-Baekhyun pov

Aku tidak tahu bahkan aku tidak mengerti dengan selera anak muda jaman sekarang, hanya saja ini akan terasa aneh. Seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan berseragam SMA lagi-lagi datang kepadaku, dengan setangkai mawar merah, dia berlutut dihadapanku mengatakan..

"Jadi pacarku ya noona.?" aku tersenyum sinis, pernyataannya ini bahkan terlihat seperti lelucon untukku. Astaga bagaimana bisa pemuda ini terus menggangguku dan selalu mengajakku pacaran.

Ayolah jangan pikir aku mau dengannya, pemuda ini bukanlah seleraku aku bahkan tidak terlalu mengenalnya. Lagi-pula aku ini sudah tua, ah tidak-tidak. Aku tidak setua itu, aku bahkan baru berusia dua puluh tahun,

Hey. aku tidak cocokkan dengannya? Tapi bagaimana ini, dia datang lagi ke padaku, Ya Tuhan aku harus apa?

"aku tidak mengenalmu" kata itu sudah tidak lagi mempan untuknya.

"kau terlalu muda untukku" kalau yang ini aku selalu kalah telak, dia selalu membalas..

"cinta itu tidak memandang usia noona" ah telingaku sudah bosan mendengarnya.

"aku tidak menyukaimu" Ok yang ini paling menyebalkan karna dia selalu menjawab.

"aku akan membuat noona menyukaiku jika noona mau menjadi pacarku!"

Menyebalkan bukan?

Sekarang apa yang harus ku katakan? Haruskah aku..

"Baiklah" menerimanya.

Aku mendongak ketika pemuda itu berdiri, Sial kenapa dia tinggi sekali? aku bahkan tampak seperti kurcaci. Dia menatapku dengan senyum 'yah apa-lagi jika bukan senyum idiot, dan...

Ok, kali ini mata sipitku berubah menjadi bulat. Ayolah siapa sih yang tidak akan terkejut jika seseorang tiba-tiba memelukmu, dan inilah yang tengah aku rasakan.

"jadi kita sudah resmi pacarankan noona.?" tanyanya. Aku menggeleng, kemudian dia diam.

"Tentu saja tidak! Chanyeol, kau harus berhenti menggangguku, dan berhenti menggodaku dengan bunga. Ayolah Chanyeol, aku tidak pantas untukmu, kau juga tidak pantas untukku. Jadi Chanyeol, kumohon, berhentilah menggangguku."

Kalian tahu? Ada yang aneh dengan pemuda ini. Aku adalah penjual bunga milik ibu ku sendiri dan si tiang listrik ini membeli bunga mawar merah itu dariku. Oh betapa bodoh dan lucunya orang ini.

Dia melepaskan pelukannya, kemudian aku menatap mata bulatnya, memperhatikan iris kelam yang kini mulai menjadi sayu. Bukan salahku, batinku, jika sitiang listrik ini sakit hati dengan jawabanku, bukan salahku.

"Kenapa?"

kenapa? Astaga pertanyaan macam apa ini, aku kan sudah bilang, dia tidak pantas untukku dan aku tidak pantas untuknya. Oh ayolah aku tidak mungkin kan mengulanginya?

"Jika karna kita beda usia, bukankah itu tidak masalah noona? Kecuali-"

"Aku sudah punya pacar."

Aku tidak pandai berbohong, Kim junmyeon bilang aku sangat payah dalam hal berbohong, mungkin terlihat dari ekspresiku yang kurang mendukung. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah tidak punya alibi lain untuk ku jadikan alasan.

"Kalau begitu kenalkan aku dengannya."

Kembali, mataku kubuat bulat lagi. Hanya sebentar omong-omong.

Aku menggigit bibir bawahku sebelum bicara. Sekarang apa yang harus ku katakan? Oh Tuhan, serius aku sudah tidak punya lagi alasan.

"Datanglah besok malam, noona ku akan mengadakan pesta ulang tahun," katanya sambil menyentuh bahuku. Aku hendak mengeluarkan suara namun dia kembali bicara. "Dan bawa kekasihmu noona."

Chanyeol menepuk bahuku sebanyak dua kali. Lalu berbalik, berjalan menjauh hingga menghilang dari atensiku. Ya Tuhan aku bahkan sempat bergidig saat dia tersenyum miring padaku sebelum berbalik.

Oh dia bahkan tak terlihat patah hati.

.

.

.

Seperti yang dia katakan, aku datang pada pesta ulang tahun kaka nya dengan gaun pink cerah sederhana sebatas lututku. Aku sempat kesulitan untuk masuk kedalam karna tidak membawa kertas undangan. Kalian ingat kan? kemarin dia hanya mengundangku dengan mulut, bukan dengan kertas undangan dan aku sama sekali tidak mengenal mereka- Orang tua dan juga kaka- Chanyeol. Untung saja dia datang dan menghentikan pertikaian mulut antara aku dan juga si penjaga.

Ah ya, untuk tempat, kami berada disalah satu Restoran ternama dikorea. Chanyeol memberitahuku lewat sms, kami memang sempat bertukar nomor saat Chanyeol mulai menggangguku dulu. Sedikit info aku sama sekali tidak merespon ketika Chanyeol menelponku atau bualan sampah yang sering dia berikan lewat sms. Aku sama sekali tidak merespon.

"Aku tidak percaya bahwa dia adalah pacar noona."

Aku mengerutkan keningku, kemudian mengikuti arah pandang pemuda yang tengah berada disampingku ini.

"Kim Jongin?"

Kim Jongin lelaki tan yang kini tengah menikmati kudapan pesta yang berada tak jauh ditempat kami berdiri, adalah lelaki yang kubawa untuk menipu Chanyeol.

"Ya."

Aku tertawa pelan. "Kenapa tidak percaya?"

"Karna dia bahkan terlihat muda dariku."

"Benarkah?" Aku tertawa canggung. "Mungkin karna dia tampan jadi tampak terlihat muda."

Oh, bagaimana bisa Jongin bisa lebih muda dari Chanyeol. Padahal penampilannya sudah kubuat setua mungkin.

Oh ya Tuhan semoga tidak ketahuan.

"Sudah berapa lama?" dia bertanya sambil menatapku. Aku menatapnya bingung dan dia terkekeh pelan. "Kau dan dia, sudah berapa lama?"

Ah aku mengerti sekarang, dan aku akan memulai kebohongan lagi. Aku kembali melihat Jongin sebelum bicara.

"Dua tahun, ya dua tahun. Kami bertemu di suatu taman, saat itu aku terjatuh dan Jongin datang membantuku. Seiring berjalannya waktu kami mulai saling mengenal, dan...," Aku mengalihkan atensiku dari jongin untuk melihat mata bulat Chanyeol, dia mengangkat sebelah halisnya. Ah, dia tampak menunggu ucapanku yang sempat terjeda ".., Dan jatuh cinta"

Dia menganggukan kepalanya tampak mengerti, tapi kenapa? kenapa dia tak terlihat pata hati dan kenapa juga, aku harus tak terima.

Oh ya Tuhan ada apa denganku?

"Noona?"

Kami berhenti saling menatap, dan beralih pada Jongin yang memanggil diriku.

"Oh tidak Jongin, jangan memanggilku noona disini." seruku pelan hampir berbisik, dalam hati aku bicara. Semoga Chanyeol tidak mendengarnya.

"Kenapa?" oh,tapi dia mendengarnya. Bagaimana ini.

"Ya" kataku

"Kenapa dia tidak boleh memanggil sebutan noona disini? Tapi tunggu, ada yang aneh disini. kau kan lebih muda darinya."

"Oh, ayolah Chanyeol, noona tidak selalu di gunakan untuk orang yang lebih tua."

"Tentu saja," aku mundur satu langkah saat Chanyeol melangkah mendekat.

Aku tak kan masalah tapi Chanyeol menatapku dengan senyum aneh dan itu tampak mengerikan bagiku dan aku merasa takut.

"C-Chanyeol." aku terus melangkah mundur hingga sudah tak ada lagi celah untuk mundur, yang sialnya ada tembok dibelakangku dan itu digunakan oleh Chanyeol untuk menghimpit tubuhku.

"Jongin. Oh, ada Jongin Chanyeol. Jangan menghimpitku seperti ini, kau akan dibunuh olehnya."

"Kau pikir aku bisa dibohongi."

"M-Maksudmu?"

"Jongin telah pergi. Gadis pendek bermata bulat dengan rambut sebahu telah membawanya pergi, aku benar bukan?,"

Aku takut, begitu tegang saat Chanyeol menyentuh pipiku.

"Dan kau bohong soal Jongin adalah pacarmu."

"Aku tid-"

"Adikmu," aku ingin menatapnya tapi tidak berani mendongak, dia begitu dekat dengan wajahku. Akan kupastikan jika aku mendongak sedikit saja bibir kami akan segera bersentuhan. "Adik kandungmu, Jongin adalah adik kandungmu. Apa kau pikir aku tidak tahu?"

"D-dari mana kau tahu?" aku bertanya sambil mengambil alih tangan Chanyeol yang tampak ingin menyentuh bibirku.

"Ayolah Baekhyun, aku tak akan menyukai milik orang. Jadi sebelum aku mendekatimu aku sudah lebih dulu mencari tahu tentangmu."

"Ya kau benar, itulah sebabnya kau tahu namaku."

"Ya. Sekarang diamlah dan biarkan aku menciummu."

TBC

.

Ini emang gajelas dan pendek bgt aku tau itu.