Siapa tahu kalau Harry dijuluki sebagai "The Sassiest Boy" di Hogwarts? Dia adalah cowok paling jutek yang pernah kau temui. Seringkali ia berkata sarkastik dan tidak peduli dengan reaksi orang lain terhadap itu. ia termasuk cowok paling unik, menurut Blaise.
Bahkan ke-Sassy-an Harry melebihi Hermione yang notabene adalah seorang gadis. Sudah banyak korban kejutekan Harry dan Theodore Nott akan dengan senang hati menunjukkannya pada kalian. Kau sudah siap, Theo?
"Aku siap!"
Harry Potter, The Boy Who Sassed
Harry Potter © J.K. Rowling
Warn : AU, slight boyxboy, OOC, Sass(?)
Genre : Friendship & Humor
Enjoy!
Theo Point of view
Oke, Aku Theo, akan menunjukkan pada kalian bahwa julukan The Boy Who Sassed, adalah julukan yang tepat untuk Harry. Kesan pertamaku saat bertemu Harry, well, dia anak yang terkenal tentunya, tapi murah senyum. Tentu hal itu membuatku berani untuk berkenalan dengannya saat di pelajaran transfigurasi waktu itu.
Justru yang membuatku takut untuk berkenalan yaitu dengan Hermione Granger. Gadis itu doyan mendelik. Dan alisnya yang bertaut agak membuatku takut. Bahkan saat aku ingin berbicara pada Harry pun, Hermione langsung melihatku dengan tajam seolah aku ingin melukai Harry. hell! Apa masalah gadis ini? Pikirku waktu itu. dan akhirnya aku tahu bahwa masalah sebenarnya adalah dia tidak terlalu suka dengan Slytherin. Tapi seiring berjalannya waktu, justru Hermione sangat baik padaku.
Dan kebalikannya, kini malah Harry-lah yang doyan mendelik tidak jelas.
Aku sempat berpikir mereka bertukar jiwa. Apa maksudnya? Aku pun tidak tahu hehehe...
Oh iya, kejutekan Harry memakan banyak korban. Eh, terlalu dramatis. Maksudku, kejutekan Harry sudah banyak dirasakan oleh banyak orang. Termasuk aku. ini buktinya.
Saat aku tahu Harry terpilih menjadi salah satu peserta turnamen Triwizard, aku sangat kaget tentunya. Dan aku tahu betul mood Harry pasti sangat down saat itu. di tambah lagi Ron dan Hermione yang menjauhinya karena menganggap Harry haus ketenaran.
Sebagai teman yang baik, aku menghampirinya yang sedang duduk tenang di bawah pohon dekat danau hitam.
"Hai, Harry!" sapaku
Harry berbalik dan menatapku bosan, "Hey."
Aku mendudukkan diri di sebelahnya dan menaruh buku yang kubawa di pangkuanku.
"Kau oke?"
"Oh, aku lebih dari oke, kau tahu?"
Strike, aku kena jutekan pertama.
"Apa kau yakin kau baik-baik saja, Harry?" tanyaku lagi.
"Yeah! Why wouldn't I be?" jawabnya dengan ketus.
Itu jutekan kedua untukku. Entah kenapa dadaku agak sesak.
"Sebenarnya kau mau apa ke sini?" tanyanya.
"Mengecek keadaanmu."
Harry menggumam, "Thanks."
"Um, apa kau sudah tahu clue dari tantangan pertama di turnamen nanti?" tanyaku lagi.
Ia menatapku dengan pandangan yang membuatku ngeri.
"Kalau aku tahu apa yang akan aku hadapi di turnamen nanti, aku pasti tidak akan duduk santai di sini, Theo."
Aku mengangguk, "O-oke. Kalau kau tidak tahu, kenapa tidak mencari tahu?"
Oh no, ia menggunakan bitch face padaku. Pertanda buruk.
"Kurasa kau ingin menggantikan posisiku dalam turnamen ini, Theo. Aku akan dengan senang hati memberikannya padamu. Kalau kau tewas, aku akan membuat pidato yang panjang untuk itu."
STRIKE! Itu untuk ketiga kalinya dan aku sudah tidak sanggup.
Dengan itu aku langsung berlari meninggalkan Harry. berusaha menenangkan hatiku yang sakit karena dijutekin Harry. Aunt Lily ngidam apa sih sewaktu hamil Harry?
Dan berikutnya adalah, Hermione Granger. Sahabat karibnya sendiri.
Setelah berbaikan saat Harry menyelesaikan tantangan pertama, Hermione membantu Harry memecahkan teka-teki tantangan kedua. Mereka saat itu lagi di perpustakaan. Aku juga ada di sana. Hanya saja aku memilih untuk jaga jarak dan duduk di dekat Ron yang tertidur. Ugh, dia mendengkur kuat sekali.
"Harry, Katakan lagi." Pinta Hermione. Gadis itu membangunkan Ron dan memberi telur emas itu padanya.
"Carilah di mana suara kami berasal." Ujar Harry sambil menepuk pelan buku dihadapannya dengan dagunya sendiri. Kenapa dia lakukan itu? kelewat stres dengan kehidupan?
"Danau Hitam, itu sudah jelas." kata Hermione.
Harry melanjutkan, "Satu jam kau harus mencari."
"Lagi, sudah jelas. meskipun kuakui berpotensi menjadi masalah." Ujar gadis itu lagi sambil menyenderkan diri di salah satu rak buku.
Harry menoleh dan menatap Hermione tak percaya. Oh, tidak. Ini tidak bagus.
"Potensi menjadi masalah? Kapan kau pernah menahan napas di dalam air selama satu jam, Hermione?"
Strike, kau kena satu, Hermione.
Dan reaksi Hermione dibilang cukup memuaskan. Ia memandang sekeliling dan tak berani melihat ke arah Harry.
Harry yang jutek adalah Harry yang seram. Bukan hanya dari kata-kata, tapi juga ekspresi. Dan itu seram.
Dan siapa bilang Hermione hanya kena sekali. Ingat saat di aula besar Hermione sibuk membaca Daily Prophet mengenai dirinya yang diduga memiliki hubungan spesial dengan Harry dan juga si Bulgarian Bon-Bon. Hermione yang di bilang memonopoli kedua peserta Triwizard tentu tidak terima.
"Nona Granger, gadis yang simpel namun ambisius ini sepertinya mulai tertarik pada penyihir-penyihir terkenal. Mangsa terakhirnya, menurut laporan tak lain adalah seorang lelaki asal Bulgaria, Viktor Krum!" baca Hermione dengan nada tinggi dan penuh emosi. Tipikal. "Belum ada tanggapan dari Harry Potter mengenai perisitiwa ini."
Reaksi Harry?
Simpel tapi menyakitkan.
Ia masih menyendokkan makanan ke mulutnya tapi ia sempat memutar kedua bola matanya dengan bosan.
Aku yakin betul yang dipikiran Harry yang tak lain adalah, betapa tidak pedulinya ia terhadap berita tersebut. Dan berlebihannya reaksi Hermione mengenai hal itu.
Aku bertaruh 10 galleon untuk itu.
Dan saat Harry muncul terakhir di tantangan kedua di Danau Hitam.
"Harry!" teriak gadis itu penuh khawatir.
"Hermione!"
Harry jelas kaget.
"Kau baik-baik saja? kau pasti kedinginan!" Hermione menyelimuti Harry dengan handuknya tanpa peduli bahwa Harry sendiri terlalu menggigil untuk bisa berbicara.
"Menurutku kau sangat mengagumkan tadi, Harry. Kau menyelamatkan dua orang."
Harry kembali memandang Hermione dengan bete, "Aku muncul terakhiran, Hermione."
Tapi gadis itu tidak peduli dan mencium ubun-ubun Harry.
Terhitung Hermione kena tiga kali. Dan heran juga, di saat keadaan apapun ia sempat untuk menjadi Potter si sassy.
Bisa dibilang Hermione sering terkena kejutekan Harry. dan tampaknya ia sudah kebal akan hal itu. contohnya saat di tahun ke enam.
Hermione memberi saran Harry untuk mencari seseorang yang akan jadi pasangannya di acara Slughorn nanti.
"Kau lihat gadis di sana? Itu Romilda Vane. Ia beberapa kali ingin memantraimu dengan ramuan cinta."
Harry melirik gadis yang di maksud dari balik bahu Hermione, "Benarkah?"
"Hey!" Hermione menjentikkan jarinya di depan Harry, berusaha menyadarkan Harry.
"Dia hanya tertarik padamu karena dia pikir kau adalah The Chosen One."
"Aku memang The Chosen One."
PLAK!
Gerakan bagus untuk menyadarkan Harry, Mione. Memukul kepalanya dengan perkamen, bagus sekali.
Sassy ditambah dengan kenarsisan. Kombinasi yang buruk, Harry.
"Aku akan ajak Draco Malfoy kalau begitu."
PLAK!
Ada yang salah dengan The Chosen One.
Berikutnya ada Neville Longbottom.
Ingat saat di perpustakaan di mana Hermione dan Ron membantu Harry memecahkan teka-teki telur emas, dan aku ada di sana juga? Well, tak lama setelah Moody mengusir Ron dan Hermione. Ia memanggil Neville untuk membantu Harry.
Harry mengangguk singkat pada Neville yang menghampirinya.
"Kau tahu, jika kau tertarik pada tanaman, kau sebaiknya mulai membaca dari panduan Goshawk untuk herbologi." Ujar Neville.
Harry hanya diam sambil memandang Neville dengan, oh aku tahu tatapan itu. Neville! Berhenti bicara dan pergi dari situ. Selamatkan hatimu!
"Kau tahu ada penyihir di Nepal yang memelihara pohon Anti-Gravitas-"
"Neville, jangan tersinggung, tapi aku benar-benar tidak peduli."
Ouch! Neville yang malang.
Lalu ada Cedric Diggory. Kalian tahulah kalau di tahun ke empat ia curi-curi perhatian dengan Harry. mentang-mentang sesama peserta Triwizard, ia memanfaatkan kesempatan kali ini untuk menunjukkan pada Harry betapa baiknya ia sebagai lelaki sejati.
"Harry!" panggil Cedric.
"Cedric." Jawab Harry acuh tak acuh.
Harry yang tadinya mau kabur langsung membalikkan badannya menghadap Cedric.
"Harry, Bagaimana kabarmu?"
"Luar biasa."
Oh, Sassy Harry back at it again.
Cedric menelan ludah dan mengangguk.
"Aku baru sadar aku belum berterima kasih padamu tentang naga itu."
"Tak masalah. Aku tahu kau akan membantuku suatu saat nanti." Jawab Harry kembali ingin kabur dari Cedric.
"Tepat sekali." Kata Cedric yang kembali membuat Harry urung untuk pergi dari situ. Dan entah kenapa Cedric mendekatkan dirinya pada Harry,
"Kau tahu kamar mandi prefek di lantai lima?" tanyanya yang dijawab Harry dengan mengangguk.
Dan Cedric makin mendekatkan dirinya pada Harry dan berbisik, "Itu bukan tempat yang buruk untuk mandi, kau tahu?"
Harry mundur dan memandang Cedric heran, "Kau mengajakku mandi bersama?"
Cedric tertawa kikuk dan malu-malu, "Aku sadar betul saat ini kau mengencani Malfoy, Harry. Aku harus menjaga perasaan kalian berdua, kau tahu."
Harry mengangguk dan berkata, "Thanks, Cedric."
Selepas perginya Cedric, Harry berjalan dan sempat menyapaku, "Theo."
"Harry. Mandi bersama, eh?"
"Diam, Theo. Aku tahu betul Cedric sama sekali tidak bisa mengerti penolakan."
"Apa maksudmu?"
"Saat sarapan pagi ia mengajakku pergi bersamanya ke Yule Ball. Apa itu bisa dibilang menjaga perasaanku dan Draco? Kurasa tidak."
"Kau menolaknya? Hahahah...sudah kuduga. Tapi kuyakin ia sangat ingin mandi denganmu, Harry. Draco tidak akan senang mendengar hal itu."
Harry menggeleng pasrah, dan kemudian kepalanya terangkat seakan ingat sesuatu. Dengan panik ia berkata, "Itu artinya Cedric tahu di mana aku akan mandi! Theo, panggilkan Draco dan suruh dia ke kamar mandi Prefek di lantai lima. Aku butuh perlindungan kalau-kalau Cedric mengintip! Akal bulus Cedric! Harusnya aku tahu selalu ada maksud terselubung dari setiap perhatiannya."
Aku hanya memandang Harry dengan heran, "Kau kan bisa pakai mantra untuk melindungi dirimu."
"Oh ya? Bagaimana kalau nanti aku di-grepe-grepe oleh Cedric? Apa mantra itu bisa menolongku atau bahkan memelukku untuk menenangkan jiwaku yang dalam keadaan shock berat sesudah Cedric menggrepe-grepeku? Tidak, kan!? Hanya Draco yang bisa!"
Oh, Merlin! Aku kena lagi.
Dan kenapa pula dia jadi drama queen begini?
Siapa sangka Profesor Snape juga kena.
Saat di tahun ketiga, di mana Profesor Snape menggantikan Profesor Lupin untuk sementara dalam mengajar Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. Dan Harry protes masalah tugas yang diberikan Snape sebanyak dua lembar perkamen.
"Tapi Sir, Besok ada lomba Quidditch"
Snape, seakan tidak peduli personal space, mendekatkan wajahnya ke Harry dan berkata,
"Kalau begitu kau perlu berhati-hati, Mister Potter. Kehilangan anggota tubuh bukan alasan bagimu untuk tidak mengerjakan tugas, mengerti?"
Harry memandang tajam Snape dan menggumam, "Ya."
"Ya, Sir."
Kita tahu betul Snape berusaha membetulkan Harry untuk memanggilnya dengan Sir. Tapi Harry yang Sassy tetaplah Harry yang Sassy.
Dengan entengnya ia berkata,
"Anda tidak perlu memanggilku Sir, Profesor."
Snape men-death glare Harry dan kemudian melanjutkan pelajaran. Tampaknya ia berusaha keras untuk tidak mengutuk anak dari wanita yang sangat ia cintai itu.
Kemudian di tahun kelima, saat Snape mengira Harry mencuri ramuan Polyjuice miliknya.
"Kau tahu apa ini?" tanya Snape.
Harry hanya mengangkat bahu, tak peduli dan berkata asal, "Jus gelembung."
Dan Snape mengambil napas panjang setelah mendengar jawaban ngaco dari Harry.
Selanjutnya, kalian kenal Stan Shunpike? Si konduktor Knight Bus? Dia pernah kena marah Harry sekali.
Saat itu Harry terjatuh di rerumputan dan memandangi si Stan yang mulai memperkenalkan diri.
"Selamat datang di Knight bus. Bus darurat bagi penyihir yang tidak memiliki kendaraan. Namaku Stan Shunpike dan aku akan menjadi konduktor anda malam ini." Stan memasukkan kartu namanya ke dalam kantong dan menunggu Harry yang tak kunjung naik ke bus.
"Apa yang kau lakukan di situ?" tanyanya.
Harry menatap Stan dan berkata, "Aku terjatuh, duh."
"Untuk apa kau terjatuh?" tanya Stan lagi yang mulai membuat Harry risih.
"Aku tidak terjatuh dengan sengaja! Busmu membuatku kaget!" balas Harry.
"Apa yang kau tunggu? Naiklah."
Bukannya naik, Harry malah melihat kearah semak-semak dimana ia melihat seekor anjing hitam yang kini sudah menghilang.
Dan Stan tiba-tiba muncul dan ikut melihat apa yang Harry lihat.
"Apa yang kau lihat?" tanya Stan untuk kesekian kalinya.
"Bukan apa-apa. Dan bisakah kau berhenti bertanya?" geram Harry.
"Aku akan berhenti bertanya jika kau segera naik bus, Tuan pemarah. Eh, siapa namamu?"
"BERHENTI BERTANYA!"
Stan terhenyak dan berkata, "O-oke, oke. Astaga! Kau penumpang paling pemarah yang pernah aku temui."
dan begitulah, masih banyak yang akan aku sampaikan pada kalian tapi tampaknya aku harus berkemas untuk pulang karena ini adalah besok natal. aku akan melanjutkan lagi saat aku kembali ke Hogwarts. sampai jumpa!
TBC
A/N
Hello, vee kembali dengan fic baru. Rasanya ini garing banget. Dapat ide fic ini dari tumblr yang menyadarkanku betapa sassy-nya seorang Harry Potter. dan ternyata setelah aku teliti, memang bener Harry itu suka ngomong dengan sarkastik. Kesassyan Harry di film belum seberapa dengan yang ada dibuku. Bener-bener jiwa wanita pms ada dalam dirimu, Harry *Di-curcio* sebenernya masih banyak ke-sassy-an Harry yang ingin aku tulis. Dan terpaksa aku harus bikin chapter. untuk chapter kedua mungkin bakal ada Draco dan yang lainnya yang bakal jadi korban kejutekan Harry. oke see ya next chapter!
Veelove
