—Mereka ada bukan hanya untuk bertempur. Mereka juga memiliki cerita.
All Mobile Legends character belong to Moonton. I do not own make profit.
1. Comfort
Usai match harusnya menjadi melelahkan. Beberapa peserta yang dipilih untuk bertempur pun disediakan minum masing-masing. Sudah biasa kalau usai mereka lelah pikiran untuk melakukan strategi, selanjutnya yang dilakukan adalah beristirahat diam. Bahkan bagi para supporter tipe regen seperti Estes dan Rafaela.
—omong-omong, ini cerita tentang seorang Rafaela. Ia terbang pergi. Menghampiri para petarung yang tadi selesai melakukan match.
Sambil membawa keranjang makanan, Cyclops yang berpapasan terheran dengan malaikat satu ini. Mengapa dia ada di bagian tempat istirahat petarung yang melakukan match tadi—dan Cyclops adalah salah satunya. Penyihir bermata satu ini ingin menegur malaikat tersebut—
"Hei, aku membawakanmu makanan. Istirahat dengan baiklah."
—Cyclops mengurung niatnya. Sial, yang dihadapi malaikat pemberi kasih sayang itu adalah malaikat setengah setan. Sebut Argus. Malaikat jatuh yang terobsesi kekuatan ini bisa terlihat mendongaki malaikat lawannya.
"Bukalah topengmu."
"... apa urusanmu? Kau punya tugas sendiri untuk terus memberi berkah pada orang di Land of Dawn. Aku juga punya tugas."
"Bahkan makhluk sepertimu juga harusnya kuberi berkah. Argus..."
"Kukira kau akan jijik padaku karena melenceng dari tugas langit."
Rafaela menggelang, "Tidak. Seharusnya aku yang disalahkan. Aku tidak fokus padamu karena terlalu terpaku pekerjaanku, jadinya aku tidak tahu kalau kau—"
"Ini bukan salahmu, aku sudah bilang berkali-kali."
"... Maap."
"Kubilang jangan menyalahkan diri sendiri."
"...ah maap—"
Entah sejak kapan helm baja itu terbuka, dan sudah dekat dengan wajah Rafaela. Cyclops yang melihatnya langsung bingung, bagaimana caranya bisa tidak berurusan dengan adegan tiba-tiba ini. Berurusan dengan Argus sama saja mencari mati.
2. Solution
"Kau tahu, Alucard hanya seorang yang ceria dan hanya berpikir satu cabang."
Zilong mengurut keningnya. Dia lelah untuk setiap kali curhat bersama Clint, selalu dijawab simpel.
"Kau tidak paham, kalau dia itu bukan hanya ceria. Dia kadang L.I.C.I.K. Dia selalu membuatku marah."
"Itu kamunya yang terlalu mudah dipancing emosi."
"Dia bahkan selalu gampangnya menghabisi monster jungle, termasuk incaranku."
"Itu kamunya lambat."
"Clint!"
"Apa? Aku hanya memberitahu alasan setiap masalahmu. Aku hanya membantumu sebagai teman."
"Teman apanya kalau daritadi kamu nge-abuse aku?!"
Clint nyengir. Dia melipat tangan sok keren, lalu berujar, "Sekarang aku tanya, diantara kalian kalo ntar homo... siapa yang bottom?"
"HEH APA MAKSUDMU BOTTOM?"
"—ups. Maksudku, siapa yang uke—"
"Kau tahu, aku orang Tionghoa dan aku PAHAM BETUL APA YANG KAMU BICARAKAN."
Cepat Clint memutar topik, "Kamu butuh match, sayangku."
"..."
Sesuai ucapan si pemuda berpakaian western, Zilong menghela napas sebelum mengangguk mengiyakan. Ia mengambil tombaknya yang tergeletak tidak jauh dari posisinya, dan baru saja ingin menarik sebelum ia rasa gagang senjatanya menjauh. Pria ksatria naga ini berpaling, menemukan seseorag yang daritadi mereka bicarakan kini menyodorkan tombak milik Zilong.
Senyum khas tercetak dari paras maskulin lawan, "Siap untuk match kembali?"
"Mau tidak mau," Zilong mengambil senjata miliknya dari tangan Alucard. "Terima kasih."
"Hei, tidak buruk untuk responnya! Tapi aku yakin kali ini aku akan kembali mencetak skor MVP~"
"Hmph... jangan curi incaranku kalau yakin bisa kalahkan aku..."
Tampak Alucard berdecak menggeleng sebelum kembali berujar, "Yah kalau mau mati sih. Kamu kan cuman bisa single offense. Ga kayak aku yang bisa maniac dalam satu match, hehe."
Emosinya ia redam kuat. Zilong nyaris melotot dengan keangkuhan Alucard kembali. Hingga saat itu juga, pemuda yang tadi ia ajak curhat menepuk pemuda berambut blonde pucat tersebut.
"Harusnya kau berterima kasih dengan Zilong. Dia bisa mengalihkan satu musuh supaya tidak menyerang, dan itu peluangmu agar tidak dikeroyok. Kamu 'kan tahu, sekali kamu terkena stun kamu bakal fatal lembek banget."
"... ah iya sih," kemudian Alucard nyengir pada Clint. Ia melirik pada Zilong, "Aku juga lebih banyak berterima kasih karena Zilong selalu mengincar marksman dan mage terlebih dahulu. Jadi mereka belum sempat memberi serangan, dan aku sudah menghabisi mereka sebelum itu. Kurasa aku harus berterima kasih padamu, Zilong."
Tanpa sadar senyum melukis dari bibir pemuda berdarah Asia Timur ini. Ia mengangguk, kemudian melihat Clint dengan wajah puas.
Ternyata Clint hanya menyerang kepada orang yang membuka mulut, ya?
3. Faith
Pertama kali yang Lancelot tahu soal Odette, dia adalah sosok perempuan penuh karismatik dan bercahaya. Ia juga sering menyenandung lagu swan lake. Setiap kali dalam arena pertarungan, dua tiga kali gadis ini menyelamatkan dirinya dari nyaris mencetak skor death tinggi.
"Odette, putri kecintaanku. Ada apa hari ini kamu tampak murung?"
"Ah tidak apa-apa, Lancelot..."
Hari ini pemuda berambut panjang bergelombang, menemukan gadisnya duduk meringkuk di dekat kolam. Ia tahu kalau ini adalah tempat yang disenangi perempuan identik angsa tersebut. Namun wjaahnya sangat muram. Lancelot tidak bisa mengabaikan perempuan satu ini untuk sendirian.
"Ceritalah padaku? Aku tahu kamu tengah bersedih, dan kamu tidak bisa menyembunyikannya dariku."
"... aku..."
Sebulir airmata jatuh dan membuat jalur di pipi perempuan tersebut. Lancelot segera menyapu wajah Odette dengan jemari bersarungnya. Tak butuh waktu lama sampai pemuda ini melanjutkan dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Odette.
"Lancelot, aku hanya ingin kau selalu hidup dan membawa kemenangan... aku tidak bermaksud menjadi sosok payah untukmu—iks! Lancelot..."
Perempuan berambut jingga inipun menyembunyikan wajahnya dalam bidang lawan. Kedua tangannya mengcengkeram bahu Lancelot dalam gemetar. Tanpa menunggu waktu, Lancelot sendiri hanya mendekatkan wajahnya kemudian berusaha menjadi tempat nyaman untuk Odette sesegukan. Karena baginya, jarang sekali melihat sang putri angsa kini lemah dan bersedih.
Lama waktu pun berlalu. Tangis Odette belum juga redam, "Bernyanyilah apa yang kamu suka, Odette. Senandungkan itu untukku."
"... aku tidak bisa menjadi mage yang baik untukmu—"
"Odette. Bernyanyilah. Berikan cahayamu padaku kali ini."
"..."
Suara merdu mengalun. Odette kali ini mengangkat wajahnya kemudian bernyanyi. Isaknya mulai melemah. Lancelot tersenyum, sembari itu mengusap kepala putri di depannya.
"Odette," lirih Lancelot dengan intonasi nyaman. "Kau sudah lakukan yang terbaik. Sekali lagi berusahalah, lalu tunjukkan kalau kau hebat padaku. Jarimu mungil sekali, dan dingin. Jadi daritadi kau gelisah karenaku, ya?"
"Jangan meledek! Apalagi tertawa!"
"Hihihi... kamu sekilas terlihat lucu juga."
"..."
"Lakukan lagi. Hanya kau yang bisa membuatku meraih kemenangan. Setelah ini, usap airmatamu lalu bernyanyilah di medan perang. Odette, kau pemberi napas untukku... jadilah hanya partner match-ku selamanya..."
—sebagai gantinya mengapa Lancelot minim skor death, karena Odette sendiri berani mengajukan sosoknya menjadi tumbal.
A/N: aku membuat ceritanya dikala senggang ^p^) sudah lama tidak membuat cerita, jadi maap kalau ada miss flow dari alurnya... iya, semuanya pair favku
