My Hellevator!
Kyungsoo mendorong pintu kaca ganda didepannya, membuat lonceng kecil diatasnya mengeluarkan bunyi dan seorang pelayan wanita tergopoh mendatanginya, tersenyum dan menarikkan satu kursi di meja sudut dekat perapian menghadap dinding kaca. Kyungsoo tersenyum mengucapkan terimakasih, memesan secangkir Americano sebelum melepas mantelnya dan meletakkannya disandaran kursi.
Cuaca sangat dingin, diluar titi-titik salju jatuh beriringan menyentuh tanah, membuat jalanan licin dan basah. Gadis manis itu menggosokkan kedua tangannya yang nyaris membeku meski sudah terlindungi sarung tangan.
"Pesananmu nona." Tidak lama kemudian, secangkir cairan hangat mengepul itu sudah tersaji dengan manis didepannya.
"Terimakasih." Gumam Kyungsoo. Gadis itu lalu mengeluarkan Notebooknya yang selalu dia bawa kemana-mana beserta Canon EOS 6Dnya. Mengambil memori didalam camera tersebut dan memindah beberapa gambar yang diambilnya ke laptop. Ya, Kyungsoo sangat menyukai dunia Fotografi. Namun hanya bisa menjadikannya sebagai hobi belaka karna orang tuanya melarang saat dia mengutarakan ingin mengambil jurusn Fotografi. Kyungsoo senang memotret pemandangan, makanan atau bahkan benda yang dianggapnya aesthetic. Kalian akan menemukan itu jika mengunjungi akun instagram dan blog pribadinya yang artsy dan kinfolk.
Musim salju, Kyungsoo menyukai semua musim, namun musim salju adalah favoritnya. Dia selalu suka memandang rintikan salju, menyukai dinginnya salju dan bagaimana butiran es itu akan membuat rambutnya lembab. Ini adalah musim salju pertamanya diumur ke-22 setelah hampir empat tahun lamanya dia tidak pernah merasakan musim salju di Seoul. Menimba ilmu Bisnis di London Business School karna keinginan orang tuanya. Kyungsoo bersyukur setelah lulus dia bisa kembali dan menikmati salju di kota kelahirannya.
Gadis itu melihat-lihat hasil potretnya, gambar yang dia ambil di taman dan persimpangan jalanan bersalju. Semua diambil dengan angel dan pencahayaan yang bagus, menjadikannya terlihat professional dan aesthethic. Tapi foto terakhir nampak menarik perhatiannya. Lokasinya ada dijalanan trotoar, diantara lalu-lalang orang-orang yang berjalan dengan tergesa, fokus cameranya nampak memotret seorang pria tegap yang berjalan hanya dengan kemeja putihnya. Kyungsoo mengernyit, mengingat-ngingat bagaimana dia bisa memotret lelaki tersebut. Ah, pasti itu tidak disengaja, iya kan? Tapi jika difikir, apa yang lelaki itu lakukan disana hanya dengan kemaja dibawah guyuran salju? Apa dia tidak kedinginan?
Kyungsoo memilih menutup laptopnya, kemudian menyesap Americanonya sambil memandang keluar melalui dinding kaca, rintikan salju dan lalu lalang orang dijalanan.
Klining!
Pintu café terbuka saat seseorang mendorongnya masuk. Seorang lelaki tinggi dengan sorot mata tajam itu masuk, dengan mantel hitam tebal menutupi kemeja putihnya yang basah. Rambut pirangnya sedikit basah dengan wajah yang agak pucat, namun itu tidak bisa melunturkan sedikitpun pesona memikatnya. Lelaki itu lalu memesan secangkir kopi hitam, kemudian duduk disalah satu kursi yang berada tidak jauh dari tempat Kyungsoo duduk.
Apakah ini takdir?
.
.
.
Aku berjalan di dasar tebing nan curam, berjalan dalam terowongan yang gelap. Menahan hari kejam dan mengerikan ini seorang diri.
Salju, kedinginan, lapar dan sendiri.
Aku bahkan tidak punya peta, yang akan memberitahuku apakah ini jalan yang benar. Tidak ada cara untuk naik, semua yang sudah kulalui hanyalah labirin gelap dan aku masuk kedalamnya tanpa bisa melarikan diri.
Melawan atau mati?
Demi hidup, aku berdo'a dan bertahan melewati tatapan yang orang berikan. "Give up on your nosense dream.." Orang memberitahuku jika tantangan seperti itu bak hujan gerimis yang berlalu.
Akan ku cari tahu, dimana jalan keluarnya? Aku terkunci dalam kegelapan, selamatkan aku. Dengan panik aku mencoba melarikan diri.
I'n on the Hellevator.
Aku akan naik.
.
.
.
"Aku mencintaimu."
"Kau, tidak boleh lagi."
"Aku tidak peduli," Kyungsoo berlari, masuk kedalam pelukan lelaki tersebut, menggenggamnya erat seolah dia tidak mau melepaskannya, lagi.
"Siapapun dan apapun dirimu, aku akan tetap mencintaimu. Tidakkah kau sadar bahwa benang merah itu sudah mengikat jemariku dengan jemarimu?"
.
.
.
.
.
.
Coming Soon~
.
.
.
.
(Pleseu, jangan jitak aku. Salahkan isi kepala yang gabut ini kkk, ini ngga akan banyak chap ko. Untuk ff lain akan Laxy lanjut setelah Laxy selesai UTS ya. Okay see you~)
