Holaaaa minna-san...!

Dii kembali publish Fic, dengan tema fantasi.

let's begin!

Naruto is Masashi Kishimoto's copyright

.

.

Hold me Maki!

.

.

.

Sepulang sekolah, Ino, Sakura, Tenten, dan Hinata berjalan menuju rumah. Di perjalanan mereka melihat seekor anak anjing.

"Waaaaah anak anjing yang lucu!" seru Ino sambil mengangkat anak anjing di dipan dadanydadanya

"Ah, itu, sebaiknya kau lepaskan dia." kata Hinata pelan.

"Eh?" Tenten merasa heran.

"Dia ingin pipis eh, ah, dia bilang dia.."

cuuuuuuurrrrr. Benar saja seperti yang dikatakan Hinata, anak anjing itu pipis. Untung saja tidak mengotori baju seragam Ino. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Hinata berjalan di bagian depan bersama Ino, sedang Sakura dan Tenten di belakang mereka.

"Benar, Hinata, betapa anehnya kemampuanmu." Sakura memulai pembicaraan. Hinata merasa namanya disebut, menengok ke belakang. "Eh?"

"Kemampuanmu berbicara dengan hewan." Tenten menambahkan.

"A-aku tidak mengerti bahasa mereka." Bantah Hinata. "Entah bagaimana aku merasa aku bisa mengerti perasaan mereka."

"...dan seperti biasa, kau selalu menarik perhatian binatang untuk mengikutimu.." ujar Tenten polos saat menyadari ada tiga ekor kucing yang mengikuti Hinata dan seekor burung yang terbang rendah dekat Hinata.

"Ini menyulitkan aku untuk berjalan." kata Ino yang sedari tadi harus memperhatikan langkahnya agar tak menyakiti 'pengikut' Hinata.

"Mungkin jika kau ada di dunia binatang kau akan jadi sangat terkenal Hina." kata Sakura.

"Ya, itu tak terlalu buruk." kata Tenten menimpalkan. "Mereka menyukaimu Hina."

"Hinata bagaimana sih kau ini. Kau itu cantik masa yang menyukaimu hanya hewan-hewan ini." Canda Ino mengundang tertawaan dari yang lain.

"Ino, jangan mengejek Hinata-ku dooong." kata Sakura manja sambil memeluk Hinata dari belakang.

"Iya nih Ino dia kan imut." Sambung Tenten sambil mencubit pelan pipi Hinata.

Diantara mereka berempat, postur tubuh Hinata-lah yang paling kecil selain itu Hinata juga yang termuda, hal ini yang menyebabkan Hinata sering dijadikan sasaran iseng Ino, meskipun begitu Sakura sering membelanya, kalau Tenten ia lebih suka netral tapi kali ini ia dipihak Sakura.

"See you tomorrow!" seru Tenten melambaikan tangan.

"Hati-hati dengan teman binatangmu." tambah Sakura.

"Awas jangan sampai kau digigit anjing." kata Ino meledek.

Mereka pun berpisah, hanya Hinata yang punya rute sedikit berbeda dari ketiga temannya. Sesaat mereka berpisah, Hinata berjalan menepi, berjongkok, berbicara dengan kucing-kucing disekitar situ.

Ya, Hinata memang punya kelebihan untuk berbicara dengan hewan, hanya saja ia lebih memilih untuk tidak menceritakannya pada orang lain, hal itu bisa menambah panjang daftar bahan ejekan Ino terhadap dirinya, bukan berarti ia membenci Ino atau ejekannya, ia hanya menghindari kegugupan yang bisa timbul bila ia di goda sahabatnya yang satu itu.

"Apa benar aku cantik? Ah kalau aku cantik tapi kok tidak ada lelaki yang naksir aku? Apa aku terlihat buruk? Hey apa yang kau pikirkan?" celotehnya panjang, menarik perhatian pejalan kaki yang heran melihat kelakuan gadis bermata lavender itu.

zrassssh sraaak buuuk. Terdengar suara sesuatu jatuh dari atas pohon menimpa Hinata.

"A-apa ini..." Hinata memeriksa.

"Seekor kucing?! Apa masih hidup?"

Seekor kucing oranye dengan luka di sekujur tubuhnya, terlihat masih hidup, tapi sangat lemah.

Ah tangannya berdarah, pikir Hinata

"He-hey apa kau masih hidup?" tanya Hinata sambil menggendong dan mengelus pelan sang kucing.

"Hey jawab aku!"

Mendengar apa yang dikatakan Hinata, sang kucing pun membuka kedua matanya.

Biru, mata yang indah pikir Hinata.

Sesaat si kucing pun kembali tak sadarkan diri.

"Wah? Bertahanlah! Aku akan merawatmu, bertahanlah!" Hinata panik ia pun berlari menuju rumahnya.

.

.

Hinata's room

.

.

Kucing oranye tadi telah memdapatkan perawatan, perut, kaki depan, kedua kaki belakangnya telah terperban rapi.

"Fiuuuh, beruntung tak ada tulang yang patah." kata Hinata mengusap dahinya, ia baru saja selesai membenahi peralatan medisnya.

Apa yang terjadi pada kucing ini ya? Tubuhnya penuh luka, pikir Hinata sambil mendekatkan wajahnya ke kucing itu.

"Eh, dia punya kalung yang bagus, liontinnya berbentuk kepala kucing." seru Hinata saat melihat kalung yang melingkari leher sang kucing.

Hinata meraih liontin kalung berwarna keemasan itu, dibaliknya, "Maki125? Maki? Apa itu namamu."

"Baiklah Maki, sampai lukamu sembuh, kamu tinggal disini, ok?".

"Kamu kucing yang sangat lucu, mungkin saat ini pemilikmu sedang mencemaskanmu." kata Hinata sambil membawa kucing itu ke atas tempat tidurnya.

Hinata memeluknya. "Cepatlah sembuh, kita akan mencari pemilikmu nanti."

Hinata pun jatuh tertidur tanpa sempat memgganti pakaiannya.

.

.

Pi pi pi pi pi pi. Alarm pun berbunyi.

"Hnnn..." Hinata mengulet.

"Ah, aku lupa ganti baju." tangannya menepuk-nepuk kasur, mencari Maki, yang seharusnya ada disampingnya. "Maki?"

Saat yakin dirinya telah sadar sepenuhnya, ia membuka mata dan betapa terkejutnya ia, sosok Maki, yang entah bagaimana telah menjadi sosok pria beramput pirang dan berkulit tan, sedang tertidur pulas terbalut perban, TANPA PAKAIAN!

Hinata terpaku, wajahnya merah padam.

Sosok lelaki itu pun, mengerjapkan matanya, membuka perlahan, mencoba beradaptasi dengan cahaya matahari yang masuk ke kamar Hinata lewat celah gordyn.

Ia duduk, sambil memegangi kepalanya, menjilati tangan kananya. Dan di depan Hinata yang masih terpaku, "Hello, good morning." sambil menjilat pipi Hinata.

Apa ini?

Di kamarku?

Seorang lelaki?

Telanjang?

Hinata mencoba mencerna kenyataan dihadapannya. Kemudian ia tersadar ketika sebuah jilatan mendarat di pipinya.

"KYAAAAAAAAAAA! Tidaaaaaak!"

"Dasar mesum! Penjahat kelamin!" Hinata menjerit sambil melemparkan segalam barang yang bisa diraihnya ke arah sosok Maki.

"He-hey tunggu dulu..." sosok itu mencoba menjelaskan.

"Bagaimana kau bisa masuk?!" teriak Hinata.

greb. Sosok itu dengan cekatan menutup mulut Hinata, "SSSST! Tolong! Bisa kau diam sebentar. Kupingku sangat sensitif, teriakanmu membuatku berasa ada di neraka!"

"Mmmmmph! Mmph mmph..." Hinata mulai kehabisan nafas.

"Aku akan melepaskanmu setelah kau berjanji tidak akan berteriak lagi." Hinata mengangguk.

"Baiklah..."

Setelah terlepas Hinata mengambil nafas dalam-dalam.

"Berteriak kekeras itu.. benar-benar menyebalkan." tukas sosok Maki sambil melipat tangannya di dada. "Lagi pula kan kau yang membawaku ke sini kemarin."

"Apa? Yang kubawa kemarin seekor kucing berbulu tebal dan bermata biru indah bukan orang mesum sepertimu!"

"I'm telling you! I'm that cat! Apa kau dengar?"

"That face..." Hinata melangkah mundur.

"Kau tak mempercayaiku heh?" sosok Maki menantang. "Lihat ini!" katanya sambil berdiri.

"Ahhhhh! Jangan berdiri telanjang seperti itu!" teriak Hinata sambil menutupi wajahnya.

meow

Hinata mengintip dari celah jarinya. "Eh?"

Seekor kucing berwarna oranye, berdiri di keempat terbengong.

Seekor kucing berubah jadi manusia.

Manusia berubah jadi seekor kucing.

Bagaimana..

Bagaimana bisa..

IMPOSSIBLE!

Hinata pun tak sadarkan diri.

.

.

TBC

.

.

leave a review?