A/N: ini adalah fic yang saya buat dari manga "Hen Koi! The After School Diary" yang sedikit rombakan berdasarkan imajinasi saya. Saya tidak menggunakannya untuk mencari keuntungan komersial/materil. Hanya menyalurkan imajinasi. Enjoy~


Hen-Koi

by

Aquaflew

.

Fairy Tail (c)Hiro Mashima

Hen Koi! The After School Diary, Yuuhi no Ochiru Jikan (c)Azuma and Tesshin

Warning: AU, OOC, Typo(s), Bad Diction, Mature Content, DLDR dan segala keanehan lainnya yang menyertai

Chapter 1


[Natsu PoV]

Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat menuju Fairy Tail High School. Udara pagi sangat dingin meskipun ini adalah musim panas. Aku memang tidak membawa syal atau jaket tebal, karena aku yakin cuaca akan sangat panas pada siang hari, seperti kemarin. Aku menyentuh perutku yang berbunyi. Aku sedikit lapar. Hari ini aku bahkan mengorbankan sarapan dan susu hangat yang telah di siapkan Kaa-san. Semua untuk mencegah hal itu.

Aku sampai di ruang kelas 2-C yang masih sangat sepi. Tentu saja sepi, kegiatan belajar-mengajar masih akan dimulai 1 jam lagi, orang lain mungkin masih dirumah dan bermimpi. Kelas kami memiliki dua pintu masuk yang terpisah. Pintu bagian kanan yang ketika kau membukanya akan langsung berhadapan dengan meja guru dan papan tulis. Sedangkan pintu bagian kiri adalah pintu yang menuju barisan kursi belakang. Aku membuka pintu masuk bagian kiri. Aku duduk di bangku urutan paling belakang deretan tengah, lalu memeriksa meja dan tempat dudukku. Aku mendengus kesal.

Sial, hal itu terjadi lagi.

"Cih menyebalkan." Aku memandang alat tulis di tanganku yang menjadi kotor dan sedikit berlendir. Tidak hanya itu, kursiku juga ada noda basah dan kotor dengan bau yang sedikit aneh.

Aku menggenggam erat beberapa alat tulis di tanganku dan berpaling menuju pintu keluar. Aku berjalan cepat memburu toilet laki-laki, menyalakan kran air, dan berusaha mencuci beberapa alat tulis ditanganku. Cih, lendirnya sudah sebagian mengering. Mencuci alat tulis membuatnya semakin tidak layak dipakai. Dengan kesal, aku membuang alat tulis itu di tempat sampah dekat pintu.

Sial, sial, sial.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku? Siapa yang menjahiliku? Aku bahkan sudah berangkat pagi agar kejadian ini tidak terulang kembali, tapi ternyata tempat duduk dan alat tulisku tetap saja menjadi kotor. Padahal hari sebelumnya tidak. Ini menjengkelkan.

Sebulan ini, setiap pagi, aku selalu mendapati tempat dudukku bermasalah. Aku tidak tahu ini ulah siapa, yang pasti ini keterlaluan. Seminggu lalu aku mendapati baju olah ragaku terdapat noda yang berbau aneh. Lalu hari berikutnya buku matematika milikku lengket dan lusuh. Beberapa hari kemudian ujung meja dan kursiku terdapat cairan lengket dan noda. Hari ini alat tulisku menjadi kotor dan berlendir. Alat tulis sudah menjadi target berhari-hari, dan aku terus membuangnya karena kotor.


"Gray, pinjami aku pena."

"Hah? Kau ini tiap hari pinjam!" ujar Gray sewot.

"Cerewet. Aku pinjam padamu baru kemarin dan hari ini."

"Nih. Kalau besok pinjam lagi aku tagih uang sewa."

Aku menerima pena dari Gray tanpa menjawab. Malas menanggapi. Meskipun Gray seperti itu, aku tahu dia hanya bercanda. Gray sendiri sudah menjadi sahabat rivalku sejak kecil.

Awalnya aku memperhatikan sensei di depan kelas, tapi kemudian aku memikirkan kejadian pagi ini. Aku, Natsu si pria pembuat onar, setiap pagi mendapati tempat dudukku bermasalah. Ada yang menjahiliku. Aku bisa saja membentak seluruh kelas untuk membuat pelakunya muncul. Tapi pertemuanku dengan Loki kemarin membuatku berubah pikiran…

~Flashback~

"Natsu, kau habis sama cewek mana?"

"Hah?" aku sedang sibuk membersihkan kursi dan sebagian lantai yang kotor. Malas mendengarkan ucapan si jingga playboy, Loki. Topiknya selalu saja tentang perempuan.

"Oi, oi. Nat, cewek mana yang mau denganmu?" pancing Loki.

"Berisik. Aku tidak dengan cewek manapun, sialan." Mungkin aku akan mempertimbangkan bertukar tempat duduk dengan seseorang, untuk membuktikan apakah aku benar-benar dijahili.

"Masa sih, Nat?" Loki mendekat dan mengendus-enduskan hidungnya di dekatku. Ini membuatku mundur akibat risih. "Tapi kau dan tempat dudukmu bau orgasme cewek"

W.T.F

Aku langsung mendongak dan menatap Loki.

"HAH?" si sinting ini ngomong apa sih? Orgasme? Cewek?

Loki tertawa. Mungkin karena melihat ekspresi wajahku. "Iya ini bau cairan cinta cewek. Kau nggak percaya? Aku sudah sering merasakannya," ujar Loki dengan seringai mesum.

Loki mengaduh kesakitan ketika aku menginjak kakinya. Lelucon macam apa ini. Si mesum Loki memang sudah meniduri banyak wanita, tapi mana mungkin ini bau orgasme cewek? Tapi jika ucapan Loki benar, itu berarti ada cewek yang orgasme di tempat dudukku berkali-kali selama satu bulan ini? WTH. Cewek gila mana yang melakukan hal itu?

~End of flashback~

Setelah aku pikir kembali, mungkin saja ucapan Loki benar. Lendir yang sedikit basah itu memang seperti cairan dari alat genital perempuan. Aku tidak begitu yakin, tapi yang membuatku penasaran adalah… Siapa? Apakah salah satu dari para perempuan di kelasku? Tapi perempuan yang ada di kelasku tidak ada yang gila.

"Heartfilia, silahkan jawab soal di papan tulis," suara Sensei di depan menyadarkanku.

"Baik, Sensei," jawab suara lembut di barisan depan.

Aku menatap depan kelas. Seorang gadis berhelaian pirang panjang berdiri dari bangkunya. Gerakannya yang anggun sanggup membuatnya mendapat banyak perhatian. Lucy Heartfilia, gadis yang cerdas dan ramah. Ia menduduki peringkat umum ke dua setelah Levy McGarden. Lucy termasuk dalam jajaran lima gadis populer. Ia termasuk gadis yang paling diincar para laki-laki karena memiliki kepribadian yang ramah dan rendah hati. Selain itu… mungkin karena dadanya yang terhitung besar.

Biang onar sepertiku mengetahui banyak hal tentang gadis? Well, salahkan teman berantemku, Gray dan Loki yang suka sekali menggosip di dekat telingaku. Mereka sangat berisik dan menyebalkan. Gray sudah memiliki pacar, Loki memiliki banyak pacar, dan temanku yang lain, Gajeel, sudah memiliki seorang tunangan. Hanya karena memiliki gadis di samping mereka, aku menjadi bahan ejekan. Well, aku belum punya pacar. Tidak usah ditanya kenapa. Aku hanya merasa belum saatnya.

"Benar sekali jawabanmu, nona Heartfilia. Silahkan duduk kembali" suara Sensei lagi-lagi menyadarkanku.

"Terima kasih, Sensei." Lucy kembali duduk.

Aku menatap punggung Lucy dari belakang, kembali berspekulasi. Tidak mungkin Lucy adalah si pelaku atau gadis gila yang mengotori tempat dudukku. Dia kelihatan normal. Begitu juga dengan gadis-gadis lain di kelas ini.

Aku menatap Lisanna, gadis berambut perak pendek. Gadis itu normal, aku sudah mengenalnya sejak kecil. Dia teman sekolah dasarku.

Lalu aku beralih pada Virgo, cewek berambut pink pendek. Tidak ada yang special, tapi dia normal. Sejauh ini dia normal.

Ada Levy McGarden, cewek pendek yang sedikit cerewet. Dia tunangan Gajeel. Aku rasa dia tidak akan melakukan hal gila padaku.

Erza Scarlet, ketua kelas yang pacaran dengan ketua OSIS sekolah tetangga. Dia memang memiliki kepribadian yang kaku dan tegas, tetapi dia normal. Rasa keadilannya tinggi. Meskipun gadis berambut merah itu paling populer di sekolah, aku dan Gray sering bertengkar dengannya. Sifat disiplinnya sungguh menyebalkan.

Ada satu pelaku yang aku curigai. Cana Albrona. Dia memang gadis aneh dan sedikit vulgar karena sering memperlihatkan belahan dada. Kabarnya dia bekerja di bar pada malam hari (aku mendengarnya dari Loki). Cana mengulang kelas 2 karena sebelumnya sering memiliki catatan buruk. Aku mencurigainya karena sepertinya dia dendam padaku. Ini gara-gara Loki yang menggunakan namaku untuk mengajaknya berkencan, tapi kemudian aku menolaknya mentah-mentah.

Wendi Marvell tidak akan melakukan hal gila. Dia berteman dengan sepupu jauhku, Chelia. Lalu Evergreen, si model pemilik toko kacamata. Dia normal. Meskipun sedikit narsis.

Aku menghela napas. Sepertinya bukan gadis di kelas ini. Atau mungkin Cana. Atau mungkin dugaan Loki salah.


"Aku akan berkencan dengan Aries malam ini." ujar Loki tiba-tiba.

"Terserah," Gray menyahut. Ia masih sibuk melihat ponselnya.

Kami menunggu bus pulang setelah kegiatan club. Kami mengikuti club sepak bola hanya untuk sekedar menyalurkan hobi. Jadi kadang kami berangkat club, kadang tidak. Dan karena tidak keseriusan kami, akhirnya mereka hanya memasukan kami di tim cadangan.

"Hei Gray, dimana Gajeel?" tanya Loki pada Gray. Gray menggeleng tidak tahu.

"Gajeel dengan Levy, tadi dia pamit pulang padaku saat kalian sedang mengambil baju olahraga―"

"Oh, Levy ya… Oi, Nat, mau kemana kau?" Loki menanyaiku saat aku berbalik dan berjalan cepat.

"Aku lupa mengambil baju olahragaku di kelas!" teriakku sedikit menoleh kebelakang. Dan bus yang kami tunggu ternyata datang.

"Maaf kita duluan Natsu, busnya sudah datang!" teriak Gray.

"OKE!" aku mengacungkan jempolku dan mereka melambai dari jauh. Baju olahraga sialan, kenapa aku bisa melupakannya? Aku berlari menuju kesekolah.


Aku berjalan menyusuri sepanjang koridor lantai dua yang sangat sepi. Ini sudah hampir senja dan sebagian besar para murid mungkin sudah pulang. Suasana di sini sedikit horror karena agak gelap. Hanya suara langkah kakiku yang sedikit terdengar.

Saat aku akan mencapai pintu bagian kiri kelas, aku mendengar sebuah suara aneh. Suara yang.. aku sulit menggambarkannya, mungkin seperti orang yang sesak napas. Aku mengintip pada celah pintu geser yang aku buka sedikit, dan aku tidak yakin dengan apa yang aku lihat...

"Hmm…aaaahhh.. la-lakukan.. lebih dalam.. aaah..aaa"

Dalam suasana remang-remang kelas sore itu, seorang gadis yang aku kenal sedang duduk dan meringkuk pada tempat dudukku. Wajahnya yang jatuh diatas mejaku tampak memerah dan mulai berkeringat. Bibirnya mengeluarkan suara desahan yang tertahan sementara hidungnya menciumi bau baju olahraga milikku. Setelah aku perhatikan kembali, celana dalam putih milik gadis itu menggantung di betisnya, sementara lengan gadis itu menyusup dan bekerja diantara pangkal pahanya.

Itu si gadis gila. Tapi dia tidak gila. Dia hanya sedang bermasturbasi di tempat dudukku… Oke, dia sedikit gila.

"Ahh… Natsu.. Natsu.. miliki aku.. Ahhhh.."

Gawat. Dia berimajinasi tentangku. Sialnya, suara miliknya sangat sexy. Aku tidak menyangka dia adalah si gadis gila yang selama ini mengotori tempat dudukku. Dan perbuatan gadis di depanku ini membuat.. milikku tegang.

Gadis itu masih tidak mengetahui kehadiranku yang mengintipnya dari celah pintu. Dia menaikkan sebelah kaki indahnya pada kursi dan membuat rok pendek seragamnya tersingkap. Dari sini aku dapat melihat dengan jelas jari-jarinya keluar-masuk denga cepat memuaskan lubang kewanitaannya. Suara erangan gadis itu semakin terdengar seiring derasnya cairan cinta yang dikeluarkannya.

Pemandangan yang sangat erotis! Tanpa kusadari, aku sendiri sudah mengocok dan memainkan milikku. Celana yang aku pakai sudah terbuka sampai paha. Cairan precum milikku sendiri sudah keluar mengotori lantai. Uhh… aku tidak bisa menahannya..

"Ah. AAH! Natsu.. disitu.. ya, ya, a..ku aaahh… ham…pir..!"

Aku juga. Aku juga hampir klimaks. Kocokan pada batangku semakin cepat. Wajahku semakin mendesak ke celah pintu untuk memperjelas penglihatanku.

Gadis itu menggigit baju olahragaku menahan teriakan keras yang mungkin dikeluarkannya. Aku tahu bahwa itu tanda ia telah mencapai klimaksnya. Cairan cinta gadis itu membanjiri lantai. Ia bergumam entah apa dan mengeluarkan jari-jarinya yang bekerja di antara pahanya. Mulutnya melepaskan baju olagraga milikku dan menggunakannya untuk mengusap cairan cinta yang keluar dari organ genitalnya. Salah satu misteri noda pada baju olahraga milikku terbuka. Noda itu ternyata cairan cinta orgasme perempuan!

Gadis itu memejamkan matanya masih menikmati usapan pada bagian bawahnya. Aku hampir keluar. Hampir. A-akuu―

DRAAAG!

Bruk!

"!"

"Si-siapa disana!?" teriak gadis itu.

". . ."

"Na-natsu-san?"

". . ."

Pintu sialan.

Pintu bergeser terbuka saat aku hampir klimaks. Aku jatuh dengan posisi tengkurap dan kini aku masih membatu. Gadis itu masih tidak mengatakan apapun, jadi aku segera berdiri. Aku tersenyum gugup saat menatap wajah memerah gadis itu. Aku segera menutupi milikku ketika aku baru sadar ia memperhatikan celanaku yang melorot.

"A-anu… I-ini hanya.. A-aku tidak.."

Sialaaaan! Kenapa menjadi gagap begini! Padahal kau itu biang onar, Natsu!

"A-ku . . . !?"

Aku tersentak kaget saat menatap wajahnya yang tersenyum maklum seperti memaafkan dan meminta maaf. Wajahnya semakin memerah menahan malu. Lalu dengan gerakan lembut, gadis itu menyingkapkan roknya agar terbuka. Posisi gadis itu berdiri dengan celana dalam yang menggantung, sehingga kewanitaan miliknya terlihat jelas olehku.

Entah karena terpesona atau karena hal lain, tapi aku memahami maksudnya. Dengan perlahan, aku mendekati gadis itu. Aku merunduk di sekitar kakinya agar aku bisa mencium kewanitaan miliknya...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

milik Heartfilia Lucy..


TBC


Jadi saya lagi senggang dari urusan kampus, terus baca manga Henkoi! ini. Kalau kalian udah 18+ baca aja sih. Atau ada yang sudah membaca? Hahahaha, ceritanya aneh dan lucu sebenarnya. Terus manga 18+ menarik yang sekarang masih aku ikuti itu Death Tube. Ngeri bro.. tapi akunya agak jengkel sama Heronya yang kek sampah haha. Eits, jadi curhat.

Oke maafkan saya sebesar-besarnya karena suka muncul dan hilang sesukanya. Sebagai penulis tentu saja saya suka ketika mendapat banyak review dari yang login/anon. Dan review itu selalu saya baca berkali-kali! Jadi ketika saya tidak bisa membalas review kalian bukan berati saya sombong, saya hanya… kekurangan kuota wkwk.

Gomennasai! Tidak janji updet cepat. RnR, please.. \(*0*)/