KaiHun Area
Day 1: In The Morning, Meja Makan
Story by Kim Jonghee a.k.a JongCay
Kim Jongin
Oh Sehun
Disclaimer:
Para cast milik Tuhan dirinya sendiri dan orang-orang yang mencintai mereka. Cerita milik yang buat. Bairpun gaje, tanpa plot, typo berserakan, dan segala macam kekurangan dari cerita ini, tetep milik yang buat, hoho. #bangga
Summary:
Pahitnya kopi, dicampur hangat dan segarnya segelas susu hangat di pagi hari, memberi sensasi berbeda di setiap harinya.
A/N:
Day 1
In The Morning, Meja Makan
Pagi itu tidak biasanya seorang Oh Sehun, yang notabenenya seorang murid teladan dan terajin seantero sekolahnya, bangun terlambat. Pukul 06.15, hanya 15 menit memang. Tapi itu sudah seperti kiamat bagi Sehun.
Sebaliknya, pagi itu Jongin bangun lebih awal. Jangan tanya kenapa. Sehun sendiri dibuat bingung karenanya. Sehun mengernyit saat tubuhnya melesat ke dapur—lebih tepatnya meja makan. Di sana Jongin sudah duduk manis di meja makan dengan buku sejarah di tangan kiri sedangkan cangkir di tangan lainnya.
Saat Sehun duduk, Jongin meletakan cangkir di meja setelah menyesapnya sebentar. Perhatiannya tetap tak beralih dari buku setebal satu inchi di tangan.
"Jong … kau baik-baik saja kan?" hati-hati Sehun bertanya. Ada gurat khawatir di wajah tampannya.
Jongin menoleh pelan dengan sebelah alis terangkat. Ugh! Sehun salah ucap sepertinya. Lihat saja aura kelam di belakang punggung Jongin yang tiba-tiba menyeruak kemudian membesar seketika. Pemuda berkulit pucat itu menunduk saja, mengusap tengkuknya gelisah. Kemudian iris indahnya menangkap sesuatu di atas meja. Segelas penuh susu cokelat.
"Susu ini pasti buatan Jonginie, Sehunnie minum yah?" lekas Sehun menyambar susu tersebut. Salah satu cara meredakan kemarahan Kim Jongin adalah dengan bertingkah lucu. Setidaknya itulah yang terpikirkan Oh Sehun setelah setahun lebih tinggal bersama pemuda berkulit Tan itu. Dan hampir 80 persen cara itu selalu berhasil.
Kalau saja wajah Sehun tidak tenggelam di balik segelas susu yang tengah diminumnya, mungkin sekarang ini pemuda berkulit pucat itu bisa melihat wajah salah tingkahnya Kim Jongin.
Jongin berdehem demi untuk menetralisir debaran jantungnya yang tiba-tiba melonjak beberapa persen. Diletakannya buku di tangan kirinya lalu mulai menyesap kembali kopi yang hampir mendingin.
"Ah, mashita!" seru Oh Sehun persis seperti anak kecil. "Jonginie, mau berangkat bersama?" tanyanya lucu. Belum lagi sisa susu di pelipir bibir tipisnya. Mengemaskan. Benar-benar seperti anak kecil, pikir Jongin.
Jongin terkekeh menimbulkan kerut di kening Sehun, bingung. Aigo! Menggemaskan! Batinnya menyerukan apa yang kini tengah dilihatnya. "Kemarilah?" pinta Jongin diiringi gesture tangan meminta Sehun mendekat.
Sehun menurut saja.
Hup!
Dan … pagi hari keduanya berakhir dengan bibir Sehun di bibi Jongin. Jilatan bahkan lumatan tak terelakkan. Sehun awalnya terjekut, namun menikmatinya juga.
Ciuman ringan pagi hari mereka diakhiri desahan juga lenguhan. Keduanya saling menempelkan dahi di masing-masing. Belum lagi lengan Jongin di leher Sehun. Ugh! Kalau saja tidak ada meja yang mejadi pembatas, mungkin hal lain bakal terjadi di antara keduanya. Setidaknya, itu yang dipikirkan seorang Kim Jongin. Ciuman panas mungkin? Biarpun sudah tinggal bersama-sama selama setahun lebih, tapi Jongin masih tahu batasan-batasan apa saja yang bisa dilanggarnya.
"Jangan menggodaku pagi-pagi begini, Oh Sehun!" desah Jongin setengah serak.
"Bodoh! Siapa juga yang menggodamu. Kau saja yang mesum. Dasar KkamJong jelek!"
Bukannya melawan ledekan si albino Sehun seperti biasa, Jongin malah terkekeh saja mendengarnya. "Sudah hampir terlambat. Kita lanjutkan lain kali saja," bisik Jongin diakhiri kecupan di pipi putih Sehun.
"Otakmu, Jong!" geram Sehun yang kemudian memukulkan buku sejarah setebal satu inchi milik Jongin ke kepala pamuda itu.
Begitulah pagi lain yang dilalui keduanya. Pahitnya secangkir kopi, akan hilang juga rasanya jika ditemani segelas susu segar.
FIN
