Aku masih ingat ketika aku diadopsi oleh keluarga Uchiha. Saat itu umurku sudah 11 tahun. Sangat jarang 'kan keluarga yang mau mengadopsi anak seumuranku? Tapi akulah buktinya.
Sejak kecil aku sudah berada di panti asuhan. Aku tidak punya keluarga kandung. Aku juga tidak tahu siapa orang tua yang tega menempatkanku di panti asuhan.
Sewaktu aku bertanya pada Ibu kepala panti asuhanku, Kurenai-baachan tentang orang tuaku, ia tidak tahu banyak tentang padaku. Kurenai-baachan hanya menceritakan kalau ada seorang anak kecil berumur sekitar 12 tahun datang sambil membawaku yang tertidur di dalam sebuah keranjang. Kurenai-baachan tidak tahu seperti apa wajah anak itu, ia hanya bisa mendengar suaranya yang parau dan melihat rambut cokelat yang sedikit tersingkap dibalik mantel hujan.
Aku tahu orang tuaku sepertinya tidak menginginkanku seperti aku menginginkan mereka. Tapi setidaknya aku harus bersyukur karena mereka membiarkanku hidup.
Hampir tiap minggu datang berbagai keluarga yang mencarikan anak. Tapi tidak ada yang mau menerimaku. Sewaktu aku di interview oleh mereka, tidak ada yang bisa aku banggakan. Tidak ada.
Aku hanya seorang anak berumur 11 tahun yang biasa saja, tidak terlalu pintar, tidak pandai dalam olahraga, pemalu, dan pasif.
Lain halnya dengan temanku yang lain, ada yang bisa dibanggakan. Prestasi akademik temanku oke, non akademik pun oke. Dan mereka... sangat menarik, maksudku mereka bisa menarik perhatian keluarga yang datang.
Aku hampir putus asa karena tidak ada keluarga yang mau menerimaku...
"Kamu anak yang baik, Hinata. Mau tidak menjadi bagian keluarga Uchiha?"
... sampai datang keluarga Uchiha.
Begitu selesai memperkenalkan diri dan bercerita tentangku, nyonya Uchiha —tidak, maksudku Okaa-san— langsung mengatakan itu seraya tersenyum. Lalu wanita muda itu meraih tanganku.
"Ayolah Hinata. Tidak ada orang lain yang lebih pantas menjadi bagian keluarga Uchiha selain kamu."
Kala itu aku mengangguk pelan. Otou-san yang berada disebelah okaa-san tampak berseri. Okaa-sanlangsung memelukku dengan erat.
"Syukurlah."
Dapat kulihat senyum Kurenai-baachan mengembang dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Sweet Sins © Gece27
Warning: typos bertebaran, OOC, gaje, alur cepat, dsb.
.
Mulai umur 11 tahun aku tidur sendiri, tanpa adanya teman sekamar atau roommate. Apalagi kamar yang aku tinggali lebih luas dan nyaman dari kamarku bersama Sasame —roommate-ku. Kamar ini juga dilapisi oleh wallpaper mahal berwarna ungu lembut. Pokoknya beda jauh dengan kehidupanku dulu.
Aku baru tahu juga kalau ternyata okaa-san dan otou-san sebelumnya telah memiliki dua orang anak. Itachi-nii dan Sasuke-nii. Aku dengan Itachi-nii berbeda enam tahun. Sedangkan dengan Sasuke-niihanya beda dua tahun. Kedua kakakku itu sangat baik padaku.
Aku sangat sayang pada keluarga baruku.
Pernah disuatu pagi aku bertanya pada okaa-san tentang alasan kenapa mereka mengambilku, okaa-san tersenyum sambil mengelus pelan kepalaku.
"Karena okaa-san ingin punya anak perempuan. Abis Sasuke sama Itachi tidak asik. Mereka tidak mau didandani seperti anak perempuan."
Aku terkekeh pelan. Lucu sekali.
Sasuke-nii mendengus kesal mendengar ucapan okaa-san sementara Itachi-nii hanya diam. Tipikal Uchiha.
"Itu karena kami laki-laki, Kaa-san." Bela Itachi. Aniki-ku itu menyesap susu vanillanya dan mengoles selembar roti dengan selai kacang.
Sasuke-nii berlalu begitu saja tanpa sarapan terlebih dahulu. Itachi-nii yang sudah selesai memakan roti selainya lantas meminum susu yang telah disediakan.
Lagi-lagi aku bersyukur telah menjadi keluarga ini. Aku bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga yang sebelumnya belum pernah aku rasakan –walau aku menganggap semua anak di panti adalah keluarga.
"Sasuke, tidak sarapan dulu?" Okaa-san berteriak cukup keras. Sasuke -nii yang ada di ambang pintu menolehkan kepalanya hanya untuk melihat Okaa-san.
"Tidak. Aku sarapan di sekolah saja."
Aku kembali mengoles selembar roti dengan selai blueberry lalu melahapnya. Susu vanilla yang sebelumnya disajikan oleh okaa-san sudah tinggal setengah.
"Hinata, kamu mau sekolah tidak?" Suara Itachi-nii membuyarkan lamunanku. Aku bergegas mengikuti langkah-langkah besar Itachi-nii menuju mobil.
"Okaa-san, aku pergi dulu!"
Aku tahu hidupku yang sesungguhnya dimulai dari sini.
-To Be Continued-
A/N: Halo, perkenalkan saya Gece. Saya udah satu tahun ini menjadi reader dan reviewer, tapi akhirnya saya mencoba untuk menulis –atau mengetik?– di sini #plak
Maaf ya kalau fanfic yang saya buat gaje. Maaf juga kalau pendek dan kekurangan yang lain sebagainya*bungkuk-bungkuk*
Btw, fanfic ini terinspirasi dari film animasi yang saya lupa judulnya. Tapi yakinlah, fanfic ini tidak akan sama dengan animasi tsb (;
Read and review! (:
