Hibari Kyoya, pemuda tampan berusia 21 tahun, terlihat sedang berjalan menuju ruang kerja ayahnya, seorang direktur suatu perusahaan terkenal. Ia terlihat tenang dan kalem, seperti biasa. Kemeja putih dengan celana panjang hitam tampak begitu sesuai dengan tubuh tinggi semampainya. Ia berhenti sebentar di depan sebuah pintu ganda berwarna hitam, menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Hibari menghela napas pelan, menyiapkan diri sebelum mengetuk pintu dihadapannya.

"Masuk." Terdengar suara berat bernada memerintah dari dalam ruangan.

Hibari membuka pintu perlahan, menampilkan wajah tampan nan dingin turunan ayahnya. Ia menatap lekat ayahnya, sebelum kemudian menunduk dalam dan hormat.

"Apa yang bisa kulakukan, ayah?" Hibari memandang ayahnya.

Direktur tersebut memandang kosong ke arah Hibari. Pandangannya menusuk tajam, seolah sedang menilai dan meremehkan putra bungsunya. Beliau berdehem pelan, kemudian menatap tepat pada iris hitam milik Hibari.

"Kyoya." Panggilnya dingin, ia menatap sebuah foto ditangannya. "Buatlah dirimu berguna." Direktur melempar tatapan memerintah ke arah Hibari.

Hibari Kyoya menatap kosong, palingan hanya kencan biasa atau pacaran dengan anak kolega ayahnya agar bisa mendapatkan keuntungan. Sejak dulu, ayahnya memang sering memaksanya begitu.

"Kau akan menikah dengan pilihanku." Perintah ayahnya.


The Marriage

Chapter one : Big Boss' Plan

Disclaimer : belongs to amano akira-sensei

Pairing : 6918

Genre : romance, dan humor kayaknya

Rating : T

Warning : OOC, OC tanpa nama sebagai bapaknya Hibari yang gak akan muncul lagi, AU, Shonen-ai. Kemungkinan ada typo

don't like don't read *wink


Hibari melangkah keluar dari kantor ayahnya dengan tenang. Agak kesal karena ayahnya sedang 'menjualnya' lagi. Menghela napas perlahan, Hibari memutuskan untuk pulang. Lagipula, semua urusan soal pernikahan sialan ini akan diurus ayahnya, beliau tidak ingin Hibari mengacaukan apapun rencananya. Ayahnya sudah menjelaskan kalau Hibari hanya tinggal tanda tangan surat coretkontrakcoret nikah bodoh itu besok. Saat hendak berbalik, ia mendapati seseorang dengan wajah sama persis dengannya sedang menatapnya tajam.

"Nii-san? Kenapa kau ada disini?" Hibari menatap heran kakaknya yang berusia 6 tahun lebih tua darinya. Kakaknya, pemuda dengan rambut platinum blonde dengan mata biru itu menatap Hibari, terus menatapnya hingga pemuda berambut hitam yang ditatap pun merasa kesal dan bosan. Hibari berbalik, memutuskan untuk meninggalkan kakanya yang diam mematung.

"Apa yang diinginkan brengsek itu kali ini?" suara dingin Alaude –kakak hibari- memecah udara. Suara rendah dan dingin itu terdengar sedang menahan amarah. Hal tersebut sukses membuat Hibari mengurungkan niatnya untuk pulang kerumah, menatap kembali ke arah kakaknya.

Hibari terdiam, ia bingung. Alaude adalah orang terpintar yang pernah Hibari temui, yang tahu dimana letak kebohongan pada topeng datarnya. "Bukan apa-apa." Hibari memutuskan berdusta lebih baik, daripada ia jujur dan kakaknya menanggung akibatnya. Ia hanya tak ingin kakaknya terlibat adu mulut (dengan tinju) bersama ayahnya yang terkenal sadis tersebut.

Alaude menatap nanar adiknya, adik kesayangannya. Ia tahu bahwa Hibari berbohong, ia selalu tahu. Hanya saja, kali ini Hibari menatapnya dengan pandangan khawatir, ia tahu maksudnya. Mereka –Alaude dan Hibari- mungkin memang memiliki ibu yang berbeda, tetapi hibari tetaplah adiknya, satu-satunya keluarganya yang tersisa. Alaude tidak pernah menganggap 'orang itu' –atau 'brengsek itu'- sebagai ayahnya. Ia sangat membenci apa yang telah ayahnya lakukan kepada adik semata wayangnya. Yeah, ayah mereka memperlakukan Hibari hanya sebagai alat untuk bertukar saham di perusahaannya. Ayahnya sering memaksanya untuk berkencan atau pacaran dengan orang yang tidak Hibari kenal sama sekali, sejak SMP. Tapi kali ini dia sudah bertindak keterlaluan, ia memaksa Hibari menikahi orang yang namanya saja ia tak tahu. Hibari tampak pasrah (karena menolak tak ada gunanya, kecuali untuk membuat lebam di wajah, fyi), kelihatannya ia benar-benar masa bodoh dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.

"Kau tahu Kyo-"

"Aku tahu." Hibari memotong kata-kata kakaknya, ia tidak ingin melihat raut sedih terpajang di wajah kakaknya yang ganteng (mereka berdua brother-complex, haha). "Nii-san akan selalu melindungiku sampai kapanpun, Nii-san akan selalu menyayangiku sampai kapanpun. Tapi aku memang baik-baik saja Nii-san, kau tahu. Kau tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja." Hibari tersenyum, berusaha meyakinkan kakaknya.

Alaude menatap tak yakin, adiknya terus saja berbohong. Tidak ada yang 'baik-baik saja' ketika dinikahkan dengan orang asing secara tiba-tiba. Hibari hanya tak ingin dia terluka karna membelanya dihadapan ayahnya yang keji. Ia menghela napas panjang, berusah menenangkan dirinya sendiri, ia berusaha meyakinkan dirinya. Dia mengelus lembut surai hitam Hibari, menepuk-nepuknya perlahan dengan penuh kasih sayang.

"Baiklah." Ia tersenyum lembut, senyum yang hanya ia perlihatkan untuk adiknya, hanya untuk Kyoya kesayangannya.

Hibari mendongak, menatap kakaknya yang sedang tersenyum sambil mengelus kepalanya (kakaknya selalu kelihatan lebih ganteng kalau sedang tersenyum). Merasa yakin kalau tidak akan ada masalah antara ayah dan kakaknya, Hibari balas tersenyum. Kakaknya selalu membuatnya merasa aman. Mereka saling membutuhkan, diantara ayah gila yang hobi melakukan kekerasan.

"Kalau begitu aku pulang duluan Nii-san." Hibari melangkah menjauhi kakaknya, ia melambai ringan ke arah kakaknya, senyum tipis menghiasi wajah tampannya. Alaude balas melambai, menatap kosong punggung Hibari yang mulai berbelok di koridor. Alaude menghela napas, berat. Ia tersenyum pahit.

"Alaude?" Sebuah tangan famililar menyentuh pundaknya, terkesan khawatir. "Kau menghela napas loh, ada apa?"

"Ayahku menjual adikku demi saham." Alaude menunduk, menghindari tatapan kaget dan cemas dari temannya yang seorang musisi. "Ayo kita pergi."


Hibari menghempaskan dirinya ke sofa. Ruangan yang asing, pikirnya. Tadi saat ia baru sampai parkiran, sekretaris ayahnya meneleponnya. Dia mengabarkan bahwa barang-barang milik Hibari sudah dipindahkan ke apartemen lain, beserta surat nikah sialan yang harus ia tandatangani. Dengan penuh kekesalan, ia pergi menuju apartemen barunya (lebih mewah daripada yang ia tinggali sebelumnya bersama Alaude). Dia sudah mengirim pesan singkat pada kakaknya, mengabarkan kalau ia pindah dan agar sebaiknya kakaknya tidak bertanya apapun pada ayah. Ternyata ayahnya telah merencanakan ini semua dari jauh-jauh hari. Ayahnya membeli apartemen ini, membuat surat nikah, dan tinggal memaksanya di hari terakhir agar ia tidak bisa menolak. Kalaupun ia menolak, ayahnya tinggal menghajarnya dengan benda terdekat agar keinginannya dituruti. Kejam, memang. Karena itulah ia jadi seperti ini, ayah yang payah.

Hibari bangkit dari acara tiduran-di-sofa-nya. Ia lelah, ia berdiri dan memutuskan untuk tidur sebentar. Ia menyambar koper hitam miliknya (yang ditaruh antek-antek ayahnya) di dekat pintu masuk. Saat ia hendak berbalik ke kamar, ia mendengar suara pintu dibuka. Harusnya hanya dia yang mengetahui password kamar apartemen ini.

"Oh? Halo." Seringai brengsek dari makhluk-tak-dikenal menyambut dirinya. Orang dengan surai kebiruan tersebut berdiri di depan pintu, dengan sebuah koper berwarna biru disampingnya.

Hibari menatap datar orang itu. Apa-apaan dia? Dandanannya seperti mafia, kemeja putih, jas hitam, celana hitam, sepatu hitam, dasi hitam, bahkan kacamata hitam. Orang bodoh macam apa yang memakai kacamata hitam di dalam ruangan? Pikir Hibari.

Kau salah Hibari Kyoya, orang itu tidak dalam ruangan karena tatapan tajammu menghalangi pintu masuk -_-


"Aku Rokudo Mukuro. Kufufu~" kata makhluk tersebut yang mengenalkan diri sebagai Mukuro. Bahkan suara tawanya aneh, seenaknya saja dia masuk kemari, pikir Hibari. Ia masih mengata-ngatai orang tersebut dalam hati, asal kau tahu -_-

"Sudikah anda memberi tahu namamu pada hamba yang telah jatuh cinta padamu, tuan putri?" Mukuro menyeringai ganteng sambil duduk bersimpuh dan meraih jemari lentik Hibari.

Merasa jijik dengan makhluk mesum di depannya, Hibari menyentak tangannya, oh, dan ditambah bonus lutut-dihantam-ke-dagu dengan sangat keras. Membuat Mukuro sukses tiduran di lantai dengan dagu membiru. Hibari mendengus sebal, dia mengangkat sebelah kakinya untuk menendang orang bodoh dihadapannya. Apa dia ini tolol? Apa dia pikir karena dia punya muka ganteng jadi bisa seenaknya? Tunggu dulu, aku tidak baru berpikir kalau dia ganteng kan!? Hibari mengernyit atas pikiran bodohnya.

Belum sempat ia menunaikan niat mulianya (untuk menendang Mukuro), yang bersangkutan sudah bangkit sambil mengaduh pelan.

"Oya oya, sambutan yang tidak biasa." Mukuro bangkit sambil mengelus dagunya, sedetik kemudian dia baru sadar kalau dagunya memar. "Kau membuat daguku yang indah ini memar, princess~"

Hibari menatap tajam orang itu karena menyebutnya princess, dua kali. Demi cowok ganteng beriris heterokrom dari salah satu anime mafia, ia BUKAN perempuan. Sekali lagi, IA BUKAN PEREMPUAN. Uke-ish, mungkin, sedikit. Omong-omong heterokrom, si kampret yang sedang tersenyum mesum ke arahnya juga memiliki iris heterokrom. Merah dan Biru. Apa yang merah itu iritasi gara-gara dagunya kuhantam? Hibari bertanya-tanya dalam hati.

Kan kamu nyerang dagunya, Hibari, bukan matanya -_-

"Oya oya, segitu gantengnyakah diriku sampai-sampai kau tidak bisa berhenti memandangiku? Kufufufufu~" Mukuro memamerkan senyum super-sexy-seme ke arah muka datar Hibari.

Oh mengapa ini kampret pede sekali, Hibari membatin.

Mendengus kesal, Hibari kembali menyeret kopernya dengan marah. Ia berlalu ke arah kamar, membanting pintu dengan keras. Meninggalkan Mukuro yang tersenyum ganteng menatap pintu (calon) kamar (bersama).

"Menarik sekali, Hibari Kyoya. Kufufu~"

Oh agaknya Hibari lupa mengunci pintu.


a/n : halo, ketemu lagi dengan manusia nekat yang masih gaptek di dunia fanfiction ^^ kali ini saya berniat membuat multichap, yaah namanya juga masih baru, jadi harus banyak nyoba kan ? karna itu, seperti sebelumnya, saya minta bantuan senpai dan readers untuk mengoreksi saya ^^ sekalian agar saya tahu kalo fanfict ini layak untuk dilanjutkan atau tidak ^^ ditunggu reviewnya ~