Ansatsu Kyoshitsu © Matsui Yuusei

.

Warning : OOC, Garing, Typo(s), serta kesalahan sejenis

.

Happy reading!

Mungkin Maehara sedang tidak beruntung hari itu. Sakakibara Ren berada bersamanya dalam kereta yang akan membawanya ke rumah. Bukan masalah besar kalau hanya saling mengabaikan, tapi hari ini berbeda. Ia dan Sakakibara secara kebetulan mengincar gadis yang sama di seberang bangku mereka.

Bukan rahasia jika Maehara Hiroto dan Sakakibara Ren dikenal sebagai cassanova yang suka main-main. Hampir semua gadis yang dijumpai dirayu.

Bukan kebetulan yang baik jika mereka mengincar gadis yang sama bersamaan—khususnya untuk si gadis.

Seorang gadis manis dengan rambut biru yang digerai sampai bawah bahu duduk dengan gelisah memandangi sekitarnya. Dia memiliki mata indah yang dibingkai kacamata. Pipinya bersemu kemerahan. Benar-benar manis.

Sakakibara dan Maehara bersitatap dengan tensi permusuhan yang tinggi.

Aku yang akan mendapatkannya duluan.

Aku tidak akan kalah dengan orang sepertinya.

Secara serempak keduanya pindah tempat duduk tepat di samping kanan kiri gadis itu.

Sakakibara beraksi. "Aku tidak tahu kalau bidadari sepertimu naik kereta juga. Apa kau mau mengajakku ke surga bersamamu?"

Maehara kesal karena kalah start. "Cih."

Gadis itu menatapnya. Maehara cukup terkejut. "Ano... namamu siapa?"

Sakakibara menarik dagu gadis itu agar menghadap ke arahnya. "Kenapa harus memberitahukan namamu? Aku pasti akan melupakannya karena terlalu terpesona dengan wajahmu."

Rasanya Maehara ingin muntah mendengarnya. Apa Sakakibara tidak melihat wajah mulas gadis itu?

Tunggu. Maehara seperti mengenali gadis itu, tapi siapa? Sepanjang ingatannya ia tidak pernah memiliki kenalan gadis berkacamata.

"Apa kau tidak mau bicara padaku? Apakah suara emasmu terlalu berharga untuk didengar hamba kotor sepertiku?"

Si gadis makin gelisah.

"Kau membuatku muak. Aku hampir muntah mendengarnya."

"Aku tidak bicara padamu, orang gunung."

Jleb!

Sepertinya ada tombak imajiner yang menembus dada Maehara. Baiklah, kali ini dia tidak akan berpikir-pikir lagi mengenai siapa gadis itu. Harga dirinya sebagai penakluk wanita terluka jika kalah dari orang norak di sampingnya itu.

"Gomen Hime-sama, aku tidak bisa berpikir setelah melihatmu." Maehara mengambil tangan gadis itu dan memberinya ciuman singkat di telapak tangan.

Sakakibara berkedut kesal. Ia merebut tangan gadis itu dari Maehara dan memberikan ciuman yang sama. "Maaf karena lancang, aku hanya ingin membersihkan tanganmu yang terkena najis."

Gadis itu benar-benar merona atas perlakuan Maehara dan Sakakibara. Upaya untuk bicara dari tadi gagal terus karena tidak diberi kesempatan.

Mata kedua cassanova itu beradu, keduanya saling menyiratkan tantangan.

.

.

.

Sejak turun di stasiun hingga sampai di halaman gedung utama Maehara terus melamun. Ia sangat memikirkan siapa sebenarnya gadis kemarin.

"Sepertinya aku mengenal dia. Siapa?" Matanya tidak sengaja menangkap siluet warna yang sangat identik.

Nagisa.

Maehara menyeringai licik saat ia juga menemukan orang menyebalkan yang menjadi saingannya. Ia berlari ke arah Nagisa yang berjalan bersama teman-temannya yang lain dan menariknya mendekati Sakakibara serta anggota five virtuosos.

"Oi, playboy rambut norak!" Mana mungkin ia memanggil nama musuh bebuyutannya. "Kau merasa menang karena berhasil merayu gadis kemarin kan?"

"Tentu saja. Itu artinya pesonaku lebih kuat dari padamu. Itu juga pertarungan antar kelas kita."

Maehara tersenyum ada udang dibalik batu. "Aku rela kalah untuk itu."

Sakakibara mengernyitkan dahi. Maehara mengalah semudah itu?

"Gadis itu terlihat seperti ini kan?"

Maehara menarik Nagisa mendekat. Ia melepas kunciran pemuda itu dan mengambil kacamata yang entah bagaimana disediakan oleh Nakamura Rio.

"Bukankah mirip? Atau mungkin orang yang sama ya?"

Sakakibara sangat terkejut melihatnya. Ia menatap intens Nagisa yang mengeluh karena diperlakukan begitu lagi.

"Ta-tapi kemarin kau juga menggodanya..."

"Aku? Tentu saja aku yang menjebakmu. Apa kau tidak sadar? Kau bodoh sekali, apa kau yakin menyebut dirimu anggota five virtuosos?" Nada suara Maehara mengejek.

"Cih!" Sakakibara melangkah pergi dengan kesal dan dengan wajah yang memerah malu.

"Sakakibara kau menggoda seorang laki-laki?"

"Urusai!"

"Jika kau mengambil jalan itu, kau harus memikirkannya baik-baik Ren."

"Kau jangan ikut-ikutan Asano!"

Sementara itu di tempat kelas E Maehara tertawa keras karena berhasil mengerjai Sakakibara. Dendamnya kemarin terbalaskan.

"Kau juga tertipu kan Maehara?" goda Rio.

"Ti-tidak."

"Ne, ne, jadi kau tertarik pada Nagisa? Apa kau mau aku mencomblangkanmu?"

"Nakamura-san..." keluh Nagisa.

"Urusai."

Puk.

Okajima menepuk pundak Maehara pelan. "Aku tidak menyangka kau belok Maehara."

"Nagisa-kun hebat... bahkan laki-laki bisa tertarik padanya."

Nagisa sweatdrop. "Kayano-san..."

"Yosh! Aku akan mendukungmu Maehara!" seru Okajima berapi-api. Tentu saja dengan Rio sebagai panglima utamanya.

"URUSAAAAI!"

"Are? Apa ada hal seru yang terjadi?" tanya Akabane yang telat datang.

Okuda tersenyum ramah menyapanya. "Sebaiknya Karma-kun tidak perlu tahu. Akan kasihan Maehara."

Karma hanya memiringkan kepalanya bingung. Ia bergumam lain kali harus berangkat lebih pagi agar tidak ketinggalan hal penting.

Maehara mendengus kesal. Ia bergumam, "Mana mungkin aku mengenalinya. Nagisa yang memakai kacamata benar-benar seperti orang lain..."

—dan manis.

..

.

Owari

.

..

Omake

.

..

Nagisa melotot horor pada botol yang ujungnya mengarah padanya. Nakamura, Okajima dan yang lain menatapnya sangat bahagia. Nagisa tahu tidak akan ada bedanya dia memilih truth maupun dare, sama-sama merugikannya.

"Dare..." gumamnya lemah.

"Yosh! Kau harus pulang dengan crossdressing sampai rumahmu dan menarik perhatian cowok!" seru Nakamura. Matanya berubah licik. "Jangan coba-coba kabur, kami akan mengawasinya Nagisa-chan..."

'Aku sudah menduga hal ini akan terjadi pada akhirnya.'

Sisanya Nagisa hanya bisa pasrah penampilannya diubah menjadi gadis berkacamata yang imut. Ia berharap tidak ada yang mengenalinya, harga dirinya bisa sangat jatuh.

Nagisa masih cukup beruntung karena Karma tidak ada di sana saat Nakamura menariknya paksa ke dalam permainan menakutkan bernama ToD.

Ah, tapi Nagisa bukanlah orang beruntung hari itu. Ia mati-matian menahan malu dan gelisah saat dua orang paling playboy di sekolahnya menggodanya. Andai ia bukan orang baik hati Nagisa akan dengan senang hati mempraktikkan latihan pembunuhannya pada Sakakibara dan Maehara.

Jadi, siapa yang paling tidak beruntung?