DANGEROUS chapter 1

Kakak, mendekatlah. Kamu masih terlalu jauh. Tidak. Bahkan jika dirimu terpatung di tempatmu, aku tetap tidak bisa menggapaimu. Karena tempatmu, terlalu tinggi...

Raja waktu berdentum menunjuk sudut enam puluh derajat, tepat pukul dua. Sorakan kaum Hawa mulai berdecit di luar sarangku. Jam pulang kurasa lebih awal terasa. Kaki-kaki ringan melangkah santai ke luar, hingga tersisa diriku seorang diri di kelas. Kerumunan kaum hawa itu masih menggerombol setia tepat pada batas penghalau.

Seorang perempuan memisah dari kaumnya, melangkah berat ke arahku. Notabeku yang merupakan kaum Adam membuatnya gugup. Tangan mungilnya menggenggam sebatang coklat berstiker simbol cinta dengan ikatan pita pink yang menghias kelilingnya. Tanggal empat belas februari, aku lupa kalau hari ini adalah hari valentine.

"Reiji, untukmu"

Coklat merah muda kini terpampang di mejaku. Dasar tidak sopan! Ia melagkah pergi tanpa menerima penolakanku. Dan masih ada berisan yang sama sepertinya, pemberi coklat valentine. Helaan nafas hingga bosan kulakukan. Mereka mengantri di depan pintu, layaknya aku adalah mangsa mereka. Rasa jenuh menjalar ke sekujur tubuhku. Menerima sesuatu yang tak kuharapkan terasa mennti kertas bernilai nol.

"Cie..Reiji udah dapet coklat." Aku berbalik memandang sumber suara familiar itu.

Sinar matanya yang menyala telah berhasil memikatku. Surai rambutnya selalu membuatku terpaku. Tak dapat kupungkiri, dialah gadis yang ku sukai. Tapi statusnya, hanyalah teman satu bandku.

"Untukmu."

Kusodorkan padanya, sebuah coklat yang tadi dihadiahkan padaku. Ia memakannya begitu saja, tanpa mempertanyakan perasaanku padanya. Satu persatu kawanku mulai bermunculan di areaku. Kami berlima : Aku; Subaru; Raito; Kanato; dan seorang gadis bernama Yui, membentuk sebuah band bernama Diabolik. Dan karena terbentuknya band ini, aku jatuh cinta dengan Yui.

"Reiji, nanti sore kita ke rumah Kanato. Biasa, kita latihan di sana." Ucap Subaru di sela lamunanku.

Sebuah kutukan karena kelasku terpisah dengan kelas mereka berempat. Konsekuensinya, aku akan terus menjadi orang yang terakhir kali diberitahu akan suatu keputusan mereka. Memang bukan berarti besar bagiku, aku terlalu malas untuk berkomentar akan kebijakan mereka.

"Oh iya, kau harus siap untuk menerima ratusan coklat dari fansmu nanti." Kini, aku tau Kanato ingin memancing emosiku.

Dari awal, aku hanya ingin menerima coklat dari Yui. Dan, di antara kami hanya Kanato yang tau akan perasaanku pada Yui. Candaannya sering membuatku ingin menghajarnya.

"Umm, permisi." Suara tak dikenal merasuk di sela perbincangan kami.

Ia memakai seragam yang sedikit berbeda dengan kami, kurasa ia murid baru. Ia datang di jam pulang sekolah dengan membawa sebuah bungkusan transparan berisi beberapa coklat. Mungkin ia salah satu anggota Diabolikers, klub penggemar kami di sekolah.

"Wah, siapa namamu gadis manis? Mau kasih coklat ke siapa?" Goda Raito sambil merebut bingkisan coklas dari tangan gadis itu.

"Itu untuk kalian semua."

"Hmm, kau pasti penggemar berat kami. Terima kasih,ya." Sambung Kanato.

"Hey! Dia sepupuku tau!"

Aku tersentak mendengar pengakuannnya. Bukan, bukan hanya aku . kurasa seluruh makhluk di kelas ini juga terkejut akan perkataannya berusan. Memang, kami tak mengetahui silsilah keluarganya. Yui, yang tahun lalu notabenya adalah murid baru, tak pernah bercerita apapun mengenai keluarganya. Bahkan ia tak menyebar kabar bahwa sepupunya akan pindah ke mari.

"Iya, benar. Namaku, Cordelia Komori. Aku adalah anak dari bibinya Yui, salam kenal." Ucapnya seraya membungkuk hormat.

"Selamat datang di sekolah baru, wah kau dan Yui kompak sekali, sama-sama murid pindahan. Namaku Kanato Sakamaki. Semoga betah di sini."

"Aku Raito Sakamaki, kakak sepupu Kanato. Salam kenal"

"Aku Subaru Karlheim"

Aku terdiam seribu bahasa. Tak ada niat untuk berkenalan dengan seorang gadis, meskipun gadis itu adalah sepupunya Yui sekalipun.

"Reiji, giliranmu memperkenalkan diri. Kau belum tuli kan? Kau ini kan seorang pianis yang peka terhadap tempo, seharusnya kau juga peka terhadap keadaan'" Tegur Yui yang serasa cambukan lembut bagiku.

"Kau sudah menyebut namaku tadi"

"Reiji!"

"..."

"Ayolah, Reiji. Turuti permintaan Yui. Kau tidak mau aku mengungkapkannya kan?" Ancam Kanato sambil menarik Cordelia ke arahku.

"Jabat tangan sekalian, tidak masalah bukan?" lanjutnya.

Aku benar-benar ingin mengutuknya. Tapi kini,deathglare jituku bahkan tak membuatnya bergeming. Andai saja waktu itu aku tidak keceplosan.

Flashback

"Reiji, ada surat untukmu. Baunya harum sekali, melebihi bunga bangkai!." Kanato berjaln menghampiriku yang tengah asyik membawa cerita adam hawa di sudut perpustakaan.

"Dari siapa?"

"Seorang gadis"
"Buang saja!" Ketusku tanpa memandangnya.

"Kau ini,seharusnya kau lebih menghargainya. Gadis tadi memberikannya dengan tangan bergetar tau. Itu artinya..."

" Bagaimanapun dia tidak sama dengan Yui!" Ceplosku yang mulai terusik akan bujuk rayunya.

"Reiji, kau..."

Flashback off

" Reiji, kenapa malah melamun!?" Yui mengguncang pelan pundakku. Jika saja waktu itu aku tidak bicara sembarangan, mereka takkan bisa memaksaku kali ini.

"Reiji Richter."

-TO BE CONTINUED-