My Lovers?

Cast : DBSK, Super Junior

(Cast bertambah seiring berjalannya cerita)

Pairing : ? Secret

Disclaimer : Tuhan YME, themself, their family, other

Changmin milik BumMinnie3...hhhiiihihih

JJ is mine (L-JClouds...) hahahaha XD

Warning : GenderSwitch, gaje, OOC, diusahakan tidak ada Typo(s), alur -_-"

Sumarry : Changmin diputuskan namjachingunya di saat ia tengah mengandung. Lalu, ia mencoba bangkit untuk hidup lebih baik bersama bayi yang dikandungnya dan melupakan mantan namjachingunya, hingga ia bertemu dengan namja yang mengharapkan cintanya. Lalu, siapa yang akan dipilihnya? Yunho? Jaejoong? Kyuhyun? atau...?

DON'T LIKE DON'T READ

~Happy Reading~

.oOo.

Yeoja manis itu kini duduk di barisan paling belakang di sebuah gereja dimana sedang dilaksanakannya sebuah pernikahan seseorang yang ia cintai. Ia menatap kosong pada seorang namja tampan dengan tuxedo putihnya. Namja itu tengah berdiri di depan altar dengan didampingi seorang yeoja. Ia menundukkan kepalanya saat janji suci selesai di ucapkan. Saat sang pendeta mempersilakan kedua mempelai untuk melakukan weedding kiss. Ia semakin menundukkan kepalanya. Bulir bening mengalir dari sudut matanya, digigitnya bibir bawahnya mencoba menahan isak tangisnya agar tidak keluar. Tangannya mencengkeram erat gaun yang dipakainya hingga terlihat kusut. Ia hapus air mata yang membasahi pipinya dengan punggung tangannya. Ia kembali menatap ke arah altar, dimana kedua mempelai tengah bersalaman dengan para tamu undangan yang hadir, terukir senyum bahagia di wajah keduanya. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu gereja. Ia berhenti di tengah pintu, ia tolehkan wajahnya untuk melihat wajah namja yang ia cintai. Ia tersenyum miris melihat kenyataan pahit yang harus diterimanya. Apa kesalahannya hingga ia harus menerima kenyataan yang seperti ini?

"Semoga kau bahagia, Oppa", gumamnya sebelum meninggalkan gereja itu.

.oOo.

Di sebuah taman yang kini terlihat lengang karena hari memang sudah beranjak malam. Yeoja manis itu terduduk di salah satu bangku taman. Air mata masih setia mengalir deras membasahi pipi putihnya. Ia memandang kosong ke sebuah danau yang ada dihadapannya.

"Kau harus kuat Changmin", ucapnya seraya mengelus-elus perutnya.

Flashback

"Yeoboseyo", ucap Changmin pada orang di seberang sana.

"Minnie, bisa kita bertemu sekarang? Ada yang ingin Oppa bicarakan denganmu"

"Ne, bisa. Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu. Dimana?", tanya Changmin dengan semangat.

"Taman dekat danau"

"Baiklah"

Changmin segera menutup handphone-nya dan segera masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap bertemu dengan sang namjachingu.

.

.

.

"Oppa, sudah menunggu lama?", Tanya Changmin pada namja tampan yang sudah duduk di bangku taman. Tempat yang sering digunakannya untuk bertemu.

"Aniya, Oppa juga baru sampai. Duduklah", ucapnya seraya menggeser tubuhnya agar Changmin bisa duduk di sampingnya.

"Jadi... Oppa mau bicara apa?"

"Bu..bukankah kamu juga ingin mengatakan sesuatu. Kamu dulu saja yang bicara"

"Shireo, Oppa yang katakan dulu baru aku akan mengatakannya pada Oppa"

Sebelum bicara namja tampan itu menghirup napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sedangkan Changmin menatapnya bingung, jarang sekali namjachingu-nya itu segugup itu.

"Minnie, aku...aku ingin...hubungan kita berakhir sampai disini. Mianhae"

DEG...

Saat mendengar kalimat namjachingu-nya jantung Changmin seperti berhenti berdetak saat itu juga. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Ia seperti lupa bagaimana cara untuk berbicara.

"Min-...Changmin...", Changmin kembali ke realita saat mendengar panggilan dari kekasihnya.

Sakit. Itulah yang kini dirasakan Changmin saat mendengar panggilan dari kekasihnya. Biasanya ia selalu memanggilnya Minnie atau Changminnie.

"O-oppa, bercanda kan?", Tanya Changmin dengan nada tak percaya. Sungguh, Changmin berharap mendengar jawaban namjachingu-nya bahwa yang diucapkannya adalah sebuah gurauan saja. Namun, harapan adalah harapan. Tidak semua harapan menjadi seperti apa yang diharapkan bukan?

"Tidak Changmin. A-aku..."

"Wae oppa?", Tanya Changmin seraya menahan air mata yang siap meluncur.

"Karena... karena aku sudah tak mencintaimu lagi. Mianhae"

"O-oppa bohong kan? Katakan kalau semua itu bohong... O-oppa... masih mencintaiku", ucap Changmin seraya meremas kemeja yang dipakai namjachingunya.

"Mianhae"

"Waeyo oppa? Kau bilang hiks... kau bilang kau akan mencintaiku selamanya. Kau bohong Oppa hiks... Bohong hiks..", ucap Changmin sambil terisak, ia sudah tidak bisa menahan air matanya lebih lama lagi.

"Mianhaeyo, minggu depan aku akan menikah dengan Ahra. Jeongmal mianhaeyo"

Semakin deras air mata yang keluar dan semakin keras isakan tangis yang meluncur dari bibir tipisnya. Ia sangat mencintai kekasihnya itu tapi kenapa ia ingin mengakhiri hubungan mereka dan malah akan menikah dengan Ahra. Apakah selama ini kekasihnya itu hanya mepermainkannya saja?

"Mianhaeyo. Jeongmal mianhaeyo", ucap namja tampan itu seraya melepaskan tangan Changmin yang masih meremas kemejanya. Ia berdiri dan meninggalkan Changmin yang masih menangis.

"Apa... yang harus... aku lakukan?...O-oppa", ucap Changmin di sela-sela tangisnya.

Flash Back END

.oOo.

Changmin membereskan baju-bajunya kedalam sebuah koper sedang. Ia ingin pergi meninggalkan kota kelahirannya itu. Ia tak mau kalau ia tetap disini, ia tak bisa melupakan mantan kekasihnya itu dan ia juga tak mau membuat Ahjumma-nya khawatir karena dirinya. Ya..., Ahjumma, karena ia memang tinggal bersama kakak dari Umma-nya, karena kedua orang tuanya sudah meninggal saat ia berumur 14 tahun.

Cklekk..

Seorang namja masuk ke dalam kamar Changmin dan mendekat kearah Changmin setelah menutup pintu kamar Changmin kembali.

"Minnie, kamu mau kemana?", Tanya namja tersebut yang merupakan sepupu Changmin anak dari Ahjumma-nya.

"Jun..Junsu Oppa", ucap Changmin gugup.

"Kamu mau kemana? Kenapa kamu membereskan pakaianmu?", Tanya Junsu, lagi.

"Aku...aku ingin pergi Oppa", ucap Changmin seraya menundukkan kepalanya.

"Pergi? Apa maksudmu? Kamu mau pergi kemana?"

"Emmm...entahlah aku tidak tahu, mungkin ke Seoul atau Busan atau k-"

"Wae?", potong Junsu.

"Aniya", ucap Changmin seraya tersenyum pada Junsu, ia tak mau membuat Junsu khawatir.

"Jangan berbohong pada Oppa, Minnie. Apa karena orang itu?", Changmin menundukkan kepalanya dalam, ingin sekali ia menangis, tapi ia menahannya. Changmin tak ingin membuat Junsu tambah khawatir padanya. Changmin-pun hanya menunduk diam.

"Kalau begitu Oppa akan ikut denganmu", Changmin mendongakkan kepalanya saat ia mendengar perkataan Junsu.

"Aniya, tidak usah Oppa. Aku sudah besar, aku bisa mengurusi diriku sendiri dan juga... kalau Oppa pergi denganku bagaimana dengan Ahjumma dan Ahjusshi?", ucap Changmin. Ia tak mau merepotkan Junsu karena menurutnya ia sudah terlalu merepotkan keluarga Ahjumma-nya tersebut.

"Kau memang sudah besar dan bisa merawat dirimu sendiri... tapi bagaimana dengan bayi yang ada di kandunganmu, emm?"

Changmin membulatkan matanya, terkejut mendengar apa yang diucapkan Junsu.

"Oppa...tahu...darimana?", ucap Changmin gugup.

Junsu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya dan memperlihatkannya pada Changmin yang ternyata sebuah testpack.

"Oppa, mendapatkannya darimana?"

"Aku menemukannya di keranjang sampah kamarmu, saat tak sengaja kakiku menendang-nya"

Changmin menundukkan kepalanya, kembali kristal bening jatuh membasahi pipi putih Changmin. Junsu mendekat ke arah Changmin dan memeluknya erat.

"Shhh...uljima ne, shhh...", ucap Junsu berusaha menenangkan Changmin. Setelah dirasa Changmin sudah tenang ia dorong tubuh Changmin perlahan hingga ia bisa manatap doe eyes yang kini terlihat merah dan bengkak.

"Kau yakin ingin pergi?", ucap Junsu seraya menghapus air mata di pipi putih Changmin.

Changmin menjawab dengan sebuah anggukan.

"Arraseo, Oppa akan bilang pada Umma dan Appa, tapi tetap Oppa akan menemanimu. Arra?"

"T-tapi... bagaimana dengan Ahjumma dan..."

"Sshhh... Kamu tenang saja, Minnie. Disini masih ada Junho hyung yang akan menjaga Umma dan Appa. Jadi, kamu tidak perlu khawatir, ne?"

"Gomawo, Oppa", ucap Changmin seraya memeluk tubuh Junsu dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Junsu.

.

.

.

"Ahjumma, Ahjusshi, Junho Oppa, Minnie pergi dulu ne", ucap Changmin.

"Ne, hati-hatilah disana ne, jaga kesehatan, makan dan tidur yang teratur", ucap Kim Ahjumma seraya memeluk Changmin.

"Ne, Ahjumma", jawab Changmin yang kemudian memeluk Kim Ahjusshi dan Junho.

"Umma, Appa, Junho hyung. Aku juga pergi ne", ucap Junsu pada keluarganya dan memeluknya satu persatu.

"Ne, kau juga harus jaga kesehatanmu Junsu, makan dan tidur yang teratur. Jaga Minnie dengan baik dan jangan main game terus. Arra?", ucap Umma Junsu memperingatkan sedangkan Junsu hanya nyengir mendengar nasehat dari Ummanya tersebut.

"Ne, Junsu akan jaga kesehatan, makan tidur teratur dan menjaga Minnie-ku tersayang tapi soal main game gak janji", ucap Junsu yang kemudian berlari masuk ke dalam kereta.

"Aissh..anak itu, salah apa aku dulu sampai melahirkan anak seperti itu", gerutu Umma Junsu -dan Junho.

"Ahjumma, ahjusshi, Junho Oppa, kalian juga jaga kesehatan ne. Minnie berangkat dulu, annyeong", ucap Changmin yang kemudian berjalan menyusul Junsu ynag sudah masuk terlebih dahulu ke dalam kereta yang akan membawa mereka ke Seoul.

.oOo.

"Akhirnya sampai juga", ucap Junsu seraya meregangkan badannya yang terasa pegal lalu berjalan menuju sofa, diletakkannya dua koper ukuran sedang dan satu tas ransel besar di lantai samping sofa. Junsu mendudukkan tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Changmin tersenyum melihat tingkah Junsu lalu ia ikut duduk di sampingnya.

"Oppa"

"Emm...wae?"

"Gomawo, oppa mau menemaniku ke Seoul dan mian karena selalu merepotkanmu"

"Cheonmanayo Minnie, lagipula aku yang ingin menemanimu bukan kau yang meminta dan jangan minta maaf padaku karena kau tak pernah merepotkanku. Arraseo", ucap Junsu tegas sembari mencubit pipi chubby Changmin.

"Oppa, sakit"

"Hehe, mian. Salahmu sendiri, kenapa wajahmu manis sekali"

"Aissh... Oppa jangan menggodaku", Changmin menghambur kepelukan Junsu seraya terus menggumamkan kata terima kasih.

"Oppa akan menjagamu Minnie"

Changmin melepaskan pelukannya lalu tersenyum manis kepada Junsu.

"Oppa sebagai tanda terima kasihku, aku akan membuatkan makan siang untuk kita. Tapi aku harus pergi ke Minimarket dulu, oppa tak apa kan sendiri di sini?"

"Aku akan menemanimu"

"Shireo, Minimarketnya dekat kok"

"Kau tahu darimana kalau Minimarketnya dekat?"

"Hehhe.. tadi aku melihatnya saat perjalanan kemari"

"Arraseo, jangan lama-lama ne"

"Ne, annyeong", ucap Changmin yang kemudian keluar dari apartemen mereka.

"Anak itu..", ucap Junsu yang kemudian menyalakan televisi yang ada di depannya.

.oOo.

"Apa yang akan kumasak hari ini ya?", ucap Changmin pada dirinya sendiri seraya melihat bahan-bahan makanan yang tertata rapi di rak.

Brukk...

Changmin menutup matanya saat merasakan tubuhnya kehilangan keseimbangan, tangannya memeluk perutnya erat, takut jika terjadi apa-apa dengan kandungannya yang baru 4 minggu. Lama Changmin menutup matanya, tapi tak terjadi apa-apa. Ia membuka matanya perlahan memperlihatkan doe eyes-nya. Matanya membulat saat melihat wajah seorang namja yang dekat dengan wajahnya.

"Mian, tapi bisakah kau melepaskanku?", ucap Changmin setelah tersadar dari acara kagetnya.

"Ne, mian hamnida, saya tak sengaja. Anda baik-baik saja?", ucap namja yang telah menabrak Changmin, namja itu kini membantu Changmin untuk berdiri.

"Gwenchanseumnida", ucap Changmin seraya tersenyum manis pada namja itu.

"Ahh...ne, sekali lagi saya minta maaf"

"Ne, kalau begitu saya permisi dulu"

Namja itu masih melihat Changmin yang kini menjauh. Namja itu menggelengkan kepalanya cepat dan kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

.

.

.

"Aku pulang", ucap Changmin seraya memasuki apartement-nya dan Junsu. Ia melepas sepatunya, meletakannya di rak sepatu lalu berjalan menuju sofa tempat Junsu yang kini tertidur dengan TV yang masih menyala.

"Emmm? Kenapa tidur disini? Sepertinya Junsu Oppa kelelahan. Baiklah, aku tak akan mengganggunya"

Changmin berjalan menuju dapur yang terletak bersebelahan dengan ruang TV, kemudian ia mengeluarkan bahan-bahan makanan yang dibelinya tadi. Changmin memilah-milah belanjaannya, beberapa disimpannya ke dalam freezer. Setelah itu, ia mulai memasak untuk makan siang mereka.

.

.

.

"Minnie, kau sedang apa?", tanya Junsu sambil mengucek matanya.

"Oppa cepatlah cuci muka dan ayo kita makan siang, aku sudah siapkan makan siang untuk kita"

"Ne"

Setelah mencuci muka, Junsu duduk bersama dengan Changmin, mereka mulai melaksanakan acara makan siang mereka.

"Bagaimana Oppa? Kau suka?"

"Tentu saja, masakan buatanmu selalu enak", mendengar pujian Junsu, Changmin tersenyum manis.

"Gomawo Oppa"

.

.

.

"Oppa, sewaktu pulang tadi... aku melihat brosur, disitu tertulis ada lowongan pekerjaan sebagai kasir di sebuah toko bunga. Apa aku boleh melamar disana Oppa?", tanya Changmin setelah mereka selesai makan siang dan kini duduk santai di sofa yang tadi di tiduri Junsu.

"Tidak boleh"

"Mwo, waeyo?"

"Minnie, kamu sedang hamil. Kamu tidak boleh kerja berat. Aku yang akan bekerja, kamu di rumah saja"

"Tapi, Oppa. Aku tak ingin merepotkanmu lebih"

"Sudah Oppa bilang berapa kali kalau kamu tidak merepotkanku, Minnie"

"Aku mohon Oppa, aku akan bosan kalau hanya di rumah terus. Ayolah Oppa?", ucapnya seraya memberikan tatapan memelasnya, Junsu yang ditatap seperti itu-pun menyerah, karena ia memang tidak pernah tahan kalau ditatap seperti itu oleh Changmin, dengan amat -sangat- terpaksa Junsu menuruti permintaan Changmin.

"Baiklah, tapi kau harus tetap memperhatikan kesehatanmu. Arra"

"Emm..", gumam Changmin seraya menganggukkan kepalanya.

"Besok, Oppa juga akan mencari pekerjaan"

.oOo.

Keesokan harinya Changmin mengunjungi sebuah toko bunga yang kemarin Changmin bicarakan pada Junsu. Di toko bunga tersebut terdapat papan bertuliskan CassiElf Florist. Changmin merapikan penampilannya lalu melangkahkan kakinya memasuki toko tersebut.

"Annyeong hasimnika", ucap Changmin pada seorang namja yang berdiri di belakang sebuah meja.

"Ne, ada yang bisa saya bantu", ucap namja itu ramah.

"Emm... saya melihat sebuah brosur yang bertuliskan bahwa di tempat ini membutuhkan seorang kasir. Saya ingin melamar pekerjaan tersebut"

"Eh? Mianhae, tapi posisi itu sudah ada yang menempati"

"Begitu ya, baiklah, gamsahamnida", ucap Changmin lirih kemudian ia membalikkan badannya untuk beranjak dari tempat itu.

Baru beberapa langkah Changmin menjauh dari toko bunga itu, langkahnya terinterupsi.

"Tunggu"

Changmin membalikkan badannya menatap pemilik toko tersebut dengan tatapan bingung.

"Ne?"

"Emm... kenapa kau pergi? Aku tidak berkata kalau kau tak bisa bekerja disini kan?"

"Maksud Anda?"

"Kau masih bisa bekerja disini tapi bukan sebagai kasir melainkan merangkai bunga. Kau bisa merangkai bunga kan? Bagaimana? Kau mau?"

"Ne. Gamsa hamnida Ahjusshi", ucap Changmin dengan mata berbinar-binar.

"Cheonmane mal seumnida, tapi jangan memanggilku Ahjusshi, aku belum setua itu, kau tahu. Kau bisa memanggilku Oppa"

"Ne, Oppa gamsa hamnida"

"Emm...Siapa namamu?"

"Jeo neun Shim Changmin imnida"

"Aku Jungso, tapi kau bisa memanggilku Leeteuk"

"Jadi kapan saya bisa bekerja disini?"

"Kau bisa bekerja mulai hari ini, kalau kau bisa"

"Ne, saya bisa mulai hari ini"

"Kalau begitu, ikuti aku, aku akan memperkenalkanmu dengan yang lain", ucap Leeteuk.

Namja bernama Leeteuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko dengan diikuti Changmin di belakangnya. Leeteuk berjalan menuju ke meja kasir, disana duduk seorang yeoja manis yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.

"Hae?", panggil Leeteuk pada yeoja tersebut.

"Ne?", yeoja itu mengalihkan pandangannya lalu menatap Leeteuk selaku boss-nya, pemilik dari toko ini.

"Hae, perkenalkan... ini Shim Changmin, dia pegawai baru disini", ucap Leeteuk seraya menarik tangan Changmin agar berdiri di sampingnya.

"Annyeong. Jeo neun Shim Changmin imnida", ucap Changmin seraya tersenyum.

"Ne, annyeong. Jeo neun Lee Donghae imnida"

Donghae mengulurkan tangannya lalu Changmin menyambutnya dengan senang hati.

"Teukie hyung", panggil seorang namja dengan wajah yang berhiaskan tanah disana-sini.

"Ya? Eh? Kenapa dengan wajahmu?"

"Ini ulahnya lagi, Hyung"

"Aigo..., anak itu. Mianhae, aku akan menegurnya nanti. Oh, iya... Kibummie, perkenalkan... dia Shim Changmin, pegawai baru disini"

"Annyeong", sapa Kibum.

Changmin tersenyum lalu membalas sapaan Kibum.

Setelah selesai memperkenalkan pegawai barunya, Leeteuk mengajari Changmin cara merangkai bunga dengan baik dan benar.

.oOo.

Seorang namja tampan turun dari Lamborghini Gallardo putihnya. Ia langkahkan kaki jenjangnya memasuki sebuah toko bunga yang bertuliskan CassiElf Florist.

"Annyeong hasimnika?", ucapnya saat melihat seorang yeoja yang tengah sibuk merangkai bunga.

'Annyeong, BumMinnie3 buat FF multichap pertama hasil kerja sama dengan L-JClouds'

L-J : Ne, begitulah... =D

...Kenapa kau bisa nyempil disini?

L-J : hahaha, L-J sedang pengen ngrecokin BumMinnie3 XD

'Seperti biasa, tinggalkan jejak... jika berkenan ^^'