami, saat perjalanan menuju rumah sakit dengan sangat hati-hati ayahnya-Minato- mengendari mobilnya. Namun, seolah tak mengindahkan kehati-hatian Minato. Sebuah mobil truk melaju kencang dari arah berlawanan. Minato sudah sempat menghindarkan mobilnya dari tabrakan, namun sisi depan mobil sempat menabrak truk sehingga membuat mobil yang dikendarai Minato terbalik.

Secepat mungkin orang-orang yang berada disekitar kejadian memanggil Ambulance dan berbondong untuk menyelamatkan koraban kecelakaan itu.

Sesaat sampai dirumah sakit, kedua keponakan Kushina -Nagato Uzumaki dan Karin Uzumaki menemui dokter.

"Bagaimana kedaan Oji-san dan Oba-san saya, dokter?" Tanya Nagato dengan raut wajah yang panik

"Kami talah berusaha maksimal. Namun kami hanya mampu menyelamatkan anak dikandungan Namikaze-san." Terang sang dokter dengan raut wajah sedih.

"O-oban-san.. hiks..O-oji-san..hiks.." Karin mulai terisak, mengingat hanya mereka yang mengurus Karin dan Nagato sejak orang tua mereka meninggal sampai sekarang merekan berumur 10 tahun dan 17 tahun.

"Sudahlah Karin." Nagato mencoba menenangkan Karin. "Sebaiknya kita lihat adik kita ya." Ucap Nagato sambil memaksakan senyum. Untuk mengalihkan perhatian Karin.

"Naruto, kau harus jadi laki-laki yang kuat. Onii-san akan menjagamu seperti Nii-san menjaga Karin." Batin Nagato

FLASHBACK Off

Ia menatap sendu kearah wajahnya dipantulan cermin.

"yosh, aku tidak boleh bersedih. Bagaimana pun aku harus semangat." Gumamnya sambil menunjukan cengirannya pada cermin. Ia pun pergi keruang makan untuk makan sarapan bersama kakak sepupu yang sudah Ia anggap kakak kandung.

.

.

.

"Ohayou Karin Nee-chan, Nagato Nii-chan!" sapa Naruto dengan semangatnya

"Ohayou Naruto-kun." balas Karin sambil tersenyum.

"Ohayou Naruto." balas Nagato.

Naruto langsung mengambil roti selai yang telah disiapkan oleh Karin.

"Naruto, umurmu sekarang sudah 17 tahun. Nii-san rasa sudah cukup untuk kamu tinggal sendiri dirumah ini." Ucap Nagato

"Aa." Jawab Naruto sambil mengangguk.

"Bukan karena Nii-san ingin meninggalkanmu sendiri dirumah ini Naruto, tapi karena Nii-san juga punya rumah. Nii-san dan Nee-san mu sedikit kerepotan untk mondar-mandir Konoha-Ame, Naruto. Kantor Nii-san dan rumah sakit tempat Nee-san mu kerja ada di Ame. Nii-san akan mengirimkan uang tiap bulannya untuk memenuhi kebutuhanmu Naruto" Nagato berhenti sejenak.

"Baiklah, Nii-chan. Tapi aku tidak ingin terlalu memberatkan Nii-chan. Aku akan mencari kerja sambilan. Aku tidak mau menghabiskan uang Tou-chan dan Kaa-chan." Jawab Naruto dengan cengiran rubahnya.

Nagato bukan hanya kakak sepupu yang seperti saudara kandung, tetapi Nagato juga menjadi wali untuk Naruto.

"bukan tinggi saja yang bertambah, namun sifantnya juga bertambah dewasa." Batin Nagato

"Dan Nii-san juga tidak lama lagi akan melamar kekasih Nii-san." Ucap Nagato dengan sedikit rona merah diwajahya.

"HEEEEE!" sepontan Naruto dan Karin terkejut.

"Kalian kenapa?" Tanya Nagato sweatdrop

"Memang ada yang mau sama Nii-san?" Tanya Karin dengan seringai jahil

Ctak muncul perempatan di dahi Nagato.

"Anak ini!" batin Nagato

"Sudahlah. Karena hari ini hari minggu bagaimana kalau kita habiskan bersama? Karena tidak lama lagi kami pindah, bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain?" Tanya Nagato sambil mengalihkan perhatian.

"Ayo!" jawab Naruto dan Karin dengan semangat.

Sesampainya di taman bermain Konoha Land. Naruto, Nagato dan Karin sangat menikmati tman bermain itu. Saat mereka sedan makan siang disalah satu food court Konoha Land. Tanpa sengaja mata sapphire Naruto menangakap objek yang dikenalnya. Gadis itu…

Naruto POV.

Gadis itu… Hi-Hinata? Sedang apa dia disana sendirian? Ehh.. tidak, Ia bersama teman-temannya. Ada Haruno Sakura, yang berambut pirang pony-tail itu siapa yah? Aku lupa namanya. Ah sudahlah.

Tapi.. entah mengapa aku merasa senang bisa melihat Hinata. Ah.. mungkin karena aku sedang senang.

Naruto POV. End

Tanpa sadar Naruto terus memperhatikan Hinata. Sampai pada akhirnya pandangan mereka bertemu.

Ametyst bertemu Sapphire. Naruto terpaku dengan apa yang Ia lihat lalu bergegas mengalihkan pandanganannya. Begitu pun Hinata, apa yang Ia lihat membuat jantngnya berdebar, hingga menimmbulkan rona merah diwajahnya yang cantik dan semakin mempercantik paras wajahnya.

.

.

.

Hinata POV.

"Na-naruto-kun" ucap Hinata dalam hati.

Ahh.. betapa senangnya bias melihat Naruto-kun dan Naruto-kun melihatku. Aku bias pastikan bahwa jantungku berdebar-debar dan wajahku mulai memanas.

Hinata POV. End

"…ta, Hinata.." panggilan Sakura membuyarkan pikiran Hinata.

"Eh.." Hinata terpekik karena terkejut.

"Kau kenapa Hinata-chan?" Tanya Ino.

"A-a-aku ti-tidak apa-apa Ino-cahn" jawab Hinata gugup dan rona merah diwajahnya masih terlihat.

"Hinata-chan wajahmu memerah, apa kau demam? Kalau kau sedang demam lebih baik kau tidak usah ikut dan beristirahat dirumah." ucap Sakura Khawatir.

"A-a-aku tidak apa-apa Sakura-chan. Ayo, kita cari wahana lain yang menyenangkan." Jawab Hinata sambil mengalihkan perhatian dan mencoba menenangkan debaran jantungnya.

Tak terasa hari mulai senja, dan taman hiburan itu pun sudah semakin sepi pengunjung.

"Ayo, kita pulang, hari sudah mulai gelap." Ucap Nagato

"iya, Nii-chan." jawab Naruto dengan lesu.

"Naruto apa kau kelelahan?" tanya Nagato.

"Ti-tidak Nii-chan." jawab Naruto gugup. "aku tidak kelelahan, aku hanya tidak mau waktu kebersamaan kita berakhir" batin Naruto.

.

.

.

Sesampainya dirumah Nagato dan Karin langsung mengemasi barang mereka dan pindah kerumah asli mereka.

"Naruto, ingat Nii-san selalu mengawasimu! Jangan berbuat aneh-aneh" ucap Nagato

"I-i-iya Nii-chan" jawab Naruto sweatdrop "memang aku akan melakukan apa?" batin Naruto.

"Naruto-kun, jangan terlalu banyak makan ramen yah." Ucap Karin sambil memeluk adiknya.

"Iya, Nee-chan. Nee-chan kan sudah mengajarkanku memasak." Jawab Naruto sambil membalas pelukan Karin.

"Baiklah, kami berangkat Naruto" ucap Nagato sambil menepuk bahu Naruto.

"Iya, Nii-chan." Jawab Naruto.

"Jaa" Naruto tersenyum sedih.

.

.

.

Setelah kepergian kedua kakak Naruto, Ia langsung menuju kamarnya.

"Baiklah, aku harus semangat." Pandangan Naruto berpaling pada gitar hadiah ulang tahun yang diberikan Nagato tahun lalu, Naruto tersenyum memandang gitar itu.

"Mungkin bermain gitar bisa meringankan perasaan sedihku" gumamnya.

Saat sedang bermain gitar. Ada pesan masuk di ponselnya.

"Sasuke-Teme? Ada apa? Dia mengirimku pesan?" gumam Naruto

"Dobe, besok sepulang sekolah kita lanjut latihan band kita. Kita mendapat tawaran menjadi band caffe Akatsuki. Dengan kontrak 1 tahun, dan kontraknya tidak merugikan kita." Begitu pesan dari Sasuke.

"Hn. Baiklah" balas Naruto sambil cekikikan

.

.

.

Ditempat Sasuke.

"Hah.. si Dobe itu menggunakan kata favoritku" gumam Sasuke. Lalu Ia menyeringai.

"Yosh-dattebayo" balas Sasuke.

.

.

.

Kembali ketempat Naruto.

"Ahahah.. Teme kau menggunakan kata kutipanku" gumam Naruto sambil tertawa pada balasan pesan dari sahabatnya sejak masih Taman Kanak-Kanak.

"Baiklah, lebih baik aku tidur sekarang" ucap Naruto lalu berbaring ditempat tidurnya.

Naruto sudah sampai diparkiran Konoha High School. Dengan menggunakan motor sport pemberian dari kakaknya. Awalnya Naruto menolak karena terlalu dimanjakan oleh kakaknya, tapi karena sudah diberikan Ia pun menggunakannya untuk menghargai pemberian kakaknya. Naruto menyadari pekerjaan kakaknya memang memiliki gaji yang besar setiap ada proyek. Namun Naruto tidak mau terlalu menyusahkan kakaknya.

.

.

.

Naruto berjalan menuju kelasnya, telah sampai didepan pintu kelas tanda XI-B diatasnya, Naruto berhenti, Ia mendengarkan suara siswi-siswi perempuan sedang gergosip didekat persimpangan koridor sekolah dan yang membuat Ia mendengarkan adalah karena namanya disebut dalam gosip yang dibicarakan siswi-siswi itu. Naurto mendengarkan ia berpikir sepertinya ada tiga siswi yang bergosip.

"Ah.. Sasuke-senpai dan Naruto-senpai itu tampan sekali yah, aku ingin bisa dekat dengan mereka" ucap salah satu siswi.

"Ahahah.. kau terlalu berharp Shion." Ucap salah satu siswi lainnya.

"Aku pernah melihat Hinata-senpai memperhatikan Naruto-senpai loh, waktu itu aku ingin pergi ke toilet lalu aku tidak sengaja melihat Hinata-senpai memperhatikan Naruto-senpai yang sedang bermain basket. Menurutku Hinata-senpai menyukai Naruto-senpai. Kyaa.. kalau sampai mereka jadian pasti sangat serasi, Hinata-senpai yang cantik dan Naruto-senpai yang tampan" seru siswi yang lain.

"Tapi Hinata-senpai itu terlalu pemalu, aku pernah melihanya gugup saat berbicara dengan Naruto-senpai. Dan aku tahu kalau Hinata-senpai itu menyukai Naruto-senpai" ucap siswi bernama Shion.

.

.

.

"Hah.. ada-ada saja kohai-kohaiku itu." Batin Naruto. Naruto langsung membuka pintu kelasnya.

"Ohayou.." sapa Naruto dengan semangat.

"Ah.. Ohayou Naruto" sapa beberapa murid teman sekelas Naruto.

Naruto langsung berjalan menuju tempat duduknya disebelah Sasuke.

"Yo, Teme!" sapa Naruto dengan semangat.

"Hn, Dobe." Balas Sasuke sekenanya.

KRIIINGG…KRIIINGG…KRIIINGG

Tak lama Naruto dan Sasuke saling sapa bel jam pelajaran pun berbunyi. Dan tak lama dari itu munculah guru bersurai perak bermasker dan dengan sorotan mata malas.

"Baiklah, anak-anak. Hari ini saya malas mengajar." Kata sang guru a.k.a Kakashi Hatake

"YEAH" teriang berberapa murid bahagia.

"Tapi kita ulangan hari ini" balas sang guru a.k.a Kakashi Hatake dengan seringai dibalik maskernya.

"HEEEE" semua siswa kelas terkejut terkecuali Shikamaru yang tertidur, Sakura yang memperhatikan Sasuke dan Hinata yang memperhatikan Naruto.

SKIP

KRIIINGG…KRIIINGG…KRIIINGG

"Baiklah pelajaran selesai, silahkan istirahat." Ucap Kakashi Sensei. Lalu berjalan keluar kelas.

"Apa-apaan dia, seenaknya mengadakan ulangan tanpa pemberitahuan" gerutu Naruto sambil mengetik pesan.

"Hn" gumam Sasuke

"Ayo, kita ke kantin Teme. Aku sudah mengirim pesan pada yang lain, sekalian kita membicarakan tawaran kontrak itu" Ajak Naruto pada Sasuke

"Hn" gumam Sasuke

"cih, apa dia sengaja menghemat kata agar bisa menulis lagu untuk band kita ya?" batin Naruto sambil menatap bingung Sasuke.

.

.

.

Di lain sisi dalam kelas seorang gadis berambut Indigo tengah menatap kepergian pria bersurai kuning yang sering berbuat keributan dikelas.

"Naruto menuju ke kantin Hinata-chan" goda Sakura pada Hinata.

"Eh.." terkejut dengan apa yang didengarnya. Hinata mengalihkan pandangannya pada gadis musim semi disebelahnya dengan sedikit rona mereh di kedua pipi Hinata.

"Samapai kapan kau akan terus memandangi Naruto, Hinata? Si Bodoh itu sama sekali tidak peka terhadap apa yang namanya cinta, kau harus lebih dekat dengannya." jelas Sakura.

"I-i-iya Sakura-chan" jawab Hinata sedikit menunduk.

"Ayo, kita ke kantin Hinata-chan, kau bisa melihat Naruto dan aku bisa melihat Sasuke-kun KYAAA" ajak Sakura sambil berteriak histeris.

Dikantin lima orang duduk dengan tenang sambil menyantap makanan yang dipesan dikantin.

"Jadi bagaimana kontrak yang kau maksud Sasuke?" pertanyaan laki-laki bersurai cokelat a.k.a Inuzuka Kiba memecah keheningan. Biasanya Naruto lah yang memecah keheningan namun karena sedang khusyuk menyantap ramen Ia enggan melepas perhatiannya pada ramennya.

"kontrak itu cukup menguntungkan, kalau masalah bayaran, itu bisa mencukupi stok ramen si Dobe selama enam bulan penuh. kita hanya perlu tampil dua kali dalam seminggu dan dalam keterangan dikontrak itu, itu semua diluar jam pelajaran. Dan aku sudah bilang bagaimana jika kita sedang ujian. Lalu mereka menjawa, kita bisa tidak tampil selama ujian tapi kita harus mengganti di minggu berikutnya. Jadi setiap kita tidak tampil, itu seperti hutang yang dibayar minggu berikutnya. Bagaimana keputusan kalian?" terang Sasuke.

"Aku, ikut!" jawab Kiba dengan mata berbinar setelah mengetahui nominal bayarannya.

"Sepertinya aku juga ikut" jawab Sai sambil tersenyum palsu.

"Mendokusai na, walau aku menolak, aku pasti juga akan diseret untuk ikut" jawab si rambut nanas a.k.a Shikamaru. Sasuke tersenyum tipis melihat mereka setuju.

"Hn. Baiklah sudah diputuskan" ucap Sasuke

"Hei, Teme, kau tidak meminta persetujuanku? Eh?" Tanya Naruto jengkel karena tidak ditanyai keputusannya.

"Hn. Tidak perlu bertanya padamu aku sudah tahu jawabanmu." Sasuke mendengus

"Heheh" Naruto hanya tersenyum kikuk

"Boleh kami bergabung?" sebuah suara perempuan a.k.a Sakura menginterupsi paralelaki.

"Hi-Hinata-chan" ucap Naruto pelan. Namun masih bisa didengan oleh pria bermbut raven a.k.a Sasuke.

"sepertinya dia bisa bernyanyi penuh penghayatan bila mengetahui perasaanya pada gadis pemalu itu" batin Sasuke menyeringai.

"Oh.. Sakura, Ino, Hinata. Iya, ayo, mari bergabung, silahkan duduk" jawab Kiba ramah

Sakura, Ino dan Hinata pun duduk. Sakura duduk didekat Sasuke, Ino duduk didekat Sai. Dan Hinata? Entah kebetulan atau takdir. Satu-satunya tempat yang kosong adalah disamping Naruto. Dengan wajah memerah Hinata duduk disamping Naruto lalu menunduk melihat jus jeruk yang dia pesan.

Hening

Naruto hanya memandang mereka satu per satu, Sasuke diam seribu bahasa saat bersama kekasihnya. a.k.a Sakura yang sedang bermanja dengan berglayut dilengan kiri Sasuke. Kiba sibuk dengan ponselnya, Sai hanya diam dan tersenyum kepada Ino. Shikamari tidur dengan melipat tangan sebagai bantal, dan Hinata hanya menunduk malu, gugup karena duduk disamping Naruto.

.

.

.

Saat berjalan menuju kelas mereka, Naruto, Sasuke, Kiba, Sai, Shikamaru, Sakura, Ino dan Hinata hanya diam. Lalu Naruto melihat Hinata yang menunduk. Naruto sempat melihat rona merah diwajah Hinata namun salah mengartikannya.

"Hi-Hinata-chan, apa kau demam? Aku perhatikan wajahmu merah dari saat kita dikantin." Tanya Naruto yang langsung menempelkan punggung tangannya pada dahi Hinata yang tidak sempat menjawab pertanyaan Naruto.

"Na-na-naruto-kun me-memper-hatikan-ku? A-a-pa i-ini mim-pi? Naruto-kun.." batin Hinata.

Hinata semakin memerah wajahnya, pengelihatannya seperti ada jutaan kunang-kunang dan lalu keseimpangan Hinata goyah dan pingsan.

GREEP

Hinata yang pingsan belum sempat jatuh kelantai langsung ditahan oleh Naruto.

"HINATA?" panggil Naruto panik.

"Hinata-chan? Hinata-chan?" seru Sakura dan Ino yang juga panik.

Tanpa basa-basi lagi Naruto langsung menggendong Hinata dengan Bridal Style menuju UKS meninggalkan teman-teman mereka yang tercengang melihat teman mereka yang biasanya bertingkah bodoh menjadi lebih berbeda dengan biasanya.

"Hinata-chan sepertinya keinginanmu sebentar lagi akan terwujud" batin Sakura

"Sudahlah, ayo kita ke kelas sebentar lagi bel pelajaran dimulai. Biar Dobe mengurus gadis itu" ucap Sasuke datar.

"Baiklah. Ayo Sai, kita ke kelas kita." Ajak Ino kepada Sai. Karena Ino dan Sai berbeda kelas dengan Naruto, Sasuke, Kiba, Shikamaru, Sakura dan Hinata.

"Hah.. Si Naruto itu beruntung bisa lepas dari pelajaran Orochimaru-sensei." Dengusan laki-laki pecinta anjing itu a.k.a Kiba.

"Mendokusai na, aku sebagai ketua kelas harus mengizinkannya kepada Orochimaru-sensei" ucap Shikamaru dengan malas.

Di UKS Naruto hanya memandangi Hinata yang terbaring. Tanpa sadar pikirannya terfokus pada gadis indigo yang terbaring didepannya.

Naruto POV.

Aku hanya memandangi Hinata yang terbaring. Apa Hinata memang secantik ini setiap harinya? Matanya yang terpejam, pipinya yang sering memerah entah kenapa membuat aku gemas, bibirnya… tidak, tidak, tidak. Apa yang aku pikirkan. Kenapa hanya Hinata, Hinata, dan Hinata yang ada dikepalaku? Apa aku menyukai Hinata? Aku bingung harus bercerita dengan siapa, Nagato Nii-chan dan Karin Nee-chan sudah kembail ke Ame. Mungkin Teme mengerti. Aku akan bertanya padanya.

Naruto POV. End

TBC

fiksi pertama yang pernah saya buat. tidak ada paksaan review, namun saya sangat menghargai bila anda me-review, karena saya New Comer dalam FFn.

terima kasih.