Title : The Things That Called Destiny
Casts : Infinite members (Sunggyu, Dongwoo, Woohyun, Hoya, Sungyeol, Myungsoo, Sungjong)
Pairing : MyungJong, HoJong, (hint! : MyungYeol)
Genre : Hurt/Comfort, Angst, Sad, Romance
Author : myprecious1303
Author's note : This is my first fanfic! Maaf kalo ada kata-kata / ejaan yang salah atau kurang pas, atau ceritanya ga jelas hehehe. Jangan lupa RCL nya yaa supaya authornya semangat nulisnya, jangan cuma baca doang ;) DO NOT copas this fic without my permission! Thanks before :)
Chapter 1
Seorang namja manis kurus berambut coklat gelap itu tengah asyik mencuci piring di dapur apartemennya. Ia mengenakan celemek berenda berwarna biru muda yang semakin membuatnya terlihat manis. Senyum mengembang di bibirnya, dan sesekali terdengar senandung ceria dari bibir mungilnya. Saking konsentrasinya dengan pekerjaannya, sampai-sampai ia pun tidak menyadari bahwa seorang namja tampan telah memasuki apartemen nya dan sedang berjalan mengendap-endap dibelakangnya.
'Grep!' Namja tampan itu melingkarkan lengannya di pinggang sang namja manis dan mencium pipinya sekilas, yang membuat sang namja manis terlonjak kaget dan menolehkan kepalanya ke belakang.
"Astaga Kim Myungsoo! Kau mengagetkanku!" seru sang namja manis itu kaget.
"Mian chagiya~ hehehe kau kaget? Sengaja, habis kau asyik sekali sampai-sampai tidak sadar aku sudah datang." rajuk namja tampan bernama Kim Myungsoo itu. Ia masih asyik memeluk si namja manis bernama Lee Sungjong atau lebih sering dipanggil Sungjong.
Sungjong menyudahi pekerjaannya mencuci piring lalu mengeringkan tangannya yang basah dan berbalik menatap Myungsoo.
"Sudah lama?" tanya nya sambil mengelus pipi Myungsoo.
"Tidak, baru saja dengan teman mu itu? Lee Sungyeol? Katanya hari ini dia mau kesini dan kau mau mengenalkan aku padanya."
"Ya, sebentar lagi. Kau harus mengenalnya karena dia adalah sahabat baikku dari TK hingga SMP sayangnya kami berpisah saat SMA. Tentu dia harus mengenalmu karena kan….."
TING TONG!
Bel apartemen milik Sungjong berbunyi dan sukses membuat perkataan sang pemilik apartemen terputus.
"Ah Hyung, bisakah kau bukakan pintunya? Kurasa itu Sungyeol yang datang. Aku harus merapikan celemek ini dulu sebentar, nanti akan kususul kau ke ruang tamu." pinta Sungjong.
"Yap baiklah. Jangan lama-lama ya chagi,"
"Ne," Sungjong pun tersenyum manis dan menatap Myungsoo yang pergi meninggalkan dapur menuju ruang tamu.
CKLEK
"Sungjong! Annyeeooongg~ eh…." Seorang namja imut langsung saja menyerbu masuk ke dalam apartemen begitu Myungsoo membukakan pintunya, namun kata-katanya terputus begitu melihat siapa yang membukakan pintu.
"Ngg…eh mian…kurasa aku salah kamar, mmm….permisi.." lanjutnya canggung lalu perlahan beringsut mundur.
"Eh, tunggu dulu! Kau Lee Sungyeol?"
"Ya, kok tahu?"
"Kau tidak salah kamar. Mencari Lee Sungjong kan? Masuklah, ini apartemennya."
"Ooh….baiklah, permisii…" namja imut itu pun tersenyum manis dan melangkahkan kakinya memasuki pintu apartemen.
'Cantik.' pikir Myungsoo ketika melihat senyum yang dilayangkan oleh Sungyeol. Namun ia buru-buru menepis pikiran tersebut dan langsung menyusul Sungyeol masuk ke dalam apartemen.
"Aaaaahh Sungyeolliieee!" pekikan Sungjong memenuhi ruangan begitu ia melihat Sungyeol – seseorang yang daritadi sudah ditunggu kedatangannya duduk di ruang tamu apartemennya.
"Sungjong aaaah!" balas Sungyeol tak kalah cerianya.
Sungjong pun langsung menghampiri sahabatnya itu – Sungyeol – dan memeluknya erat.
"Bagaimana kabarmu? Nggak nyasar kan tadi?" tanya Sungjong.
"Enggak, tapi aku kira tadi aku salah masuk karena bukan kau yang membuka kan pintunya." jawab Sungyeol.
"Ng? Oh iya! Hahaha yang membukakan pintu tadi itu Myungsoo. Hyung,sini!" Sungjong pun menarik tangan Myungsoo agar duduk disampingnya.
"Sungyeol, kenalkan, ini Myungsoo. Dan Hyung, ini Sungyeol, sahabatku."
"Annyeong, Sungyeol imnidaa." Sungyeol pun mengulurkan tangannya, yang langsung dijabat oleh Myungsoo, "Myungsoo imnida."
"Ngg….Sungyeol, dia ini tunanganku." lanjut Sungjong sambil menatap Myungsoo, semburat merah terlihat jelas di pipinya.
"Mwo? Jadi kau sudah bertunangan, Jongie?" Tanya Sungyeol terkejut. Ia pun melirik Myungsoo lalu kembali menatap Sungjong. "Ah kalian serasi sekali," pujinya sambil tersenyum.
'Cantik.' kata itu lagi yang terlintas di otak Myungsoo ketika melihat senyum Sungyeol.
"I..iya. Hehehe…" jawab Sungjong sambil tersenyum malu. "Terima kasih pujiannya,"
"Hahaha tak usah malu seperti ituu! Jadi, kau mengundangku kesini untuk mengenalkan tunanganmu padaku, begitu?" tebak Sungyeol.
"Yah…kurang lebihnya begitu, hehehe. Dan juga aku ingin memberikan ini," ujar Sungjong sambil mengulurkan sebuah amplop berhias pita.
"Mwo? Undangan pernikahan? Astaga kau sudah mau menikah Jongie? Cepat sekali! Padahal kau baru saja sekarang mengenalkan Myungsoo padaku."
"Sebenarnya kami sudah lama bertunangan, 3 bulan yang lalu. Tapi saat itu kau belum pulang dari London kan? Jadi aku tidak bisa mengundangmu ke acara tunanganku. Dan kau baru kembali dari London 2 hari yang lalu, jadi baru sekarang aku mengenalkan Myungsoo padamu," jelas Sungjong panjang lebar sambil tersenyum malu.
Myungsoo pun menggenggam tangan Sungjong, yang semakin membuat wajah Sungjong tersipu malu.
"Iya juga sih, hehehe…. Kapan kalian akan menikah?" tanya Sungyeol
"3 minggu lagi," jawab Sungjong.
"Wow! Akhirnyaa sahabatku mau menikah juga! Kurasa aku terlalu lama di London, jadi aku tidak mengetahui berita terbaru darimu."
"Tidak juga ah Yeol. Bagaimana? Pokoknya kau harus datang ke pesta pernikahan kami." desak Sungjong.
"Bereeess, aku sudah kembali ke Seoul, tenang sajaa pasti aku datang." jawab Sungyeol. "Ah ya, Jongie, maaf aku tidak bisa lama-lama disini…. Aku harus pulang sekarang."
"Eh? Pulang sekarang? Nggak salah? Kau kan baru sampai disini 5 menit yang lalu! Kita bahkan belum mengobrol banyak.." protes Sungjong.
"Mianhaee….Jongie, kau tau kan aku baru sampai dari London 2 hari yang lalu? Jujur saja rumahku masih berantakan dan masih banyak yang harus kuurus dulu…. Kapan-kapan kita bertemu lagi ya?" sesal Sungyeol.
"Yeah aku tahu. Baiklah! Tak apa. Kau pulang naik apa?"
"Naik taksi, aku sama sekali belum mengurus sim ku jadi aku tidak bisa membawa mobilku."
"Taksi? Bagaimana kalau kau diantar Myungsoo hyung saja? Chagi, kau tidak keberatan kan jika mengantar Sungyeol ke rumahnya?" tanya Sungjong kepada Myungsoo.
"Eh? Mmm….baiklah. Kita pergi sekarang, Sungyeol?" kata Myungsoo.
"Benar nih tidak apa? Aku jadi gak enak sampai diantar segala…"
"Gakpapa Yeollie. Mencari taksi di daerah sini agak sulit, daripada kau kemalaman lebih baik diantar Myungsoo hyung saja. Lagipula sekalian Myungsoo hyung pulang," Sungjong berusaha meyakinkan Sungyeol.
"Loh memangnya kalian tidak tinggal bersama?" tanya Sungyeol terkejut.
"Belum lah Yeolliee…. Kami kan belum menikah, baru bertunangan tentu saja belum tinggal bersama. Biasanya Myungsoo hyung memang kesini setiap hari tapi malamnya pasti pulang." jelas Sungjong.
"Ooohh…kukira kalian sudah tinggal bersama, habis tadi yang membukakan pintu Myungsoo sih, hehehe."
"Yasudahlah, kalian berangkat sekarang saja nanti keburu malam." suruh Sungjong.
"Yakin nih? Aku gak enak pergi sama calon suamimu…" kata Sungyeol sangsi.
"Gak enak kenapa? Aissshh sudahlah toh aku juga tak keberatan, Hyung juga kan? Justru biar kalian semakin dekat! Daritadi yang biacara hanya aku kan? Kau kan belum mengenal Myungsoo hyung, Yeol. Baru tau nama doang, sebagai sahabatku harusnya kau tahulaaah sedikit banyak tentang calon suamiku jadi kalian sembari berkenalan saja nanti di jalan," cerocos Sungjong panjang lebar sambil mendorong Sungyeol dan Myungsoo ke pintu.
"Yasudah, kalau begitu aku dan Sungyeol pergi dulu ya chagi… Hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa cepat telpon aku. Byeee." Myungsoo pun mencium dahi Sungjong sebelum meninggalkan apartemen.
"Yap! Hati-hati di jalan ya Hyung, titip Sungyeol – antarkan dia sampai selamat kerumahnya – awas kalo gak!" ancam Sungjong main-main.
"Siap chagi, byeee…"
"Bye Sungjong!" ucap Sungyeol sebelum keluar apartemen.
"Byeee! Hati-hati yaaa.." Sungjong pun melambaikan tangannya ke arah Sungyeol dan Myungsoo, dan menutup pintu apartemennya ketika dua sosok itu menghilang dibalik pintu lift.
Myungsoo pov
Oh, jadi ini yang namanya Lee Sungyeol, sahabatnya Sungjong itu. Manis juga, bahkan sedikit lebih manis dari Jongie. Astaga, berpikir apa aku ini! Calon istrimu itu kan Sungjong, kenapa sekarang malah memikirkan Sungyeol? Ah tapi jujur – ia menarik. Apalagi ketika aku mengantarkannya pulang ke rumahnya – kami banyak bercerita satu sama lain. Dan dia menyenangkan. Dan… aissshhh berpikir apa aku ini! Shit, sudahlah Kim Myungsoo! Lebih baik kau segera pulang!
Maka kupercepat laju mobilku menuju apartemenku.
End of Myungsoo pov
-Keesokan harinya-
Myungsoo pov
'Drrrtt….drrtt…' kulirik handphone ku yang bergetar di atas meja kerjaku. Ya, sekarang masih jam kerja dan aku berada di ruang kerjaku. Kulihat nama yang tertera di layarnya, 'Jongie' maka dengan segera ku tekan tombol hijau untuk menjawab teleponnya.
"Yoboseyo?" sapaku.
"Hyung! Sedang apa?" terdengar suara riang Jongie dari seberang sana.
"Haha….Sedang kerjalah chagi…..Ini kan masih jam kerja,"
"Yayaya…Aku juga tahu, Hihihi….. Aku hanya ingin menyapamu saja. Eh ya, nanti siang kita makan siang bersama yuk!"
"Mmm….baiklah! Kita ketemuan dimana?"
"Di café biasa saja ya? Hyung gak usah jemput aku – kamu langsung kesana aja."
"Baiklah chagi…"
"Oh ya Hyung! Apakah kau keberatan jika aku mengajak Sungyeol? Boleh ya?"
"Apa? Sungyeol? Ng….tidak. Ya – ajak saja dia."
"Baiklah! Gomawo Hyung! Kerja yang baik ya! Haha saranghae Hyung,"
"Ne…ne….nado saranghae chagi.." begitu ku balas perkataannya terdengar sambungan telepon diputus – ya Jongie langsung menutup telponnya.
Kuletakan kembali handphoneku ke atas meja – dan memutuskan untuk mengistirahatkan mataku sebentar dari layar laptopku. Aku berdiri dan kuhampiri jendela – memandang ke bawah dimana banyak sekali orang-orang dan juga kendaraan yang berlalu lalang.
Aku bekerja di kantor ini sebagai direktur – ah ya walaupun masih terbilang umurku sangat muda namun aku sudah bisa memegang jabatan itu di kantor ini. Memang sih, kantor ini milik keluargaku – keluarga kami memang memiliki banyak jaringan bisnis dan perusahaan dan sudah dikenal di dunia internasional namun itu semua tidak membuatku menjadi anak yang manja.
Aku anak tunggal – tidak mempunyai kakak ataupun adik. Tapi kurasa itu tak masalah, aku mempunyai saudara bernama Jang Sunggyu, ia sangat dekat denganku. Bahkan sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, jadi aku tidak pernah merasa kesepian. Walaupun sekarang aku sudah amat sangat jarang bertemu dia, karena dia kini sedang sibuk melanjutkan kuliahnya diluar negeri.
Karena keluarga ku pengusaha yang sudah turun temurun dari kakekku hingga ke aku saat ini dan memiliki jaringan bisnis ke dunia internasional – membuatku dan kedua orangtuaku cukup jauh. Maksudnya, kami sama sama sibuk, kedua orangtuaku mengurusi berbagai macam perusahaan yang membuat mereka tidak bisa sering sering bertemu denganku. Kami hidup terpisah, aku tinggal di apartemen mewah di pusat kota, sedangkan kedua orangtuaku tetap tinggal dirumah yang lama di kawasan perumahan mewah. Namun aku rasa rumah itu hanya ditinggali oleh pembantu beserta satpam dan lain-lainnya karena orang tuaku sibuk sekali bolak-balik ke luar negeri – jarang sekali aku menemui mereka ada disana. Tapi lagi-lagi itu bukan masalah karena sedari dulu aku kecil, aku sudah terbiasa hidup sendiri dan mandiri.
Lalu saat aku duduk di SMA – aku bertemu dengan Sungjong – ya dan dia mengubah semuanya – rrr…..aku jatuh cinta dengannya. Mulanya kami hanya teman, lalu menjadi teman dekat, lalu bersahabat, lalu…ya begitulah! Pokoknya hingga sekarang ini lah hubungan kami berjalan mulus kan? Bahkan 2 minggu lagi kami akan menikah.
Aku pun makin larut kedalam pikiranku tentang Jongie, namun tiba-tiba kudengar handphoneku berbunyi lagi – menyadarkan ku kembali ke alam sadar. Maka dengan cepat kuraih handphone itu dan ku tekan lagi tombol hijaunya, "Yoboseyo?"
"Aaaahh Hyung-ya! Kau dimana?"
Kukerutkan dahiku begitu mengetahui pemilik suara diseberang sana. 'Jongie?' bukannya dia baru meneleponku ya kok sekarang sudah menelepon lagi?
Kulirik jam diatas mejaku – astaga sudah jam makan siang! Pantas dia meneleponku lagi – pasti ingin mengingatkan janji makan siangnya denganku! Aissh pabo, apakah selama itu aku daritadi melamun?
"Hyung? Hei Hyung! Kau masih disana kan?" kudengar suara Sungjong berseru dari seberang sana.
"Ya ya ya chagi….mianhae! Aku baru ingat sudah jam makan siang – baiklah aku segera berangkat sekarang."
"Tunggu! Hyung, mian…aku tidak bisa makan siang denganmu sekarang – tiba-tiba ada masalah di kantorku jadi aku harus rapat mendadak dengan yang lainnya – mianhae chagi! Tidak apa-apakah?" tanyanya khawatir. Aku pun tersenyum kecil mendengar suaranya.
"Ne…ne…chagi….tak apa…aku bisa makan siang sendiri, oke? Jangan khawatirkan aku."
"Tapi Hyung….Aku sudah terlanjur mengajak Sungyeol, bagaimana dong? Dia sudah dalam perjalanan ke café itu lagi, kau susul dia ya? Kasihan kan dia kalau sudah sampai tapi tiba-tiba gak jadi? Ya Hyung ya?"
Sungyeol? Entah kenapa aku merasa sedikit bersemangat mendengar namanya. "Baiklah! Aku akan kesana – chagi, jangan lupa makan ya? Aku tahu kau sibuk tapi setidaknya jangan lupa makan siang, aku gak mau kamu sakit." kataku.
"Hahaha….okay Hyung….sudah dulu ya? Aku harus buru-buru sekarang, bye Hyung."
"…." belum sempat kujawab Jongie sudah memutuskan teleponnya, pasti dia sangat sibuk sekali. Jadi kuputuskan untuk menekan tombol merah di handphoneku, lalu bersiap-siap turun ke lantai bawah dan menuju ke café langganan aku dan Jongie.
Perjalanan menuju café itu membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dari kantorku, syukurlah saat ini jalanan tidak terlalu macet. Aku pun memarkirkan mobilku di parkiran café itu dan langsung memasuki café itu.
Kubuka pintu café dan kuarahkan pandanganku ke seluruh penjuru café. Tak perlu waktu lama kulihat Sungyeol yang melambaikan tangannya kearahku. Aku pun tersenyum dan menghampirinya yang duduk di meja di dekat kaca jendela.
"Mian, sudah lama menunggu?" sapaku sambil tersenyum.
"Ah tidak juga….Belum lama juga kok hehe. Mana Sungjong?" jawabnya sambil mencari-cari sosok Sungjong.
"Aaah….Mian Sungyeol-ah, tadi Sungjong bilang ia tidak bisa ikut makan siang sekarang…." sahutku sambil duduk dikursi dihadapannya.
"Eeeh? Kenapaa? Padahal dia yang mengajakku tadi…"
"Iya, tapi tiba-tiba ada masalah dikantornya dan membuatnya tidak bisa keluar kantor sekarang." Aku pun meraih buku menu dan membolak balikkan halamannya.
"Ooh…gitu. Kalo gitu…..makan siangnya dibatalkan saja ya?" pinta Sungyeol pelan.
"Eh? Wae? Kenapa dibatalkan?" sergahku cepat.
"Aku…yaa…..aku gak enak aja Myungsoo-sshi, masa kita hanya makan berdua tanpa Sungjong…"
"Ya tak apa kan? Memang nya masalah?"
"Bukan begitu…. tapi kan kau tunangannya Sungjong…"
"Terus kenapa? Tidak apa Sungyeol-ah, bahkan tadi Sungjong sendiri yang meneleponku dan memintaku untuk tetap datang kesini menemanimu makan siang."
"Tapi…"
"Sudahlah," potongku cepat. "Kita pesan saja ya sekarang? Aku sudah sangat lapar. Kau mau pesan apa Sungyeol-ah? Ah sebentar, biar ku panggilkan pelayannya" Aku pun melambaikan tanganku kearah seorang pelayan dan pelayan itu pun menghampiri meja kami.
Kami pun akhirnya makan siang bersama, walaupun Sungyeol awalnya tetap menolak makan tanpa Sungjong. Untunglah dia berhasil kubujuk. Kami mengobrol banyak sembari makan. Dari mulai pekerjaan hingga keluarga kami masing-masing. Anehnya, aku merasa senang sekali bersamanya. Bahkan aku nyaris lupa bahwa Sungyeol adalah sahabat Sungjong yang notabene adalah tunanganku. Jujur saja, Sungyeol tak kalah manis dari Sungjong, bahkan sedikit lebih imut – astaga apa-apaan aku ini! Selalu saja berpikir seperti ini jika Sungyeol didekatku!
Seusai makan, aku pun memutuskan untuk mengantar Sungyeol kembali ke kantornya. Awalnya Sungyeol menolak, jarak dari café ini ke kantornya memang dekat jadi ia ingin jalan kaki saja, namun segera kutarik namja itu ke dalam mobilku dan kusuruh dia duduk manis hingga sampai kantornya.
"Ngg…..terima kasih ya Myungsoo-sshi, maaf merepotkanmu." kata Sungyeol sebelum ia turun dari mobilku.
"Ya, sama-sama. Tidak merepotkan kok Sungyeol, malah aku berterima kasih ditemani makan siang." sahutku sambil tersenyum.
Sungyeol terpaku sejenak melihatku tersenyum, namun dia buru-buru mengalihkan pandangannya dan turun dari mobilku. "Ya sudah, terima kasih ya Myungsoo."
Aku mengangguk, tapi sebelum ia menutup pintu mobilku dengan cepat kutahan tangannya "Sungyeol, boleh aku minta nomer handphone mu?"
Sungyeol menatapku kaget begitu mendengar permintaanku. Maka dengan cepat buru-buru kutambahkan, "hanya untuk sekedar tahu – jadi jika ada apa-apa pada Sungjong dan aku tidak bisa menghubunginya siapa tahu aku bisa menghubungimu,"
Lagi-lagi ia terdiam. Namun ia pun tetap memberikan nomer handphone nya padaku.
"Nah, terima kasih ya Sungyeol, hati-hati." ucapku sebelum ia benar-benar menjauh dari mobilku, dan dapat kulihat ia tersenyum dan mengangguk kecil sebagai jawaban. Aku menatapnya lama, sampai ia benar-benar menghilang dari pandanganku, barulah ku lajukan kembali mobilku menuju kantor.
End of Myungsoo pov
-to be continue-
thanks for reading, can you leave me a review for this story? :)
