Yuri! on Ice belongs to MAPPA, Mitsurou Kubo, and Tadashi Hiramatsu.
WARNING: (might be) OOC, platonic!Victuuri, alur yang agak maksa.
.
Ini kali kedua ngemaso bikin fictogemino lagi. But, hope you enjoy!
Malam ini Viktor akan meninggalkan Rusia, tanah kelahirannya, untuk sementara.
Waktu masih menunjukkan sore hari, sedangkan Viktor tetap duduk seorang diri di sebuah bangku taman. Bersikap acuh pada mantel yang mulai ternoda oleh salju. Dia hanya ingin kembali merenungkan semuanya dalam kesendirian sembari menunggu waktu keberangkatan pesawat ke Jepang. Makkachin, anjing kesayangannya, diberi kesempatan untuk bermain di sini sebelum tiba waktunya.
Hal tersebut merupakan segelintir kenyataan yang lumrah untuk dihadapi dalam hidup setiap manusia, setidaknya berlaku bagi Viktor sendiri.
Ada suatu frasa tentang kehidupan yang menyatakan bahwa ketika seseorang menjadi terkenal oleh dunia, bukan berarti sosok itu dapat terbebas dari rasa kesepian.
Sebuah pertanyaan muncul begitu saja. Apakah itu benar yang kau rasakan, Viktor?
Padahal, nama Viktor Nikiforov telah dikenal dalam sejarah umat manusia. Seorang ice skater yang meraih kemenangan lima kali berturut-turut pada turnamen Final Grand Pix berskala internasional. Berikut pula dengan sederet turnamen nasional dan kompetisi berskala Eropa lainnya. Namun, di balik semua itu, di balik raga dan jiwanya sebagai figur ice skater yang diidolakan banyak orang, Viktor hanya bisa tertawa dengan miris.
Meskipun dia telah mengukir sejumlah prestasi, bukan berarti orang lain akan bersedia untuk menjadi temannya.
Dia tidak cocok untuk dijadikan teman, melainkan seseorang yang patut disegani karena kejeniusannya.
Memang benar, kehidupan zaman sekarang membuat kebanyakan orang menjadi lebih individualis. Semuanya memiliki hak dan kewajiban dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Tapi, apakah ada orang lain yang merasakan hal sama seperti Viktor kala ini?
Sempat ada rasa arogan yang muncul. Hal itu datang seiring dengan semua yang telah ia capai dalam setiap langkah kakinya berada. Tapi, percuma saja, rasa itu hanya mempertemukan dirinya dengan penyesalan yang ia pendam sedalam mungkin agar tidak terlihat di mata publik.
Viktor memiliki citra tersendiri yang patut untuk dijaga. Viktor yang dikenal dunia itu memiliki senyum menawan dengan kedipan mata yang memesona. Semua itu demi karirnya sendiri yang sesungguhnya terasa begitu memuakkan.
Tapi, dia memiliki batas-batas hidup yang harus dipatuhi.
Viktor merasa kecewa jauh dalam lubuh hatinya.
Dadanya terasa sesak setiap rasa sedih itu muncul di balik senyuman ceria penuh kepalsuan yang terukir tanpa bisa dicegah.
Rasanya Viktor ingin menertawakan nasibnya sendiri.
Yakov Fletsman memang ada wujudnya. Dia adalah pelatih yang hebat untuk murid yang hebat seperti Viktor. Tapi, dia hanya pelatih, bukan teman.
Kehadiran Yuri Plisetsky cukup menyenangkan untuk digoda saat berlatih di ice rink. Tapi, dia hanya junior seperguruan, bukan teman.
Viktor memandang ke arah langit yang mulai menggelap, mempertanyakan ke mana semua eksistensi orang-orang yang ia kenal lewat butiran salju yang menghujani tanah kota St. Petersburg. Semua nama mereka tersimpan dengan baik dalam memori otaknya. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang hadir untuk menemaninya.
Sebanyak apapun orang yang mengelukan namanya dari bangku penonton, memberikan tepuk tangan yang paling meriah, juga menyaksikannya dalam layar kaca dengan penuh kekaguman, Viktor tetap merasa hampa dengan kehidupannya sendiri.
Ya, perasaan seperti itu. Tapi, apa semua itu benar ia rasakan sedemikian rupa?
Andai saja dia tidak pernah menemukan eksistensi dari sosok bunga lili dari timur yang kelak dapat mengubah hidupnya, mungkin selamanya Viktor dapat terjebak dalam merasa demikian.
.
.
.
(silakan dibaca kembali dari sini menuju ke atas)
A/N: Sebenarnya gue tahu kalau kanji nama Yuuri (εε©) itu beda artinya dengan bunga lili (ηΎε) secara literal. Cuman, gegara ini gue malah ngetik sambil ngebayangin Fem!Yuuri, bukan Canon!Yuuri. Tapi, semua itu gue kembalikan untuk disesuaikan ke pembaca masing-masing, deh. Anyway, terima kasih sudah membaca!
