Ketika garis takdir telah berucap—
Do You Know?
Naruto is Masashi Kishimoto's
Main Pair: NaruSaku
Fiction by:
Natchii
, OOC, Typo(s), Minim Deskripsi, Sederhana,
EYD berantakan, Bahasa Kaku
Genre: Fantasy, Romance
Rate: T
Special for GSA
—Happy Reading—
.
Terdengar bunyi langkah kaki seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang kini tengah menyusuri koridor sekolahnya. Kedua kaki jenjangnya kini tengah berjalan menuju ke sebuah pintu geser yang memiliki sebuah papan yang berbentuk persegi panjang di kanan atas pintu geser bersebut. Papan tersebut berisikan rentetan angka dan huruf yang jika digabungkan akan membentuk nomor urut sebuah kelas. 12-1 class. Kebanyakan orang beranggapan kelas ini merupakan sebuah surga karena kelas ini memiliki siswa-siswi yang pintar dan sopan. Bisa dibilang kelas ini adalah kelas unggulan. Namun, anggapan-anggapan orang tersebut sangat bertolak belakang dengan anggapan gadis sugar plum ini. Baginya, kelas ini adalah neraka.
Tiga menit sudah sang gadis berdiri di depan pintu kelasnya. Sesekali kelopak matanya menutup sempurna disertai dengan tarikan-tarikan napas pendek yang bertujuan untuk menyiapkan mentalnya. Well, gadis ini tidak terlambat. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi nyaring.
.
Kini, kelopak mata gadis itu telah terbuka sempurna, memperlihatkan permata emerald indah yang beberapa menit yang lalu sempat disembunyikan oleh sang kelopak mata. Lalu, dengan sekali tarikan napas panjang, gadis itu pun menggeser pintu kelasnya tersebut.
Suasana kelas yang tadinya dipenuhi oleh teriakan dan suara tawa perlahan-lahan hilang seiring dengan masuknya sang gadis. Kini, semua pasang mata memandangnya dengan tatapan tajam. Entah apa salah sang gadis sampai teman-temannya menatapnya seperti itu. Namun, di antara puluhan pasang mata yang menatap dirinya dengan tatapan tidak bersahabat tersebut, terdapat satu pasang mata yang menyiratkan rasa prihatin mendalam. "Bertahanlah, Sakura," bisiknya pelan.
Emerald Sakura menjelajahi setiap sudut ruangan yang berbentuk persegi tersebut, berusaha mencari sebuah meja yang dilengkapi dengan sebuah kursi yang dapat ditempatinya hari ini.
"Ah, di sana," gumamnya pelan seraya melangkahkan kakinya yang sempat terhenti tersebut menuju ke sebuah meja yang terletak di pojok kanan kelas tersebut. Sesampainya di meja tersebut, Sakura meletakkan tasnya lalu mengecek keadaan bangku tersebut. Setelah yakin semuanya aman, Sakura pun menarik kursi itu ke belakang demi memberinya celah untuk duduk. Suasana kelas yang tadinya sempat hening sesaat kini kembali riuh. Semuanya kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Selalu seperti ini. Mereka tidak pernah mengganggap Sakura Haruno adalah bagian dari teman mereka. Tidak pernah.
"Sabar, Sakura. Tinggal lima hari lagi menuju kelulusan. Setelah itu, kau akan bebas dari kelas ini," bisik gadis musim semi itu tersenyum miris seraya melipat kedua tangannya lalu menundukkan kepalanya.
"To-tolong aku!" Sebuah suara tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam indra pendengarannya.
"Suara apa itu?" gumam Sakura sambil mengangkat pelan kepalanya lalu menoleh ke sekeliling.
"Di sini!" Sakura langsung menoleh ke sumber suara.
Twitch. Twitch.
Permata gioknya kontan melebar karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Bagaimana tidak? Kini, emerald Sakura tengah melihat seorang kurcaci kecil yang sedang dalam bahaya. Oh wait! Kurcaci? Bukannya kurcaci itu hanya khayalan semata? Apakah Sakura kini sedang berhalusinasi? Hell no! Gadis bermahkotakan merah jambu ini sudah lima kali mengusap salah satu matanya untuk menghilangkan ilusi gilanya, akan tetapi sang kurcaci tersebut tidak kunjung hilang dari pandangannya.
Back to story
"Kok malah bengong sih? Bantu aku dong!" hardik sang pemilik suara sehingga membuat lamunan Sakura terbuyar sempurna. Lalu, dengan cepat Sakura mengulurkan jari telunjuknya untuk menolong sang lelaki kecil tersebut.
"Trim's," gumamnya seraya melemparkan sebuah senyuman kepada Sakura yang dibalas anggukan cepat dikarenakan Kakashi telah memasuki ruangan kelas.
"Kau hutang penjelasan padaku, kurcaci," bisik Sakura pelan.
"Namaku Naruto, bukan kurcaci," bisik Naruto tidak kalah pelannya dengan Sakura sementara gadis Haruno itu hanya merespon perkataan Naruto dengan anggukan singkat. "Rasanya aku pernah bertemu dengan lelaki ini. Tetapi di mana ya?" batin Sakura menatap Naruto dengan kedua alis saling bertaut sebelum ia memfokuskan pandangannya kepada materi yang akan dijelaskan oleh Kakashi.
xXx
"Jadi…," Sakura menjeda kalimatnya sebentar untuk menyeruput liquid cokelat yang tadi ia beli di kantin sekolah beberapa menit yang lalu dengan menggunakan sedotan. "darimana asalmu, Naruto?"
Suasana kelas kini sangat sepi. Akan tetapi, sepi di sini bukan pertanda ada guru sedang menjelaskan materinya di depan kelas. Ruangan tersebut sepi dikarenakan murid-muridnya kini tengah berkumpul di kantin sekolah. Jadi, jangan bertanya mengapa Sakura bisa seleluasa itu berbicara dengan Naruto tanpa takut ketahuan teman-temannya.
"Gomenasai, Sakura. Aku tidak bisa memberitahumu," tutur Naruto. Manik sapphirenya yang kian meredup membuat Sakura terpaksa menguburkan semua pertanyaan yang sedari tadi sudah berputar-putar di sekitar kepalanya.
"Tapi kurasa, aku dapat memberitahu alasan mengapa aku berada di sini, Sakura," ujar lelaki berambut durian itu memamerkan cengiran lebarnya seakan mengetahui isi hati Sakura. Emerald Sakura yang tadinya sempat meredup kini mulai bercahaya kembali ketika ia mendengar ucapan Naruto.
"Jadi, apa yang membuat kau datang kemari, Naruto?" ujar Sakura antusias seraya menundukkan kepalanya agar ia dapat mengimbangi postur Naruto yang kecil.
"Aku sedang menyelesaikan tugas agar aku dapat kembali ke wujudku semula," jelas Naruto seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Wujud semula? Maksudmu?" Dahi Sakura berkerut samar mendengar perkataan Naruto.
"Ya wujud semula. Wujud manusia lebih tepatnya," jelas Naruto tersenyum senang karena ia sukses membuat gadis sugar plum di hadapannya itu menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Jadi…" belum sempat Sakura menyelesaikan untaian kata-katanya, Naruto telah menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak mau mendengar pertanyaan Sakura.
"Aku tidak mau kau bertanya apa yang menyebabkan aku bisa seperti ini, Sakura. Sungguh, ini sangat rahasia," jelas pria beriris sapphire itu seraya mengangkat sebuah balok putih dengan susah payah.
"Oh, baiklah, Naruto. Aku mengerti," ujar Sakura tersenyum tipis. "Hei, Naruto."
"Apa?" balas lelaki mungil tersebut singkat.
"Untuk apa kau mengangkat penghapusku?" tanya Sakura dengan kedua alis yang bersatu.
"Aku mau menggunakan penghapus ini sebagai bantal, Sakura."
Sakura tertawa pelan mendengar jawaban Naruto.
"Penghapus itu tidak empuk, bodoh. Pakai ini," ujar Sakura seraya merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah plastik bening yang berisikan kapas.
"Untuk apa kau membawa kapas, Sakura?" tanya Naruto memiringkan kepalanya dengan jenaka.
"Hanya untuk jaga-jaga saja. Aku ini tipikal orang yang ceroboh," jelas Sakura seraya memamerkan beberapa bekas lukanya yang kini sudah mulai mengalami proses pergantian kulit. Naruto yang mengerti akan maksud Sakura hanya bisa ber-oh ria seraya mengambil kapas yang sudah diletakkan Sakura di atas mejanya.
"Sebentar lagi bel akan berbunyi, Naruto. Lebih baik kau istirahat di dalam laci saja." Sakura memberikan saran yang langsung disetujui Naruto. Lalu, gadis musim semi itu mengulurkan telapak tangannya lalu dengan cepat Naruto melangkahkan kaki mungilnya menuju telapak tangan Sakura dengan kedua tangan yang penuh dengan gumpalan kapas putih yang empuk.
XxX
"Bagaimana tidurmu, Naruto? Nyenyak?" bisik Sakura tertawa kecil sembari memasukkan perlengkapan sekolahnya ke dalam tasnya.
"Nyenyak darimana? Aku tidak bisa tidur tahu!" protes Naruto seraya memajukan bibirnya beberapa senti. Sakura hanya tertawa dalam diam mendengar jawaban Naruto.
"Aku pulang dulu ya, Naruto." Sakura berbisik pelan seraya mendorong kursinya ke belakang agar ia bisa berdiri.
"Hey, kau mau tinggalkan aku di sini?" tanya Naruto. Sakura mengangguk.
"Sendirian?" tanya pemuda berambut kuning terang itu memastikan. Gadis gulali itu menggangguk lagi.
"Memangnya kau mau tinggal di mana lagi, Naruto? Di rumahku?" canda Sakura seraya mengambil tas sekolahnya. Naruto mengangguk cepat ketika pemuda bermata biru laut itu mendengar ucapan Sakura yang terakhir. Kedua mata Sakura kontan melebar melihat reaksi Naruto.
"Kau bercanda kan?" tanya Sakura memastikan. Naruto menggelengkan kepalanya.
Sakura menepuk dahinya dengan sangat keras sehingga menimbulkan sebuah bunyi yang tidak memiliki kesan indah sama sekali. Bahkan, suara itu pun berhasil menarik perhatian salah seorang temannya yang duduk di depan bangkunya menoleh ke belakang dengan alis saling bertaut yang langsung membuat sang empu tersenyum canggung seraya menggumamkan kata maaf kepada temannya yang tidak mendapat respon yang cukup berarti.
"Lebih baik aku bawa pulang saja kurcaci satu ini daripada nantinya aku semakin dibuat malu," batin Sakura tersenyum miris.
"Baiklah. Ayo masuk ke saku bajuku," ujar Sakura yang dibalas pandangan tidak setuju dari Naruto.
"Kau mau masuk atau kutinggal kau di sini?" tawar Sakura tepat sebelum Naruto melontarkan untaian-untaian kalimat protesnya kepada Sakura. Akhirnya, dengan terpaksa Naruto menuruti permintaan Sakura untuk memasuki saku baju Sakura.
"Lain kali sediakan tempat yang lebih istimewa ya!" cibir Naruto dengan penuh penekanan pada setiap perkataannya yang hanya dibalas seringai tipis penuh kemenangan dari Sakura.
Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, Sakura pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Akan tetapi, gerakan Sakura terhenti seketika dikarenakan adanya seorang gadis berambut pirang panjang yang kini tengah berdiri tepat di depan Sakura.
"Mau apa kau kemari, Ino?" tanya Sakura ketus.
"Ayo kita pulang bersama, Sakura." Ino tersenyum tipis seraya menggandeng tangan kanan Sakura yang langsung ditepis oleh gadis beriris emerald itu.
"Lebih baik kau pulang saja dengan teman-temanmu itu, Ino. Apakah kau mau juga dikucilkan oleh teman-teman sepertiku?" ucap Sakura panjang lebar disertai tawa yang sangat dipaksakan. "Aku yakin kau pasti tidak akan mau, Ino!"
Sakura langsung keluar dari kelasnya tanpa memperdulikan manik aquamarine Ino yang menatap kepergian sahabatnya itu dengan tatapan sendu. "Maafkan aku, Sakura."
"Sakura, mengapa kau seketus itu kepada temanmu? Itu tidak baik tahu." Naruto yang sedari tadi diam akhirnya memutuskan untuk membuka suara.
"Bukan urusanmu," balas Sakura singkat seraya mempercepat langkahnya. Pemuda mungil itu langsung bungkam ketika ia mendapati perubahan tingkah Sakura yang berubah drastis.
.
.
To Be Continued
Natchii's Note: Akhirnya selesai juga chapter satuuu QAQ*nangis bahagia.
Ehem. Ini fiksi pertamaku dengan pair NaruSaku. Semoga nggak OOC22 amat yak-_-"*mundung*
Maap yak kalo banyak typo-nyaa ;_;*nangis gegulingan*
Sekian bacot22 singkatnya :DD
Review and Concrit, please?
.
So, Keep or Delete?
