ROLEPLAY

Cast : Tokugawa Ieyasu, Date Masamune, Chosokabe Motochika

Rating : M/R25

Genre : Romance

Disclaimer : all characters belong to CAPCOM

Warning : cerita ini mengandung konten 3some sex yang lumayan intense, harem!Masamune, crossdress, hardcore, bahasa yang lumayan vulgar, jadi saya kasih rating seperti yang tertera di atas. Super duper OOC, typos, don't like don't read! Positively don't read if you are not into this kind of smut story!


Malam yang berbintang di langit Istana Sunpu…

Jamuan makan malam itu merupakan yang paling meriah di banding sebelumnya. Tokugawa Ieyasu bersuka cita setelah dia berbaikkan lagi dengan sahabatnya, Chosokabe Motochika. Kesalahpahaman di antara keduanya menyebabkan mereka bersitegang. Harga diri Bajak Laut itu pun terkoyak karena dia sudah terlanjur dibutakan oleh rasa benci dan amarahnya kepada Ieyasu. Berkat bantuan Date Masamune, masalah di antara mereka pun berakhir dengan damai. Ieyasu menyuruh Motochika untuk tinggal di Sunpu satu malam lagi supaya hatinya lebih tenang sebelum nanti kembali ke Osaka.

Selesai makan malam, Motochika dan Maeda Keiji dipersilakan kembali ke kamar untuk beristirahat. Ieyasu pun juga akan kembali ke kamarnya. Ketika pemimpin pasukan timur itu berjalan di koridor menuju ke kamarnya, dia dihampiri oleh Masamune, "Ieyasu, aku boleh minta tolong padamu?"

"Oh, tentu saja, Dokuganryu! Apa yang bisa kulakukan untukmu?" tanya Ieyasu.

"Tidak di sini, aku harus membicarakannya di kamarmu."

"Baiklah, mari ikut aku."

-000-

Di kamar Ieyasu…

"Menengadah sedikit, Dokuganryu," kata Jenderal Mikawa itu ketika sedang merias wajah Masamune. Dia memegang kuas tipis bergagang panjang untuk mewarnai merah jambu bibir Naga Bermata Satu itu. Tidak terlalu pekat warnanya, yang penting garis bibirnya terbentuk dengan indah.

"Nah, sudah selesai. Aku sungguh tidak percaya. Kau bisa terlihat sangat cantik," pujinya sambil mengangkat cermin genggam ke wajah Masamune.

"Dari mana kau belajar makeup seperti ini, Ieyasu?" tanya Masamune sambil memperhatikan hasilnya.

"Jangan salah sangka dulu ya, Dokuganryu," jawab laki-laki berambut hitam itu terkekeh sambil merapikan kotak alat riasnya. "Waktu aku tergabung dengan pasukan Oda, aku pernah diajak pentas Kabuki dan Noh Mai oleh salah satu jenderal terdekat Nobunaga-kou. Namanya Imagawa Yoshimoto. Setiap kali Owari mengadakan festival tahunan, aku pasti mendapat tugas untuk menjadi penari di pementasan itu. Dari sana, aku diajarkan Yoshimoto-kou mengenakan berbagai macam kostum dan tata rias."

"Hmm…andai aku sudah kenal kau saat itu…" gumam Masamune, masih memperhatikan dirinya di depan cermin.

"Berhubung kau berdandan seperti ini bukan untuk pentas, aku tidak menebalkan riasannya."

"Dan kimono ini salah satu koleksimu saat masih di Owari, Ieyasu?"

Ieyasu mengangguk dan menjawab, "Ya, itu hadiah dari Yoshimoto-kou. Juga satu set peralatan rias ini."

Masamune mengenakan setelan kimono berwarna kuning dengan motif dedaunan berwarna hitam. Bukan kimono pria, melainkan kimono untuk wanita. Rambut sebahunya juga digelung dan diberi hiasan bunga warna merah jambu. Yang tidak berubah darinya hanya penutup matanya. Dia khawatir jika dibuka, malah akan menambah buruk penampilannya.

"Jelaskan padaku sekali lagi, Dokuganryu," kata Ieyasu kemudian setelah meletakkan alat rias di lemarinya. "Mengapa kau ingin tampil seperti ini di depan Motochika?"

Naga Bermata Satu itu menjawab, "Aku hanya ingin tampil beda di depannya. Kau bukan satu-satunya tuan rumah di istana ini, Ieyasu. Aku pun ingin melayani para tamu dengan baik. Karena kau sudah menghabiskan waktu cukup banyak dengan mereka, sekarang giliranku. Namun seperti yang kubilang, aku hanya akan melayani Iblis Penguasa Lautan itu saja. Aku serahkan Si Pengembara itu padamu."

"Jangan khawatir, aku yang akan menangani Keiji. Paling dia sudah tidur sekarang. Saat makan malam tadi, dia minum cukup banyak. Sekalian nanti aku antar kau ke kamar Motochika, aku akan memeriksa kamar Keiji."

Ieyasu lalu membantu Masamune berdiri. Sebelum keluar, dia memastikan kimono yang dipakai Masamune sudah rapi. Demikian pula riasan wajah dan rambutnya. Dia tersenyum melihat tampilan daimyo Oshuu ini berbeda 180 derajat. Dia memuji kecantikan Masamune yang sudah dipoles ini dalam hatinya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya terlihat sempurna. Tidak disangka daimyo Oshuu yang sangat ganas di medan perang bisa berubah layaknya bidadari di khayangan.

"Mengapa harus Motochika, Dokuganryu?" tanya Ieyasu kemudian sambil memainkan rantai kecil di hiasan rambut Masamune.

"Oh, mengapa tiba-tiba bertanya begitu, Ieyasu?" Masamune balik bertanya sambil menahan tawanya. "Jealous?"

Kini Ieyasu yang menahan tawa dan berkata, "Kalau ternyata aku benar-benar cemburu?"

"Kepada siapa kau cemburu, hah?"

"Aku pikir hanya aku yang punya hubungan dekat dengan Motochika. Tak kusangka dia lebih dulu mengikat hubungan denganmu, Dokuganryu. Bukan sekedar bersahabat, tetapi ada cinta yang tumbuh di antara kalian."

Masamune lantas tersipu mendengar kata-kata Ieyasu barusan. Dia membuang pandangannya ke arah lain dan berkata, "Diamlah. Kau malah membuatku bertambah gugup bertemu dengannya nanti."

"Apa yang kau rencanakan dengan berpenampilan seperti ini, hm?"

Laki-laki berkimono itu lalu maju selangkah mendekati Ieyasu. Dia meletakkan tangannya di dada bidang Ieyasu dan menjawab, "A roleplay. Menarik, bukan? Aku butuh bantuanmu melengkapi peranku malam ini, Taisho."

"Apa yang bisa kulakukan untukmu, Dokuganryu?"

"Jadilah tuanku, beri aku perintah untuk melayani Motochika."

Ieyasu menyeringai. Dia lalu meraih tangan Masamune dan digenggam erat. Dia masih tidak berhenti memuji betapa menariknya laki-laki di hadapannya ini. Dia terbakar api cemburu mengetahui hanya Motochika yang akan menikmati penampilannya. Dia berkata, "Aku beruntung menjadi orang pertama yang melihatmu seperti ini, sebelum kemudian kau bertemu dengan Motochika. Berjanjilah padaku untuk tidak berbuat macam-macam yang bisa merusak penampilanmu, Dokuganryu."

"Sudahlah, kau tidak usah khawatir. Jadi, apa perintahmu, My Lord?"

Merasa sudah mendapat peran yang sesuai untuknya, Ieyasu tidak ragu memegang dagu Masamune dan mengangkatnya. Dia berkata, "Temui Motochika, dan layani dia sepenuh hatimu…"

Permainan peran pun dimulai…

Keluar dari kamar, Ieyasu berjalan sambil memegang tangan Masamune layaknya sedang mengajak seorang putri cantik berjalan di koridor kamar. Mereka tidak takut ketika harus melewati beberapa orang penjaga istana di bangsal tamu. Mungkin di mata para penjaga itu, Ieyasu memang sedang membawa seorang wanita untuk menghibur tamu-tamunya. Beruntung sebelum keluar dari kamar, Ieyasu memasang cadar tipis berwarna hitam menutupi separuh wajah Masamune. Khawatir ada orang yang mengenalinya meski sudah didandani sedemikian rupa.

Yang pertama dikunjungi adalah kamar Keiji. Ieyasu membuka pelan pintunya dan mengintip ke dalam. Didapatinya Pengembara dari Kaga itu tertidur pulas. Dia terdengar mengingau kata-kata yang tidak jelas dalam tidurnya. Ieyasu menghela nafas lega dan menutup pintunya. Dia berkata kepada Masamune, "Sepertinya dia memang terlalu banyak minum. Semoga arak-arakku bisa membuatnya tidur pulas sampai pagi. Nah, sekarang kita langsung ke kamar Motochika."

Kamar Motochika terletak hanya beberapa meter dari kamar Keiji. Sebelum Ieyasu mengetuk pintunya, dia berkata lagi, "Kau harus bersimpuh sebelum bertemu dengan tamuku. Ketika aku menyuruhmu masuk, beri hormat padanya. Kau mengerti?"

Masamune hanya mengangguk dan menurut apa yang diperintahkan oleh Ieyasu. Dia duduk bersimpuh dan menunggu perintah dari tuannya. Ieyasu mengetuk pintu, "Motochika, kau masih bangun?"

"Ya, masuklah, Ieyasu!" terdengar jawaban dari dalam. Ieyasu memberi isyarat kepada Masamune untuk tetap diam di tempatnya selagi dia masuk menemui Motochika. Jenderal Mikawa itu lalu duduk berhadapan dengan tamunya.

"Aku pikir kau sudah pulas tertidur setelah menegak habis beberapa botol arak," kata Ieyasu. "Aku dari kamar Keiji. Tapi dia sudah terlanjur tidur pulas, bahkan dia tidak tahu kalau aku berkunjung ke kamarnya barusan."

Motochika tertawa dan berkata, "Aku tidak selemah Keiji, Ieyasu. Arak yang kalian punya ternyata kuat juga. Keiji kan suka sekali minum. Ternyata 3 botol arak yang kau berikan bisa langsung membuatnya pulas, hahahaha…"

"Ngomong-ngomong, kau tidak ingin buru-buru tidur kan? Sebagai tuan rumah, aku ingin memberikan pelayanan tambahan untukmu, Motochika."

"Hoo…pelayanan tambahan apa yang akan kau berikan padaku?"

Ieyasu menoleh ke pintu kamar dan berkata, "Masuklah."

Pintu kamar Motochika bergeser terbuka, Masamune membungkuk rendah memberi hormat kepada Motochika. Bajak Laut itu terkejut bukan main ketika dia mengangkat wajahnya. Meski separuh wajahnya ditutup oleh cadar tipis, Motochika langsung mengetahui kalau sosok berkimono kuning ini adalah Naga Bermata Satu itu. Mulutnya menganga dan nyaris tidak mengeluarkan suara ketika dia melihat Masamune beringsut maju ke dekat Ieyasu.

"Do—Dokuganryu?" ucapnya terdengar tidak yakin. "Benarkah ini…?"

Ieyasu kemudian berkata, "Ini hasil karyaku, Motochika. Bagaimana menurutmu?"

"Hasil karyamu, Ieyasu? Tunggu sebentar, aku masih tidak mengerti. Apa yang kau lakukan padanya?"

"Oh, dia yang mengusulkannya padaku," Ieyasu mengulurkan tangan dan diraih oleh Masamune. Dia menyuruhnya untuk lebih mendekat kepadanya. "Maukah kau memberi salam kepada tamu istimewaku, Dokuganryu?"

Masamune perlahan mengangkat wajahnya dan membiarkan mata kelabunya bertemu dengan mata biru Motochika. Dia tersenyum dan berkata, "Selamat malam, Saikai no Oni."

"Oh, se—selamat malam…" balas Motochika gugup.

Melihat Motochika salah tingkah, Masamune menyeringai dan berkata, "Mengapa kau gugup? Ini aku, Motochika. Tampilanku memang sangat lain dari biasanya. Ieyasu membantuku memakaikan semua ini termasuk riasan di wajahku. How is it?"

Belum sempat pria bermata satu itu menjawab, Ieyasu lebih dulu berbicara, "Seperti yang kubilang di awal, bahwa aku ingin memberikanmu layanan tambahan sebelum kau bertolak ke Osaka. Dokuganryu hadir di sini untuk menemanimu melewati malam panjang. Dia bilang ingin tampil beda, maka itu aku memberikan sedikit bantuan."

"Kau tidak hanya sekedar memberikan bantuan, Sialan! Kau benar-benar mengubah sosoknya menjadi orang lain!" protes Motochika.

"Oh, jadi kau tidak suka dengan tampilan Dokuganryu seperti ini?" Ieyasu sengaja memancing Motochika supaya tambah tertarik dengan Masamune. Dia mengulurkan tangan dan membuka cadar di wajahnya. Setelahnya, dia menyentuh dagu laki-laki itu dengan satu jarinya dan disuruh menoleh kepadanya. "Padahal aku sudah mendandaninya demikian elok. Jika kau tidak tertarik, aku terpaksa harus menyuruhnya kembali ke kamarnya. Atau, kau tidak masalah kan jika aku yang menikmatinya?"

"Ja—jangan sentuh dia, Ieyasu!"

"Aku tuannya, Motochika. Aku berhak melakukan apa pun padanya. Iya kan, Dokuganryu? Kau akan menuruti kata-kataku kan?"

Masamune mengangguk dan menjawab, "Aku menunggu perintahmu, My Lord…"

Merasa terbakar api cemburu, Motochika tidak tinggal diam dan langsung menarik Masamune untuk duduk di dekatnya. Satu tangan kekarnya mendekap badan laki-laki berkimono itu dengan erat. Dia berkata, "Kau tidak boleh menyentuhnya, Ieyasu. Dia milikku."

Ieyasu tertawa dan berkata, "Mau bagaimana lagi? Dia terlihat sangat manis. Aku tidak tahan ingin menyentuhnya juga. Tapi aku sudah terlanjur menyuruhnya melayanimu. Jadi aku tidak akan melakukan apa pun padanya."

"Aku serius, aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya, Ieyasu!" potong Motochika. "Aku tidak tahu apa yang sudah kalian rencanakan. Aku bahkan tidak mengerti peran apa yang sedang kalian mainkan. Kau bilang dia hanya akan menurutimu, Ieyasu? Dia bukan budakmu!"

"Oh, saat ini dia akan menjadi budakku. Kami sedang bermain peran, Motochika. Aku menjadi tuannya, dan dia akan menuruti apa pun yang kuperintahkan padanya. Aku sedang kedatangan tamu istimewa. Sebagai tuan rumah, aku ingin memberikan pelayanan terbaik untuk tamuku."

Motochika menarik wajah Masamune dan menyuruhnya menatapnya. Dia bertanya, "Apa benar seperti itu, Dokuganryu? Kau ingin menjadikan dia sebagai tuanmu? Kau rela diperlakukan macam ini hanya untuk menyenangkan hatinya?"

"Ini hanya sebuah permainan yang menarik, Saikai no Oni," jawab Masamune sambil menyeringai. "Aku janji akan membuatmu terhibur malam ini. Aku akan melakukan apa pun untuk mengusir rasa lelah dan gelisahmu. Bagaimana?"

"Tapi haruskah seperti ini tampilanmu, Sayang? Uuukh…aku bahkan bukan orang pertama yang melihatmu. Sungguh tidak adil! Kenapa harus Ieyasu yang harus melihatmu pertama kali?"

Masamune mendekatkan wajahnya kepada Motochika dan berkata, "Karena dia adalah tuanku…"

Motochika merasa darahnya naik semua ke kepalanya ketika melihat wajah Masamune demikian dekat kepadanya. Tata rias wajahnya terlihat jelas, meski tidak setebal yang biasa dipakai wanita penghibur. Garis-garis wajahnya terlihat tegas, terutama di bagian mata. Kemudian bibirnya juga diberi warna merah jambu. Keinginannya untuk mencium sangatlah besar. Namun dia sadar sepenuhnya kalau Ieyasu sedang memperhatikan mereka. Yang dilakukannya kemudian adalah mencium keningnya dan mendekap kepala Masamune erat.

"Ieyasu, bisakah kau tinggalkan kami sekarang?" katanya kemudian.

"Aku tidak bisa meninggalkan Dokuganryu sendirian di sini bersamamu. Aku perlu melihat apa yang dia lakukan. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padanya," jawab Ieyasu, walau sebenarnya dia tidak ingin mengganggu keintiman 2 sahabatnya ini.

Bajak Laut itu mendengus tertawa dan berkata, "Kau tidak usah khawatir. Aku tidak akan merusak barang berharga macam apa pun, termasuk Dokuganryu yang sudah kau ubah menjadi sangat elok seperti ini."

"Kau janji akan menjaganya baik-baik? Aku tidak akan memaafkanmu jika dia kembali tidak dalam keadaan utuh."

"Tenang saja, Ieyasu. Setelah aku puas memakainya, aku akan mengembalikannya padamu dalam keadaan utuh. Layanan tambahan yang sangat menarik, terima kasih banyak."

Sebelum pergi, Ieyasu bertanya sekali lagi kepada Masamune, "Kau sungguh tidak ingin kudampingi, Dokuganryu?"

Masamune mengangguk dan menjawab, "Aku akan baik-baik saja, My Lord. Kau boleh tinggalkan aku dan beristirahatlah."

"Apa aku perlu menjemputmu kemari kalau sudah selesai?"

"Biar nanti Motochika yang akan mengantarku kembali kepadamu…"

Setelah yakin semuanya baik-baik saja, Ieyasu beranjak dari kamar Motochika dan kembali ke kamarnya. Perannya sudah selesai sampai di sini untuk sementara. Kini tinggal Motochika dan Masamune yang akan meneruskan permainan ini.

Bagaimana mereka akan mengawalinya? Apa yang akan dilakukan oleh Masamune dalam tampilannya saat ini untuk menghibur Motochika?

-to be continue-


Chapter 2 coming up next!