(*) saya upload ulang karena kemarin dihapus dari pihak ffn nya orz thanks to poppymarrym for your info.
Disclaimer: I own nothing, but the story.
PROLOG
Pagi itu, udara kota Seoul cukup dingin. Salju memang sudah tidak turun lagi, tetapi angin yang berhembus menghantarkan hawa dingin ke seluruh penjuru kota.
Baekhyun mengeratkan mantel yang dipakainya. Uap putih keluar dari mulutnya seiring dengan nafasnya. Pipi dan hidungnya sudah berwarna merah akibat terlalu lama berada diluar. Kakinya melangkah dengan tidak sabar sembari tangannya menggeret koper yang cukup besar.
Langkahnya terhenti ketika ia sampai didepan sebuah bangunan besar, sebuah apartemen. Ia mengeluarkan sebuah kertas dari dalam sakunya. Meneliti setiap baris kata yang tertulis dikertas itu kemudian mencocokkannya dengan tulisan yang berada didepan apartemen tersebut. Senyum terkembang diwajahnya. Sambil memasukkan kembali kertasnya, ia menggeret kopernya masuk kedalam bangunan itu.
"Lantai 7..."
.
.
"Aih jinjja lelah sekali.."
Baekhyun menjatuhkan tubuhnya diatas kasur berukuran Queen di apartemen barunya. Menata semua barang bawaannya —yang tidak bisa dibilang sedikit— itu sangat menguras tenaganya. Ia memejamkan matanya lalu menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perasaan lega. Kegiatannya terhenti saat terdengar suara nyaring dari dalam saku celananya. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan handphone kesayangannya, mengintip sedikit layarnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.
"Ya umma?"
"Kau sudah sampai?" Tanya suara dari sebrang telfon.
"Ya..baru saja aku sampai."
"Kau suka tempatnya? Jika kau tidak suka, umma bisa menca -"
"Aku suka umma.. Tempatnya nyaman kok. Jadi tidak usah khawatir." Baekhyun bangkit dari tidurnya dan mulai berjalan keluar kamar tidurnya. Melihat sekekilingnya, menyusuri setiap sudut ruangan apartemen barunya —yang memang sudah ditata rapi oleh ibunya— dengan tersenyum lebar. Great.
"Syukurlah.." Ibunya mendesah lega. "Jika kau membutuhkan sesuatu, segeralah menghubungiku, arrachi?"
"Umma..." Baekhyun mendengus kesal, "aku ini sudah besar, tujuanku pindah ke apartemen pun agar aku bisa mandiri. Kalau umma memintaku untuk terus bergantung padamu, bagaimana aku bisa mandiri?"
Baekhyun berjalan menuju pintu depan. Memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat untuk membeli bahan makanan untuk beberapa hari kedepan.
"Baiklah.. Aku mengerti. Aku ada meeting hari ini, jadi tidak bisa mengobrol lebih lama. Jaga dirimu baik-baik disana. Jangan telat makan, ingat itu!"
"Ne umma.." Bekhyun mengunci pintu apartemennya, kemudian berbalik. "I love...you."
Betapa kagetnya saat ia berbalik, yang ia dapatkan adalah dada bidang seseorang tepat berada didepan wajahnya. Saking kagetnya sampai ia tidak sadar memutuskan sambungan telfon saat ibunya tepat akan mengatakan "I love you too". Ia mengangkat wajahnya, memastikan siapa yang sudah menghalangi jalannya.
Tinggi. Rambut hitam. Tampan.
Baekhyun mengerjapkan matanya. Apakah baru saja aku mengatakan dia tampan?
Pria dihadapannya itu menatap Baekhyun dengan tatapan datar, sambil menggaruk kepalanya. Terlihat jelas bahwa dia baru saja bangun dari tidurnya. Entah dia sudah mencuci mukanya atau belum, tapi Baekhyun benar-benar menganggapnya tampan.
Pria itu melengos dan berjalan meninggalkan Bekhyun dengan tatapan kagetnya yang belum sembuh juga.
Tubuh jangkungnya menghilang dibalik pintu setelah bunyi 'blam' dan itu menyadarkan Baekhyun untuk kembali ke alam sadarnya. Baekhyun memperhatikan pintu yang baru saja tertutup. Jadi, dia tetanggaku?
Dan entah kenapa kenyataan itu membuat pipinya merona merah.
.
.
Baekhyun berdecak kesal saat kantung plastik yang ia bawa robek dan menumpahkan semua isinya —bahan makanan yang baru ia beli di supermarket. Padahal tinggal beberapa langkah lagi sampai pintu, pikirnya.
Baekhyun sedang berjongkok untuk memunguti belanjaannya saat terdengar suara seseorang pria didepannya yang juga ikut berjongkok.
"Hei, biar aku bantu." Reflek Baekyun mendongakkan kepalanya menatap si empunya suara.
Rambutnya pirang dan alisnya tebal. Kesan pertama Baekhyun terhadapnya.
"Ada apa?" tanya orang itu saat mendapati Baekhyun sedang menatapnya.
Sungguh Baekhyun sangat malu dipergoki sedang menatap orang lain seperti itu, apalagi saat melihat senyum geli yang diperlihatkan orang didepannya itu. Seketika ia merasa dirinya sangat bodoh.
"Ti-tidak. Tidak apa-apa." Ucap Baekhyun sambil memaksakan senyumnya.
"Baiklah." Pria itu segera berdiri membawa barang belanjaan Baekhyun ditangannya, membuat si empunya barang menatap orang itu bergantian dengan lantai yang sudah bersih tanpa barang-barangnya yang berserakan.
"Bi-biar aku saja." Baekhyun mengulurkan tangannya dan memaki dalam hati mengapa suaranya sangat jelas terdengar gugup.
Pria didepannya tersenyum manis membuat Baekhyun menundukan kepalanya.
"Dimana tempatmu?" bukannya memberikan barang yang diminta Baekhyun, pria itu malah melihat sekelilingnya, mencoba mencari tahu dimana tempat tinggal pria mungil didepannya yang baru saja dengan tidak sengaja menjatuhkan barang belanjaannya.
Untuk kedua kalinya Baekhyun merasa dirinya sangat malu karena dipergoki sedang menatap pria itu, lagi.
"A-ah itu...di...712." jawab Baekhyun gugup. Sial.
"Baiklah, aku akan mengantarmu." Pria itu tertawa kecil dan Baekhyun memukul kepalanya karena kebodohannya sendiri.
.
.
"Tempatmu nyaman." Kris —pria yang menolong Baekhyun tadi— memperhatikan sekeliling tempat tinggal baru Baekhyun.
"Ibuku yang menatanya."
Baekhyun memperhatikan punggung Kris yang sedang memunggunginya. Tinggi sekali.
Kris berbalik dan tersenyum kepada Baekhyun. "Kau baru pindah hari ini?"
"Ya.." Baekhyun memalingkan wajahnya melihat senyum Kris yang, sungguh sangat mempesona.
"Kalau begitu, aku harus pergi." Ucap Kris.
Baekhyun mendongakkan kepalanya menatap Kris yang entah sejak kapan sudah berada didepannya. Ia tersenyum kikuk dan berjalan dibelakang Kris yang menuju pintu.
"Lain kali, kau juga harus berkunjung ke tempatku. Ya.. walaupun tak sebagus tempatmu." Kris tertawa diujung kalimatnya membuat Baekhyun mau tak mau tersenyum.
"Baiklah."
Baekhyun membukakan pintunya dan betapa terkejutnya saat ia menemukan seseorang sedang berdiri menatap pintunya, dan sekarang tatapan itu beralih menatap Baekhyun dengan tatapan datarnya. Pria yang tadi.
"Eh Yeol," Kris menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, "aku harus membantu anak kecil ini membawa barang-barangnya yang terjatuh."
Baekhyun tidak bereaksi dengan ucapan Kris, padahal ia paling tidak suka disebut anak kecil. Tatapannya masih terpaku pada pria —yang tak kalah tinggi dari Kris didepannya ini.
Chanyeol dan Baekhyun masih bertatapan sampai Chanyeol memutuskan kontaknya pertama dan menatap Kris —masih dengan tatapan datarnya.
"Cepatlah, Hyung." Ucapnya dingin.
"Iya, iya," Kris menggeser badan Baekhyun yang masih terpaku didepan pintu dengan gerakan lembut dan tersenyum. "Aku pergi dulu, Baek. Sampai jumpa lagi."
Kris menarik tangan Chanyeol dan melambai ke arah Baekhyun yang menatap punggung dua pria tinggi itu menjauh dan berbelok.
Baekhyun mengangkat bahunya acuh dan hendak berbalik saat ia mendengar suara langkah seseorang berlari. Dilihatnya Chanyeol sedang berlari pelan kearahnya.
"Kita kencan. Besok jam 7 malam." Hanya itu yang diucapkan pria berambut hitam legam itu, dan kemudian kembali berlari menjauh, meninggalkan Baekhyun yang terpaku ditempatnya dengan mulut yang menganga
Apa katanya? Kencan?
Ini gila.
Tapi kenapa pipiku menghangat. Sial.
—TBC—
MIND TO REVIEW?
