Basketlicious
Kuroko no Basket
Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki
Pairing: AkaFemKuro & KiseFemKuro
Warning: Genderbend, Plot (Vorpal Swords defeated by Jabberwock), Typo, Foodporn
Original Fanfiction by Sarasachi
"Ah... Hujan." Ucap seorang gadis dengan kemeja putih dan blazer hitam, dia berlari menuju ke pinggiran toko untuk berteduh.
Namanya Kuroko Tetsuna, usianya baru 20 tahun. Rambut dan matanya berwarna aquamarine, wajahnya tidak menunjukkan banyak ekspresi. Tapi dia adalah seseorang yang selalu dikenal suka berekspresi lewat novelnya.
Ya, Kuroko adalah seorang novelis web yang sangat terkenal karena karyanya begitu nyata juga mengagumkan. Sangat hidup dan sering membuat pembacanya terbawa dalam buai suasana indah di dalam suatu karya sastra.
Hujan pertama yang datang juga membawa padanya ke sebuah awal cerita baru untuknya. Baru saja dirinya mendapatkan pekerjaan pertamanya di sebuah Perusahaan Penerbit Terbesar di Asia, Akashi Media. Kuroko akan menjadi sekretaris pribadi calon pewaris perusahaan tersebut. Dia bekerja sebagai tim untuk menerbitkan sebuah karya sastra yang tidak ketinggalan jaman.
Akashi Seijuurou, adalah Putra dari Akashi Masaomi yang merupakan Direktur Akashi Media. Putranya begitu jenius hingga banyak mendapat gelar serta piala kemenangan di segala bidang. Hobinya bermain basket, dan berkuda saat senggang. Dia mahir bermain shogi atau catur. Kriteria wanita yang disukainya adalah wanita bermartabat.
"Hm seperti yang diduga dari anak orang kaya." Batin Kuroko yang membuka informasi dari ponsel jadulnya. Dia tidak begitu mengerti dengan pekerjaannya, tapi daripada mengkhawatirkan hal yang belum pasti terjadi, dia lebih suka diam dan menunggunya.
Ketika hujannya sedikit reda, Kuroko segera berlari menuju ke supermarket terdekat. Dia ingin membeli beberapa minuman dan camilan untuk melanjutkan menulis karyanya.
"Kurokocchi?" panggil seorang lelaki berambut pirang dengan tindik di telinga kirinya.
"Selamat sore." Balas Kuroko datar menyapa.
Lelaki yang sangat tampan berpenampilan modis itu adalah seorang model dan pemain basket terkenal, Kise Ryouta. Dia juga mantan kekasih Kuroko saat di SMA dulu.
Keduanya hanya mengobrol sebatas ingin tahu dan saling tanya. Tapi dari cara menjawab Kuroko, sepertinya dia sedikit dingin dengan lelaki di depannya.
"Aku harus segera pergi." Ucapnya datar, dia membeli apa yang dibutuhkannya kemudian pergi.
"Tunggu, Kurokocchi!" seru Kise mengejarnya.
"Apa ada yang bisa kubantu?" tanya Kuroko menghentikan langkahnya heran.
"Aku benar-benar menyesal dengan apa yang telah dulu kulakukan padamu." Balas Kise menundukkan kepalanya penuh sesal.
"Kise-kun... Masa lalu kini hanya kenangan, aku juga tidak mempermasalahkannya. Sampai jumpa." Ucap Kuroko pergi begitu saja meninggalkan Kise yang menekuk wajahnya murung.
Andai saja dulu dia bisa lebih mengontrol rasa cemburunya, pasti saat ini mereka berdua masih bersama. Setibanya di rumah, Kuroko segera makan malam dan berendam. Dia juga membicarakan hasil wawancaranya tadi kepada keluarganya.
Meski ayah dan ibunya menolak, tapi neneknya bilang jika cucunya itu sudah dewasa. Apa pun yang diinginkannya, selama itu baik maka tugas orang tua hanya mendukung.
Pada akhirnya keduanya setuju dan sepakat untuk membuat putrinya tinggal seorang diri di Kyoto.
.
.
.
"Namaku Kuroko Tetsuna, mulai hari ini aku akan bekerja sebagai sekretaris pribadi Akashi-sama. Senang bertemu dengan kalian semua, mohon bantuannya." Kuroko menundukkan tubuhnya memperkenalkan diri.
"Aomine Daiki, aku Kepala Redaksi majalah sport. Senang bertemu denganmu nona manis." Balas seorang lelaki berkulit sawo matang dengan senyum manisnya tapi membuat Kuroko geli.
"Kagami Taiga, typewriter dari divisi majalah sport harian. Senang bertemu denganmu." Ucap seorang lagi dengan tubuhnya yang tinggi dan kekar, siapa sangka badan atletik begitu menjadi seorang tukang ketik.
"Murasakibara Atsushi, editor untuk majalah sport. Salam kenaal." Kini justru muncul lelaki yang tingginya dua meter lebih, membuat leher Kuroko sakit.
"Satsuki Momoi, aku seorang reporter dan juga translator untuk majalah sport. Senang bertemu denganmu Tetsu-chan." Melihat seorang gadis membuat Kuroko bersyukur, dia tidak sendirian.
"Midorima Shintarou, Kepala Bidang Majalah Sport. Mulai hari ini kita akan bekerja sama membuat label majalah sendiri soal basket. Mohon bantuannya nanodayo." Lelaki terakhir yang menggunakan kacamata gayanya lumayan nyentrik untuk Kuroko, dia membawa benda aneh di tangannya. Kuroko agak kaget karena dia pikir akan bekerja untuk membuat suatu majalah tema karya sastra. Tapi sepertinya basket adalah hal yang layak dicoba.
Saat sedang asyik dan santai mengobrol orang yang mengumpulkan mereka akhirnya datang. Seorang pria tampan dengan setelan tuksedo dan rambutnya yang ditata ke belakang membuat wajahnya jadi makin tampan.
Kedua mata rubynya sangat tajam dengan sedikit kekuningan di bagian irisnya, menatapnya lebih dari 10 detik bisa membawamu menyelam ke dunia yang Kuroko pikirkan akan ketampanan, tidak tapi kesempurnaan seorang Akashi Seijuurou.
"Senang bertemu dengan kalian semua. Aku Akashi Seijuurou yang meminta kalian semua hadir di sini. Mulai saat ini kalian akan bekerja di bawah naunganku." Jelasnya dengan senyum penuh misteri. Tangannya yang berada di depan bibir tipisnya semakin membuatnya jadi penuh tanda tanya.
"Aku ingin membuat majalah baru yang bertajuk tentang basket. Tapi dengan gaya dan penulisan yang berbeda dari banyaknya majalah lainnya. Tidak berdasarkan opini melainkan fakta dari para ahli, juga sebuah rubrik yang dapat menarik perhatian orang-orang." Katanya lagi yang membuat semua orang tercengang bingung.
"Ano, apa yang diinginkan dari majalah basket ini?" tanya Kagami penasaran.
"Pertanyaan bagus. Tapi aku pribadi ingin sebuah artikel yang bertajuk soal pengakuan. Basket adalah permainan yang membutuhkan keterampilan dan kerja sama tim. Saat ini olahraga yang diminati orang-orang adalah sepak bola. Aku ingin orang lain sadar bahwa basket juga sebuah olahraga yang hebat." Balas Akashi dengan wajah bersemangat.
"Bukankah kau hanya ingin bermain saja dan mencari kandidat baru?" bisik Aomine di samping Kuroko yang bingung.
"Tapi itu benar, minat pada olahraga basket berkurang dari tahun ke tahun karena selain maraknya teknologi canggih tapi juga karena sekolah dan guru olahraga mulai tidak menekannya." Momoi ikut berkomentar, mereka saling membagi ide dan opini untuk mencetuskan majalah basket yang akan mereka terbitkan pertama kali.
"Ne, Kurochin.. Kenapa kau tidak ikut bicara?" tanya Murasakibara yang membuat Kuroko mendapatkan jackpotnya.
"Ah, dia berbeda. Dia akan bertugas yang lain sesuai dengan pekerjaannya." Balas Akashi yang tersenyum ke arah Kuroko. Entah mengapa tapi gadis itu merasa sedang tidak aman, mau bagaimana juga ini adalah pekerjaan pertamanya dalam sebuah instansi.
"Baiklah untuk hari ini kita akan menyusun ide dan tampilan majalah." Ucap Akashi memulai pekerjaan pertamanya.
Semua orang keluar dari ruangan Akashi, dan kembali ke meja masing-masing. Tim ini berada di ruangan khusus yang terpisah dengan divisi lainnya.
Di ruangan tempat Aomine, Kagami, Momoi, Midorima, dan Murasakibara bekerja terpisah dari ruangan Akashi. Meski masih berada dalam satu lingkungan, tapi mereka hanya dibatasi pintu dan dinding saja.
Kuroko mulai bingung karena menjadi sekretaris di bayangannya akan sangat super sibuk. Tapi ini sudah satu jam dan dia belum melakukan apa pun selain berdiri di belakang Akashi.
"Kuroko..." panggil Akashi, yang membuat gadis tadi kembali dari lamunannya.
"Berikan ini pada Momoi, dan pergi bersamanya. Soal tampilan majalah biar Atsushi dan Shintarou yang selesaikan." Tambahnya, meski Kuroko tidak mengerti tapi dia mengikuti perintahnya.
Saat keluar dari ruangan Akashi, Kuroko melihat semua orang mulai sibuk. Dia berjalan ke arah Momoi yang sedang menerima telepon. Setelah Momoi menutupnya, barulah Kuroko menjelaskan soal kertas yang diberikan Akashi untuknya.
Senyum Momoi segera merekah karena dia bisa keluar dari ruangan yang sudah membuatnya sangat bosan.
Dengan cepat keduanya pergi menuju ke sebuah pertandingan basket antar SMA. Momoi sangat pandai dalam menganalisis dan mengambil data dari para pemain.
Ia juga terlihat sangat menikmati pekerjaannya, melihat betapa menyilaukannya Momoi membuat Kuroko ikut bersemangat. Dia mengambil gambar pemain yang sedang bertanding di lapangan. Meski tidak tahu apa pun soal basket selain dasarnya, tapi Kuroko mulai setuju dengan pemikiran Akashi.
Basket adalah permainan yang membutuhkan kerja sama tim.
Mungkin kalau soal tim dia akan menyukainya, pekerjaannya yang pertama.
.
.
.
Hanya saja harinya sungguh berat. Dia harus mengumpulkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Keduanya memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran Maji Burger.
"Haaah Akashi-kun benar-benar hebat, dia bisa mengetahui sedetail ini jadwal pertandingan basket." Kata Momoi menghela nafasnya.
"A-Akashi-kun? Apa Momoi-san sudah mengenal Akashi-san?" tanya Kuroko penasaran.
"Un, kami teman satu SMP. Aku, Dai-chan, Midorin, dan Mukkun." Balas Momoi, mendengar nama-nama yang aneh membuat Kuroko bingung, tapi kemudian Momoi menceritakannya.
Saat SMP Aomine, Murasakibara, Midorima, Momoi, dan Akashi berada di dalam klub basket Teikou. Mereka adalah klub basket yang sangat kuat dan tak terkalahkan, apalagi dengan motto kemenangan. Dengan kemampuan di atas rata-rata mereka mulai dijuluki Generasi Keajaiban. Kelima pemain tak terkalahkan selama tiga tahun masa SMP. Hingga akhirnya semua anggota pergi ke sekolah yang berbeda, dan berhasil dikalahkan oleh Kagami dan Tim Seirin.
Setelah lulus Kagami menetap di Amerika, tapi datang kembali karena panggilan dari Akashi, begitu juga Aomine, dan yang lainnya. Mereka sudah bekerja di perusahaan penerbitan Akashi selama 1 tahun, tapi baru hari ini Akashi mengungkapkan tujuannya memanggil semua rekan lamanya.
"Di SMP dia mengabaikan kerja sama tim, dan tidak peduli selain dengan kemenangan. Tapi, saat tahu dia ingin membuat sesuatu soal pengakuan seperti tadi... Rasanya kami juga ingin membantu." Kata Momoi mengakhiri ceritanya.
Mendengar kelengkapan cerita Momoi membuat Kuroko tertegun. Dia jadi memiliki bayak kata-kata indah di dalam kepalanya untuk diungkapkan.
"Baiklah. Ayo kita ke kantor dan melaporkan hasilnya." Ajak Momoi yang bangkit dari kursinya.
Sesampainya di kantor semua lelaki yang ada di Tim Akashi terbaring lemas, mereka sudah melakukan semampunya untuk mendesain dan membuat majalah sebanyak 25 halaman.
"Terima kasih atas kerja kerasnya." Kata Kuroko yang hanya bisa membantu memberi minuman serta makanan di setiap meja rekannya.
"Tetsu-chan, Akashi-kun ingin bicara denganmu." Momoi yang datang dan langsung menemui Akashi, keluar dan menyuruh Kuroko untuk masuk.
"Apa kau sudah melihat pertandingan basket?" tanya Akashi, Kuroko hanya mengangguk tidak mengerti.
"Kalau begitu, tulislah artikel tentang hasil pertandingan. Dan ulasan mengenai tim yang baru saja bertanding." Tambahnya yang membuat kedua bola mata Kuroko membulat sempurna.
"Eh? Apa? Aku? Tunggu, tapi bukannya aku seorang pemula? Aku tidak pernah menulis apa pun soal artikel sebelumnya. Aku juga tidak tahu tentang basket." Kata Kuroko yang sudah menolaknya.
"Tapi menurutku tugas ini yang paling penting dikerjakan untukmu. Tulislah dengan kata-katamu, sesuai pandanganmu, tentang basket." Akashi tersenyum meyakinkan.
"Baiklah, akan kucoba." Balas Kuroko dengan mata berapi-api.
Itulah yang tadi dia katakan di hadapan Akashi. Tapi ternyata lebih sulit dari yang dikira. Kuroko bahkan tidak bisa melanjutkan novelnya karena terus berpikir soal basket.
Dia sama sekali tidak tertarik dengan olahraga, meski dulu mantannya adalah pemain basket tapi dia tidak peduli soal itu. Sambil meminum yakult dan memegang pulpennya, dia mencari video basket di internet. Sekali melihatnya langsung membuat bulu kuduknya merinding.
Dia jadi ingat soal pertandingan tadi yang diamatinya, tiba-tiba saja dia juga teringat tentang pertandingan Kise saat SMP. Dengan mengumpulkan beberapa percikan memori dan kenangan, memejamkan matanya memperjelas, dia mulai mengetiknya.
Sebuah penghargaan dari bola kepada manusia. Judul yang sangat dalam memiliki banyak makna.
Riing~ Riiing~ Riiiiingg~
Matahari sudah mulai bersinar kembali, begitu juga dengan kicau burung yang saling menggoda di esok hari, dan alarm yang menjerit tak mau berhenti.
"Iya, aku bangun." Ucap Kuroko mematikan jam wekernya di samping. Dia tidur dengan posisi duduk di mejanya. Badannya terasa pegal, tapi setidaknya dia berhasil membuatnya tepat waktu.
Dengan mata yang sangat berat, dan kacamatanya yang sudah berada di posisi bibirnya dis berjalan menuju toilet. Membasuh tubuh, pemanasan, berlatih tersenyum sedikit di depan cermin, membuat sarapan, dan berangkat ke kantor.
Arah apartemen dan kantornya lumayan dekat, jadi dia bisa menabung dari biaya transportasinya untuk pulang ke Tokyo saat terdesak.
"Berangkat ke kantor? Bagaimana kalau bersama?" ucap seseorang yang berhenti di depannya, dia menggunakan motornya yang cukup besar.
"Aomine-san.. Tidak perlu, lagi pula sudah dekat." Balas Kuroko menolak.
"Sudah naik saja, aku tak tega harus membiarkan seorang gadis berjalan sendiri." Paksa Aomine yang langsung mengenakan helm ke kepala Kuroko.
Karena sudah mengenakan helmnya akhirnya Kuroko menurut dan duduk di belakang. Mereka berdua berangkat ke kantor bersama.
"Terima kasih atas tumpangannya." Kuroko menundukkan badannya.
"Tidak masalah, masuklah dulu. Aku harus memarkir motorku." Aomine menyeringai kemudian pergi meninggalkan Kuroko.
Sesampainya di ruangannya, dia melihat Murasakibara sudah datang dengan setumpuk camilan yang memenuhi mejanya.
"Selamat pagi." Sapa Kuroko mencoba ramah meski senyum di wajahnya tidak juga terlihat.
"Oh, pagi.. Apa kau sudah sarapan?" tanya Murasakibara yang menikmati cemilannya.
"Iya sudah.. Murasakibara-san sepertinya senang sekali dengan camilan?" Kuroko mendekat padanya, dia juga ingin akrab dengan rekan-rekannya.
"Aku tidak akan memberimu." Balas Murasakibara memeluk semua camilannya, pada akhirnya Kuroko tak jadi mendekat karena wajah mengancam Murasakibara.
Setelah semua anggota tim datang, mereka melaporkan hasil dari kerja mereka. Line up akan dilakukan setiap pagi pukul 9.
Kali ini Kuroko yang melaporkan soal hasil dari tulisannya, dia memberikan setiap orang satu untuk filenya. Mereka sudah menyediakan laptopnya masing-masing di atas meja, dan mulai membaca.
"Ini pertama kalinya aku menulis soal basket, jadi aku tidak tahu harus bagaimana. Akashi-san menyuruhku menuangkan semua yang kurasakan." jelas Kuroko gugup dengan wajah datarnya.
"A-Apa ini benar majalah basket?" tanya Kagami dengan wajah tersipu.
"Aku seperti membaca cerita shounen." Tambah Aomine tiba-tiba bersemangat.
"Tapi ini sedikit membuatku malu, nanodayo." Sahut Midorima membenarkan kacamatanya.
haiii kembali lagi sama saiyah DAN AKAFEMKURO /siapalu /cintakurokotapisukadonat /akugaksukapisang /gakrasis /yangberbauakakuroakusuka
btw diriku masih lanjut RM nya kok, jadi kalian tak perlu khawatir h4h4 /nyet
tapi saya juga lagi asyik bikin ff tentang masak2an ini, rasanya sayang kalau gak di publish juga soalnya saya gak mau baper eh laper sendirian /lahsaya udah publish sampai chapter 2 di wattpad, dan kayaknya emang habitat saya itu di ffn aja :')
okelah udah basa basinya, semoga kalian bisa menikmati cerita ringan ini yang mungkin entah kapan selesainya /lu /jankabur
dan semua tulisan atau masakan di sini saya tulis berdasarkan film dan komik juga beberapa pengalaman saya yang kebetulan kerja di bagian kuliner sebagai 'tukang masak'
SELAMAT MEMBACAAAAA~
TERIMA KASIH! JANGAN LUPA REVIEWNYA KALIAN LUAR BIASA /udah
foodporn nya mulai di chapter 2 oke *wink
