(Un)Lucky Fate
...
Im Jae Bum & Choi Young Jae
Mark Tuan & Park Jin Young (Jr)
...
Jackson Wang
Bambam
Kim Yu Gyeom
Min Yoon Gi (Suga BTS)
...
Hurt/Comfort, Romance, Family, Friendship
...
THIS IS YAOI FANFICTION
Typo everywhere~
All Author Pov
PRANG!
BRAK!
" Kau ini bodoh atau apa?! Sudah ku bilang jangan terlalu panas! " suara itu menggema di seluruh penjuru kantin salah satu Universitas terbaik di Korea.
Seorang namja dengan balutan jaket kulit hitam sedang duduk di salah satu bangku kantin bersama dengan tiga orang temannya yang lain. Kentara sekali jika namja tampan itu sedang marah jika dilihat dari wajahnya, dan jangan lupakan bentakkan serta pelemparan gelas itu. Dihadapannya berdiri seorang namja berwajah manis dengan kacamata yang membingkai matanya.
Si manis yang menjadi korban hanya diam menunduk sambil meremas ujung sweater yang dikenakannya. Tidak ada yang membantu, semua mahasiswa relalu takut untuk ikut campur tangan.
Masalahnya, yang sedang marah saat itu adalah Im Jae Bum. Seorang namja tampan yang berpengaruh di Universitas itu. Ayahnya merupakan penyumbang dana terbesar disana. Siapa yang berani melawannya? Melawannya sedikit saja, maka akan menjadi samsak tinju untuknya, belum lagi bahan bully-an. Oh tidak ada yang sanggup membayangkannya.
" M-maafkan aku. Aku sudah bilang a-agar menyeduhnya dengan air yang.. tidak terlalu panas. "
Dan itu adalah suara si manis Choi Young Jae. Mahasiswa yang baru enam bulan menginjakkan kakinya di Universitas tersebut. Baru sebentar menjadi mahasiswa, tapi sudah menjadi sasaran pem-bully-an Im Jaebum. Ia sendiri bahkan tak tahu apa salahnya. Seingatnya dia sama sekali tidak pernah berbuat salah ataupun mencari masalah dengan senior temperamennya itu.
Jae Bum berdecih pelan.
" Bukankah sudah ku bilang juga agar kau yang menyeduhnya? Kenapa tidak kau lakukan?! "
Remasan pada ujung sweater itu makin mengerat. " Shin a-ahjumma bilang.. "
" Kau terlalu banyak alasan rupanya. Yah! Nawa! " Jae Bum menyuruh Young Jae mendekat padanya melalui gerakkan jari telunjuknya.
Young Jae tidak tahu harus berbuat apa. Ia takut untuk melangkah mendekat pada Jae Bum. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Dalam hati ia berdoa agar ada seseorang yang menyelamatkannya dari amukkan Jae Bum.
" Oh begitu. Baik. Aku yang akan mendekat. "
" Jae Bum-ah.. "
" Jangan mencoba menahanku Jin Young. "
Ia mulai melangkah. Mendekati si manis tanpa mempedulikan wajah khawatir dari sahabatnya.
" Choi Young Jae. Cih. "
Kepalan tangan itu siap untuk memukul wajah manisnya. Young Jae hanya bisa menutup kedua matanya –pasrah-.
Bugh
Young Jae mengernyit saat tidak merasakan sakit apapun pada wajahnya. Tapi kedua telinganya mendengar suara debaman dan sedikit pekikkan dari mahasiswa yang lain.
Perlahan-lahan ia membuka matanya. Membelalak ketika mendapati salah satu senior yang dekat dengannya tersungkur tepat di depannya.
" Hyung! "
Young Jae berjongkok dan membantu seniornya untuk berdiri.
" Hyung gwaencanha? " ia bertanya dengan nada yang sangat khawatir.
Namja itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya pertanda baik-baik saja.
" Gwaencanha. Jae Bum-ah, ada apa lagi ini eoh? "
Dengusan kasar terdengar. Jae Bum menatap tajam orang itu. Ia bersidekap dan memasang wajah angkuhnya.
" Kau selalu mengacaukan semuanya hyung. " ucapnya datar.
" Dengar. Aku akan mengacaukan apapun itu yang menurutku salah untuk dilakukan. Dan kau pikir apa yang sedang kau perbuat saat ini eoh? "
Jae Bum mengedikkan kedua bahunya. " Memang apa yang ku perbuat? Aku hanya mencari kesenanganku seperti biasa. Lalu kau datang mengacaukannya. "
" Mwo? Mem-bully dan menghajar seseorang itu yang kau sebut bersenang-senang? Im Jae Bum kau- "
" Yoon Gi-ah. Sudahlah. Lebih baik kita ke ruang kesehatan dan mengobati lukamu. Sudut bibirmu sobek karena pukulannya. " seorang yang lain berucap. Memotong perkataan Yoon Gi.
Dan demi apapun, Jae Bum sangat tidak menyukai orang itu. Melihat wajahnya membuat Jae Bum sangat ingin meninjunya. Entah kenapa ia merasa orang itu selalu mencari perhatian pada semua orang yang ada di Universitas itu.
Yoon Gi menghela nafas pelan. Ya lagipula berbicara panjang lebar untuk menasihati Jae Bum sama sekali tidak berpengaruh apapun.
Ia menepuk pelan lengan Young Jae yang masih memegang lengannya.
" Young Jae, kau kembalilah ke kelasmu. "
" Anya. Young Jae akan ikut dengan kita. Tangannya berdarah. Kajja. "
Young Jae mengangguk. Dan mereka mulai melangkah. Meninggalkan Jae Bum dengan amarah yang siap meledak kapanpun.
.
.
.
Young Jae meringis sakit saat kapas yang sudah dibasahi alkohol menyentuh tangannya. Luka goresnya lumayan panjang.
" Apha? "
" Ne. "
" Tahanlah sebentar saja, oke? "
" Y-ye sunbaenim. "
Yoon Gi yang memang sudah di obati lebih dulu menghela nafasnya pelan. Ia duduk di atas kasur pesakitan sambil bersedekap.
" Ah jinjja. Young Jae-ah, kenapa kau sama sekali tidak pernah mencoba untuk melawannya? "
Mendengar pertanyaan itu, Young Jae menundukkan kepalanya.
" Kau tidak berani padanya? " pertanyaan lain terlontar.
Kedua mata yang jernih itu menatap tangannya yang masih di obati.
" Ne. " ia menjawab dengan lirih.
Mark – orang yang sedari tadi mengobati tangannya- menaruh kapas yang sudah berhiaskan sedikit noda darah, dan beralih mengambil plester.
" Young Jae-ah. Apa yang kau takutkan darinya? Kau bisa melawannya jika dia sudah bertindak jauh. " Mark menjelaskan sambil menempelkan plester tersebut pada luka goresan di tangan Young Jae.
"Aku- "
BRAK
" YOUNG JAE HYUNG! "
Ke enam pasang mata itu menoleh serentak pada pelaku pendobrakkan pintu. Seorang anak lelaki tinggi sedang berjalan cepat ke arahnya dengan raut wajah khawatir.
" Hyung! gwaencanha? Eodi apha? "
" Anya, gwaencanha Yu Gyeom-ah. "
" Aigo! Hyung tanganmu terluka! Jinjja! Apa lagi yang dia lakukan padamu? Marhae hyung. Akan ku cabik dia sampai tidak bisa bernafas! "
Young Jae mencebikkan bibirnya.
" Kau yakin bisa mencabiknya? Hey lihatlah, tanganku saja sudah seperti ini karena terkena pecahan gelas yang dia lempar. Apalagi dirimu huh? "
Yoon Gi dan Mark yang mendengar itu tertawa pelan. Dua junior mereka ini terlihat sangat lucu.
" Eo? S-sunbaedeul. A-annyeong haseyo. " Yu Gyeom membungkukkan badannya sopan.
Kedua kaki Yoon Gi melangkah mendekat pada Yu Gyeom. Sementara yang di dekati hanya menelan ludahnya gugup.
Oh ayolah. Yoon Gi itu kakak sepupu Jae Bum. Biarpun Yu Gyeom tahu jika Yoon Gi juga kesal karena tingkah adik sepupunya itu, tetap saja dia takut. Mereka bersaudara, tidak menutup kemungkinan jika Yoon Gi akan memarahinya karena omongannya tadi.
" Hey, jika kau ingin mencabiknya, beritahu aku. Supaya aku bisa membantumu. " kalimat itu yang di dengar olehnya.
Yu Gyeom membelalakkan kedua matanya. " Ne?! A-ah, sunbaenim kan.. "
" Wae? Ck. Jangan karena aku ini saudaranya jadi kau pikir aku akan memarahi siapapun yang mencelanya. Ah jinjja. Aku juga sangat ingin memukulnya jika kau ingin tahu. " Yoon Gi berbicara dengan wajah kesalnya.
" Benarkah? Woah! Kalau begitu ayo kita buat rencana balas dendam untuknya. Ugh! Aku ingin sekali menendangnya. Tidak! Bukan hanya sekedar menendang. Aku ingin sekali mematahkan kedua tangannya yang sudah membuat banyak orang tersakiti. Oh! Dan juga lidahnya. Aku akan memotongnya agar si brengsek itu tidak bisa berbicara dengan kasar lagi. " ucap Yu Gyeom dengan semangatnya.
" Wuah. Terdengar sangat mengerikan. Tapi mungkin itu ide bagus. "
Dan suasana mulai menyenangkan karena kedatangan Yu Gyeom. Anak itu benar-benar bisa membuat semua orang senang berkat keceriaannya.
.
.
.
Young Jae melangkah pelan keluar dari gedung Universitas. Kedua tangannya mencengkeram erat tali ransel yang dipakainya. Kelas sudah selesai satu jam yang lalu. Namun tugasnya yang sedikit menumpuk mau tak mau harus membuatnya berkutat di dalam perpustakaan untuk mencari buku referensi.
Tidak mungkin kan ia membeli buku. Uang hasil kerja part time-nya saja hanya cukup untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari. Beruntung saja ia mendapatkan beasiswa full. Kalau tidak, entahlah apa yang harus diperbuatnya.
" Eoh? "
Ia mengernyit bingung ketika mendapati Mark berdiri diluar gerbang Universitas. Bersandar pada motor yang sering dikendarainya. Mark tersenyum dan melambai padanya.
" Sunbae belum pulang? " Young bertanya setelah tepat berdiri di depan senior tampannya itu.
Mark menggeleng. Ia mengambil helm berwarna hitam yang sedari tadi diletakkan diatas motornya.
" Aku menunggumu. " jawabnya. Helm yang tadi diambilnya diserahkan pada Young Jae.
Dengan perasaan bingung Young Jae mengambil helm itu. Ditatapnya Mark dengan heran. Untuk apa menunggunya?
" Aigo.. lihatlah wajahmu itu. Lucu sekali. " Mark tersenyum jahil.
" N-ne? "
" Jangan pasang ekspresi seperti itu. Aku bisa saja mencubit kedua pipimu disini. "
Young Jae menggeleng pelan. Berusaha mengubah ekspresinya. Tidak ingin kedua pipi chubby-nya menjadi sasaran cubitan Mark. Lagipula ia bingung. Kemana sifat dingin dan irit bicaranya seorang Mark Tuan? Senior yang selama ini selalu dipuji-puji oleh para mahasiswa perempuan di Universitas mereka. Kenapa hari ini terlihat berbeda sekali.
" Aku akan mengantarmu hari ini. " ucapan itu membuat lamunan Young Jae buyar.
Melihat Mark yang sedang menggunakan sarung tangan dengan kedua matanya yang membulat lucu dibalik bingkai kacamata.
" Y-ye? Mengantarku? W-wae kapjagi? "
Mark memicingkan kedua matanya lalu bersidekap. " Wae? Shireo? Ah, padahal aku sudah menunggumu selama dua jam. Kau tidak tahu kaki ku pegal sekali dan rela terkena sinar matahari yang terik hanya demi menunggumu? Jahat sekali. "
Dengan berpura-pura Mark memperlihatkan ekspresi sedihnya.
" Ah! Anya anya sunbaenim. Bukan begitu. H-hanya saja.. aku harus pergi ke tempat part time dulu. A-aku harus bekerja. " Young Jae menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Bingung harus bagaimana.
Sunbae yang biasanya terlihat diam dan tidak terlalu dekat dengannya ini sekarang bersikap manis seperti ini padanya.
" Geurae! Aku akan mengantarmu kesana lebih dulu. Sekarang pakai helm itu. Dan tidak ada bantahan apapun. "
Mark memakai helm miliknya dan mulai menaikki motor. Young Jae hanya bisa mengikuti perintah Mark. Kedua matanya memperhatikan Mark yang sedang menyalakan mesin motor.
Entah perasaannya saja, atau memang Mark terlihat sangat keren jika sudah menaikki motor sport-nya.
" Naiklah. Dan jangan lupa berpegangan. Aku bukanlah pengendara yang baik. "
Young Jae mengangguk. Ia menaikki motor itu lalu memegang kedua pundak Mark dengan sedikit ragu. Dia tidak tahu saja Mark terkekeh pelan dibalik helmnya.
Dan motor itupun melaju, membelah jalanan Seoul menuju cafe tempat Young Jae bekerja part time. Sepertinya mereka tidak mengetahui sepasang mata sudah menatap mereka dengan kedua tangan terkepal dari dalam gedung Universitas.
.
.
.
" Jeongmal gamsahamnida.. sunbaenim " Young Jae menyerahkan helm yang tadi dipakainya pada Mark.
Mark membuka kaca helmnya dan tersenyum. " You're welcome~ " ia menjawab sambil mengambil helm tersebut.
" Hm.. aku masuk dulu. Annyeonghi gaseyo. "
Namun baru saja Young Jae berbalik untuk masuk ke cafe, Mark sudah menginterupsinya lebih dulu.
" Panggil aku hyung mulai hari ini. "
" Mwo? "
Mark kembali menyalakan mesin motornya dan tersenyum. " Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok. "
" Geundae sun-subaenim! " Young Jae memanggil Mark yang sudah lebih dulu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.
Young Jae menghela nafas pelan. Ah sudahlah. Daripada memikirkan tentang ada-apa-dengan-Mark-hari-ini dan lainnya, lebih baik ia masuk dan segera mengganti pakaiannya dengan seragam part time.
" Oh Young Jae-ah! Untung saja kau sudah datang. " salah seorang teman kerjanya berseru.
Yeoja tersebut memeluk nampan bulat yang dibawanya.
" Wae? Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu? Terjadi sesuatu? " tanya Young Jae khawatir.
" Eoh! Ah jinjja michigetda! Young Jae-ah, sekarang cepat pakai seragammu dan layani pelanggan meja nomor dua puluh lima yang ada di lantai dua. "
Young Jae sedikit heran dibuatnya. " Bukankah itu juga bisa kau lakukan? Aku bahkan baru sampai. Setidaknya biarkan aku bernafas sejenak dulu. "
" Aish! Jika itu bisa ku lakukan, maka akan ku lakukan dari tadi. Tapi masalahnya pelanggan ini hanya mau dilayani olehmu saja. "
Ia mengarahkan telunjuk pada wajahnya sendiri. " Aku? Kenapa harus dilayani olehku? Apa dia mengenalku? "
" Ah molla! Tapi mungkin dia memang mengenalmu. Sudah tiga orang pelayan yang datang untuk melayaninya, tapi dia tetap mau dilayani hanya olehmu. Dia bahkan bilang akan mengacaukan tempat ini jika kau tidak datang dan melayaninya. Yah! Palliwa! "
Karyawan wanita itu menarik tangan Young Jae menuju ruang ganti karyawan pria dan meninggalkannya.
Tak mau berlama-lama, Young Jae dengan cepat mengganti bajunya. Tidak ingin terjadi keributan di dalam cafe. Bisa-bisa dia dipecat.
Setelah lima belas menit ia mengganti pakaian, Young Jae mengambil peralatan untuk melayani pelanggannya. Tapi kemudian ia menghentikan langkahnya sejenak ketika melihat dari anak tangga, siapa yang menjadi pelanggannya hari ini.
" Im Jae Bum.. " lirihnya.
Tangan kanannya yang memegang note kecil mengerat. Kenapa bisa Jae Bum mengetahui tempatnya bekerja part time? Apa yang akan dilakukannya kali ini? Apa dia akan membuat dirinya dipecat? Oh semoga saja tidak.
Dengan memeberanikan dirinya, Young Jae kembali melangkah mendekati meja yang ditempati Jae Bum.
" A-annyeong.. haseyo. Ada yang.. bisa saya bantu? "
Suara Young Jae membuat Jae Bum mengalihkan perhatiannya. Ia meraih buku menu yang disiapkan dan mulai melihat-lihatnya.
" Lama sekali kau datang. Jika aku jadi bosmu, sudah ku pecat dari dulu. " Jae Bum berucap tanpa melihat padanya.
" Ma-maafkan saya. "
" Sudahlah. Pesankan aku makanan terbaik disini. Jangan lama. Sudah cukup aku menahan lapar karena lama menunggumu. "
Young Jae membungkuk sopan. Walaupun dalam hati ia merasa kesal dibuatnya. Bukan salah dirinya jika Jae Bum menahan lapar. Tidak ada yang menyuruhnya untuk menunggu Young Jae datang bukan?
" Baiklah.. mohon tunggu sebentar. "
Jae Bum melirik Young Jae yang berjalan menjauh. Ia menyeringai. Kedua matanya berubah menjadi tatapan tajam yang siap membunuh siapapun.
Dua puluh menit berlalu. Young Jae datang dengan menu yang dipesan oleh Jae Bum ditangannya. Ia meletakkan pesanan itu dengan sangat hati-hati. Lalu beralih untuk menuangkan air putih.
Disaat yang bersamaan juga, Jae Bum melihat sekumpulan wanita yang terlihat berada sedang membayar pesanan mereka. Dan saat itu juga sebuah ide terlintas dipikirannya.
" Selamat menikmati hidangan anda, tuan. "
Young Jae berbalik sambil membawa teko kaca yang tadi digunakannya menuangkan air. Bersamaan dengan itu juga, sekumpulan wanita yang tadi dilihatnya berdiri dan mulai melangkah, mereka berjalan lewat di depan Young Jae.
Dengan cepat Jae Bum menjulurkan kaki kirinya, dan..
Dug!
Prang!
" Akh! "
" OMO! YAH NEO! Aish! "
Young Jae terjatuh berkat jegalan kaki Jae Bum. Sementara teko koaca yang tadi dibawanya pecah, dan airnya tumpah mengenai dress salah satu wanita yang tadi menjadi target Jae Bum.
Namja manis itu berdiri. Dia terperangah melihat dress indah itu menjadi sangat basah karenanya.
" A-ah, m-maaf! Maafkan saya. Ah eotteohke? " Young Jae panik.
Wanita tersebut mendelik. Melihat Young Jae dengan rasa amarahnya.
" Hey, kau pikir siapa dirimu yang berani merusak dressku seperti ini hah? Lagipula apa dengan meminta maaf saja kau bisa menggantinya? Lihat! Dressku jadi luntur karenamu! Dasar pelayan tidak berguna! "
Mendengar keributan terjadi, manager cafe tersebut keluar dari ruangannya.
" Ada apa ini? "
" Kau managernya? Ku sarankan padamu agar mencari pekerja yang lebih baik darinya! Lihat ini! Dressku luntur! Ah jinjja! Hey kau! Gajimu pun ku pikir tidak cukup untuk menggantinya, apa kau tahu? Ini sangat mahal! " wanita itu membentaknya.
Oh sungguh Young Jae ingin menangis rasanya. Kedua matanya sudah memerah menahan tangis. Ia bahkan hanya bisa menundukkan kepalanya dan membungkuk berkali-kali untuk meminta maaf. Tapi tetap saja wanita itu memarahinya.
Sementara Jae Bum? Jangan tanyakan dia. Dalang dari semua masalah itu bahkan sedang asyik menyantap makanannya.
" Young Jae-ssi kau ku pecat! " ucapan final itu membuat Jae Bum tersenyum penuh kemenangan.
Young Jae mendongakkan kepalanya. " A-anya jebal, sa-sajangnim. Aku janji tidak akan mengulanginya. Sajangnim kumohon jangan pecat aku. " ia memohon.
" Kau tetap ku pecat. Memangnya apa yang bisa kau lakukan jika nama baik cafe ini sudah kau buat buruk? Tidak ada Young Jae-ah. Sekarang ganti pakaianmu dan keluar dari sini. "
' Choi Young Jae. Akan ku buat kau menderita lebih dari ini. Lihat saja, akan ku buktikan itu. '
To Be Continue...
Hm...
WELCOME I GOT7~~
Apa yang harus author bilang?
Ini fix the 1st Got7 Fanfic-nya author
Okeh! FanFic request-an sebetulnya
Teman fb author ada yang bilang kalau minta tolong bikin ff Got7 dengan pair 2Jae karena ff Got7 di screenplays sedikit
Jadilah author mencari-cari artikel tentang Got7, dan karakter bagaimana yang cocok untuk mereka.
Lalu tadaaaaa~ seperti ini hasilnya, hahaha..
Untuk MY DESTINY-BTS, masih dalam perbaikkan
Maaf lama, karena memang author nulisnya sudah jauuuuuuuuhhhhhhh sekali ^^
Jadi daripada setengah-setengah betulinnya, mendingan author perbaikki sekalian seluruhnya, baru di re-publish.
Hm.. Mungkin besok? Atau mungkin 2 hari lagi, ditunggu saja ^^
Pokoknya dalam minggu ini akan author re-publish!
Sekian cuap-cuap dari author
RnR?
See you in next chapter ^^
