Bloody Valentine

Chapter 1

KuroVoca ©2012

Disclaimer : Vocaloid itu punya Crypton sama Yamaha, kan?

Chara : Hatsune Miku, Shion Kaito, Kagamine Rin

Genre : Horror and maybe... Angst

Rated : M for Gore.

WARNING! : Death chara, abal, typo(s) *maybe*.

A/N : Full of Miku's POV

.

.

Kaito-ku tersayang, ini valentine pertama kita, kan?

Lihat apa yang kubuat untukmu. Coklat almond kesukaanmu.

Terbayang sudah senyummu, Kaito. Senyum yang paaaling indah. Membayangkannya saja sudah membuatku melayang.

Kaito-ku tersayang, aku sangaaat mencintaimu. Apa kau tahu itu?

.

.

Dua hari lagi sampai saat itu tiba, Kaito-ku tersayang. Valentine.

Hadiah yang kubuat kemarin sudah siap. Sudah kubungkus dengan kotak kado merah hati.

Aku tersenyum dan melangkahkan kakiku, Kaito-ku tersayang, menuju rumahmu.

Dengan riang aku membayangkan wajah gembiramu, Kaito-ku tersayang. Saat kau tahu aku memberikan kado valentine sebelum harinya.

.

.

Aku sudah sampai dirumahmu. Aku sudah membunyikan bel rumahmu. Tapi kenapa kau tidak membukakan pintu untukku?

Oh baiklah. Aku menunggu.

...

Kaito-ku tersayang? Tahukah kau sudah berapa menit aku enunggumu untuk membukakan pintu untukku? Dua menit. Hanya dua menit, tapi bagiku seperti dua tahun menunggumu, Kaito-ku tersayang.

Apa kau pergi? Tapi kau tidak bilang padaku kalau kau ingin pergi keluar hari ini.

Jadi aku mengitari rumahmu. Aku berhenti di depan jendela kamarmu.

Kaito-ku tersayang. Coba tebak, apa yang kulihat sekarang?

Pemandangan yang menyedihkan bagiku. Aku melihatmu dengan jelas. Amat jelas.

Kau sedang bercanda dengan gadis berambut kuning yang sedikit lebih rendah dariku.

Siapa dia? Kenapa kau terlihat bahagia sekali? Kau sampai mengabaikanku yang berkali-kali membunyikan bel rumahmu, karena gadis kuning lolita itu?

Bukankah kau sudah berjanji padaku, Kaito-ku tersayang?, bahwa kau akan selalu mencintaiku?

Aku melempar kado untukmu ke sembarang arah. Dan aku berlari pulang.

.

.

Aku menatap barang-barang yang berada di depanku sekarang.

Aku telah menghancurkan semua hadiah darimu. Fotomu semuanya juga sudah kubakar. Kau senang kan, Kaito? Kaito-ku tersayang?

Aku sudah berpikir untuk menggantung diriku tadi. Tapi aku urungkan niatku itu.

Kaito-ku tersayang. Aku tahu aku tidak bersalah.

Jadi, malam ini aku akan melumuri pisauku dengan darah.

PREPARE YOURSELF!

.

.

Aku sudah sampai di depan rumahnya.

Yah. Kau pasti tahu, kan? Rumah GADIS KUNING itu.

Aku mengetuk pintu rumahnya. Dan dengan segera pintu rumah itu terbuka.

Oh gadis mungil malang yang cantik. Kau tersenyum amaaat manis kepadaku. Dan kau bertanya dengan suara yang manis pula, "Maaf? Tapi siapa kau?"

Oh gadis mungil malang yang cantik. Kau sopan sekali padaku. Sebelum aku sempat menjawab, kau sudah bertanya lagi, "Maaf, Nona? Diluar sangat dingin, bukan? Ayo masuk. Dan kau bisa sebutkan namamu,"

Selesai kau berkata begitu, tanpa basa-basi aku mengangguk dan memasuki rumahmu, gadis mungil malang yang cantik.

Kau menawarkanku secangkir coklat pans. Lalu kau berjalan meninggalkanku.

Aku terdim memandangi punggunmu, wahai gadis mungil malang yang cantik. Lalu aku berfikir, inilah saatnya.

JLEB!

Aku menyeringai. Tepat di jantung. Oh gadis mungil malang yang cantik, sesaat lagi kau akan mati.

BRUKK!

Oh gadis mungil malang yang cantik. Benar 'kan, kataku. Kau ambruk. Mati. Dengan bibir mungil terkatup dan kedua mata tertutup. Wajah mati yang manis, bukan?

JLEB! Aku kalap.

KENAPA? KENAPA WALAUPUN KAU SUDAH MATI, WAJAHMU TETAP MANIS? KENAPA WAJAHMU TERLIHAT TENANG TANPA RASA TAKUT SEDIKITPUN? KENAPAA? JLEB JLEB!

MATAMU! AKU BENCI MATAMU! JLEB!

BIBIRMU! AKU BENCI BIBIRMU! JLEB!

TELINGAMU! HIDUNGMU! RAMBUTMU! AKU BENCIIIIII! AKU BENCI SEMUA YANG ADA DI DIRIMU!

Aku menghentikan gerakanku. Menatap sosokmu, gadis mungil malang yang cantik. Wajahmu hancur. Sama sekali hancur.

Aku tertawa.

Lihat? Aku menang. Mana wajah manismu? Mana senyum manismu? Dimana?

Yang ada di hadapanku kini hanya sebuah wajah tanpa mata, hidung, dan bibir! Oh, lihat. Satu dari dua bola matamu menggelinding ke arahku. Apa yang harus kulakukan dengan bola mata ini?

Sesaat kemudian bola mata itu hancur. Di tanganku. Lagi-lagi aku tertawa.

Tertawa.

Berdiri dan berjalan terhuyung menuju pintu rumahmu.

Kaito-ku tersayang. Kini giliranmu.

.

.

Finish.

.

.

Bercanda! Masih ada chapter duanya! /bercandanyagaklucu/

.

.

Kuro : "..."

Aoko : "..."

Midori : "..."

Momo : "..."

Akari : "KENAPA SPEECHLESS SEMUAAA? YAUDAH, GAPAKE BACOT! R.E.V.I.E.W!"

Kuro : "Sepertinya Akari napsu banget ya buat fic ini?"

Momo : "Setuju. Udah, ah. Momo cabut. Mau lanjutin fic!" *ngacir*

Midori : *ikutan ngacir bareng Momo*

.

.

.

REVIEW!