Pemenang
One Punch Man © ONE & Yuusuke Murata
Warn: Pendek. Fokus utama pada Saitama. OOC. Maybe some typo(s).
"Sensei, aku ingin jadi kuat. Kuat seperti dirimu."
Dan Saitama tidak bisa berbohong ada sesuatu dalam suara serak itu yang membuatnya merasa sedikit hancur. Suara itu mengalun terlalu redah (hampir terdengar seperti bisikan selamat tidur yang diucapkan Genos setiap malamnya) dan makin teredam oleh suara hujan yang makin deras. Saitama melirik dari ujung mata saat suara dengung pelan terdengar dari tubuh Genos yang tidak lama kemudian shut down –atau mungkin hanya hibernate, Saitama tidak terlalu mengerti.
Sembari mengumpulkan substansi yang tersisa dari tubuh Genos (kerusakannya kali ini cukup parah, cyborg itu dihajar habis-habisan oleh monster kelabang dan Saitama datang tepat waktu untuk terlambat menyaksikan tubuh robotik itu terbelah dua) Saitama berpikir tentang kalimat yang diucapkan Genos. Ia masih belum habis pikir bagaimana pengangguran yang punya hobi jadi pahlawan bisa dijadikan sebuah panutan? Saitama mendengus sambil memungut lengan kanan Genos yang terjepit diantara runtuhan gedung. Jangan membuatnya tertawa.
Mungkin setelah ini ia akan mampir kekediaman Dr. Stench agar ia bisa memperbaiki tubuh Genos, dan mampir ke super market untuk beli lobak setelahnya (kalau tidak salah baca ada diskon sepuluh persen untuk pembelian lobak hari ini).
Ia meletakan potongan terakhir kedalam jubahnya dan kembali pada Genos. Setidaknya masih terdengar dengungan lemah sehingga Saitama tidak perlu menahan napasnya dan tercekat –dan berlari kekediam Dr. Stench secepat yang ia bisa.
"Kau mungkin tidak benar-benar ingin menjadi seperti diriku." Saitama berjongkok dan memandangi Genos selama beberapa saat sebelum mengangkatnya dengan satu tangan. "Menjadi seseorang yang menyedihkan seperti diriku bukan pilihan, Genos. Dan omong-omong, aku tidak sekuat yang kau pikirkan."
Ada lubang menganga di hatinya yang membuatnya –terkadang– merasa hampa sebagai ganti kekuatan fisik yang melebihi apapun. Mungkin Saitama tidak pernah mengeluh akan hal itu, tetapi sesungguhnya ia benar-benar muak. Ia mungkin bisa mengalahkan monster dengan level Demon dengan sekali tinju, lalu memangnya kenapa?
Karena setelah semua pertempuran yang ia menangkan, Saitama tidak pernah lagi merasa benar-benar menjadi seorang pemenang.
Fin
Karena karakter Saitama tidaklah sesederhana itu. Atau setidaknya begitu menurut saia.
Sekali lagi; karena saya (masih) orang baru, segala macam kesalahan atau apapun itu tolong dimaafkan.
dan uh, nggak Genos nggak mati. Saya belum kuat liat dia mati.
