Sōrumeito

By

Kirana_shu

(salam kenal semuanya, Ini adalah FF-ku yang ke terserah deh, mohon bantuan dari semuanya)

Desclaimer :

Naruto Masashi Kishimoto

Pairing :

HinaSasu

Warning : OC, OOC, gaje, rumit, and gak jamin update cepat #plak. Udah anak baru, ngelunjak lagi…. #Hehe.. gomen..ne…

Happy Reading

Hai, perkenalkan namaku Hinata. Hari ini aku memulai rutinitasku seperti biasa, sekolah di KHS (Konoha High School), sekolah elit yang damai dan mempunyai tali kebersamaan yang erat. Namun tidak dengan ku, aku selalu berangkat sendiri, istirahat sendiri, pulang pun aku sendiri. Entah mengapa, aku tidak bisa begitu dekat dengan teman sekelasku, bahkan semua orang. Aku tidak tahu apa karena sosialisasiku yang buruk, atau aku aneh karena aku selalu sendiri, atau karena…tidak bisa percaya pada mereka. Entahla… Selalu berjalan sendiri, dan berprinsif aku bisa walau sendiri. Namun aku salah, kadang aku tersiksa dengan kesendirian ini, kesepian dan selalu sunyi.

Sendiri…sendiri… dan sendiri, itulah yang selalu kualami setiap hari bahkan setiap waktu. Kadang aku begitu malu, jika aku sendiri. Dan kurasa tentang aku yang sendiri ini bukan lagi hal tabu, namun fakta yang terlihat jelas oleh semua orang. Setiap hari, aku selalu berdo'a 'Tuhan, tolong kirimkan aku soulmate…ya, seorang saja, cukup satu orang dan aku akan sangat bersyukur padamu'. Namun, kurasa semua itu belum terkabul sampai sekarang,haha…

Semua orang yang kulihat selalu mempunyai soulmate, Ino dengan Sakura, Tenten dengan Matsuri, Karin dengan Temari, Gaara dengan Naruto, Shino dengan Kiba, dan masih banyak lagi… Namun aku,.. dengan siapa?. Aku pernah berusaha untuk mendapatkan apa yang disebut soulmate, namun soulmate itu dimana-mana berpasangan, seperti malam dengan siang, tangan kiri dengan tangan kanan, bahkan sepasang mata ataupun telinga… seperti yang kukatakan tadi, soulmate itu berpasangan. Jadi, akhirnya aku akan tetap tersingkir dan… sendiri.

Bruukk

"Itai…." Seseorang menabrakku.

"maaf," ujar seseorang itu datar yang entah siapa.

"Ya, tidak apa-apa," jawabku juga dengan nada datar –bukan, namun karena itu yang selalu terjadi jikalau aku sedang sedih atau…

"hn,"

Aku berdiri dan menatap siapa orang yang menabrakku, seorang laki bermata onix yang indah –sejak aku selalu sendirian onix, serupa hitamlah warna yang kusukai. Bukankah itu warna yang tepat untuk lambang kesendirian?-

Dia berlalu meninggalkanku yang masih mematung dengan bola mataku yang masih setia menatap kepergiannya, hingga ia hilang dibalik tikungan. Aku pun melanjutkan langkahku kembali menuju perpustakaan, tempat sepi yang bisa kujadikan tempat untukku mencurahkan segala ekspresi kesedihannku selain buku…

Bel tanda pelajaran pertama akan mulai pun berbunyi, aku pun bergegas pergi ke ruang kelas yang aku tak sukai.

"Hallo, semuanya…" sapa seorang guru matematika berambut putih, Hatake Kakashi.

"Hai, sensei…" jawab kami serempak.

"Baiklah langsung saja. Kita kedatangan siswa baru,.." ujar Kakashi-sensei.

Dapat kudengar bisik-bisik anak-anak kelas tentang seseorang yang akan menjadi siswa baru di KHS ini, ada yang berharap ia tampan, cantik, kaya, atupun hanya penasaran saja.

"Silahkan masuk dan perkenalkan dirimu, Uchiha-san…" ujar Kakashi-sensei mempersilahkan siswa baru itu.

Masuklah seorang siswa berambut emo dan bermata onix. Tunggu! Bukankah ia yang menabrakku tadi…

"Uchiha Sasuke. Dari Suna High School, salam kenal…" ucapnya singkat sembari membungkuk 45 derajat.

"Baiklah, Uchiha. Kau duduk disebelah Hyuuga. Hyuuga angkat tangannmu!" Aku pun mengangkat tanganku, dan Uchiha Sasuke perlahan menghampiriku dan mendudukan dirinya dibangku sebelahku. Semua siswi merutuk kesal dan kecewa, namun aku hanya bersikap biasa, aku bahkan tak tahu apa yangmereka inginkan. Sebelum Uchiha itu mendudukan dirinya, aku dapat melihat ia menatapku dengan pandangan datar, dan akupun begitu… aku juga menatapnya datar.

Istirahat pun tiba. Hari ini sama seperti biasa aku akan pergi keperpustakaan, bukan untuk bergumul dengan buku namun menikmati kesendirianku lagi –haha,.. bahkan sekarang aku sudah bilang aku menikmati ini-

Huh, aku menghela napas berat, melihat mereka dari balik jendela perpustakaan. Sejujurnya aku juga ingin seperti mereka tertawa, makan, mengobrol, dan pergi jalan-jalan bersama. Bibirku membentuk seulas senyum tipis, tanda aku senang melihat kebersamaan seperti itu, namun disisi lain aku juga merasa miris.

"Hyuuga," suara seseorang menyadarkanku dari aktivitas aneh yang kulakukan.

"Ya. Ada apa Uchiha-san?" tanyaku menatapnya kosong.

"Bisa kau carikan buku paket biologi dan kimia, aku kerepotan," Tanyanya, yang lebih tertuju pada sebuah pernyataan.

"Ya," aku pun menunjukannya tempat kedua buku yang dicarinya.

Dia pun mengambil buku tersebut kedalam genggamannya, "Bantu aku merangkum, dan akan aku traktir," ucapnya.

"A-apa?" Tanyaku tak percaya –bukan, karena aku tak mendengar ucapannya.

"Jadi?"

"Y-ya, baiklah," entah mengapa aku justru menuruti permintaannya. Aku tidak tahu apakah ia hanya memanfaatkanku seperti yang lainnya –hanya datang saat membutuhkan- atu apa?. Namun, tidak mengapa, yang penting saat ini aku tidak sendiri.

Kini aku sedang berada di Crisan café, bersama seseorang yang baru beberapa jam lalu ku kenal. Namun, ia berbeda. Entah mengapa…aku tidak tahu lagi apa yang harus aku ungkapkan. Tapi, dia bersamaku.

"Jadi?"

"Apanya?" tanyaku tak mengerti apa yang dimaksud Sasuke.

"Aku bertanya dimana rumahmu?"katanya. "Jangan menatapku sampai kau kehilangan alam sadarmu," lanjutnya datar, namun aku tahu tersembunyi niat menggoda didalam ucapannya itu. Oh, ayolah… kebiasaanku merasakan hal yang dialami orang lain dan menganalisanya, sepertinya aku benar-benar akan menjadi seorang ahli psikologi yang mengalami hal yang sama dengan pasiennya. Hah, sungguh ironis…

"Di Lavender Complex No. 105," jawabku sembari meletakkan cappuccino ice yang sudah habis aku minum.

Sasuke bangun dari duduknya setelah menyimpan bon pembayaran diatas meja, "Ayo," ajaknya padaku sembari menatapku.

Sungguh, aku sangat senang hari ini, aku benar-benar senang walau tidak tahu apakah ini akan tetap berlangsung atau hanya…untuk saat ini, namun aku tetap bersyukur setidaknya…ya, untuk saat ini.

Aku pun bangun dari tempat dudukku, sama seperti yang Sasuke lakukan dan menghampirinya perlahan.

Greepp

Aku merasakan sebuah kehangatan yang mengalir dari tanganku, kehangatan yang sebelumnya tak pernah aku rasakan –tidak, aku rasa aku pernah merasakannya, namun…kapan?-

Dia,.. Sasuke menggenggam tanganku erat dan menarik lembut diriku. Entahlah… tapi sekali lagi aku katakan, hari ini dengan saksi sang butiran salju pertama yang turun dibulan Desember aku merasa sangat senang –tidak, aku bahagia… ya, aku sangat bahagia… terima kasih Tuhan.