'Drap… Drap… Drap'
Langkah kaki terdengar tidak beraturan, dengan langkah yang mengejar dan dikejar. Melewati gang kecil gelap yang minim cahaya, cukup menguntungkan dirinya. Dari kejaran beberapa orang di belakangnya.
'Bruk'
Kakinya melayang cepat kearah belakang. Sebuah pisau, terlempar ke atas melayang tinggi membelah udara malam yang dingin.
Sebuah seringai tipis tercetak jelas menghias wajahnya, dengan tatapan yang meremehkan.
'Bruk… Duk… Brak'
Dengan mengumpulkan kekuatannya di tangannya, ia memanfaatkan untuk memukul beberapa orang yang menghalangi jalannya.
Satu persatu. Orang-orang yang sejak tadi mengejarnya sudah tidak sadarkan diri dengan luka di sekujur tubuh. Menatap tajam sekaligus mendesis tidak suka kearahnya.
"Heh~ Sudah selesai? Padahal aku kira, akan ada permainan yang lebih seru lagi~" ujarnya dengan nada meremehkan.
Kakinya terayun ke depan dan ke belakang, ia duduk di atas tembok dengan tenangnya. Menikmati pemandangan yang tersaji di hadapannya.
"Sial!" desis seseorang yang tengah berbaring dengan luka cukup dalam di tubuhnya.
"Apa kau masih dapat melawanku? Paman?" tanyanya sambil mengangkat sebuah gunting setinggi tepat di hadapan wajahnya.
"Kau-" desis sosok itu tidak suka, saat sadar ia dan kawanannya sudah kalah telak.
Tak butuh waktu lama, suara mobil polisi sudah terdengar dengan kencangnya. Angin bertiup dengan kencang. Meniupkan segala apapun yang ada di hadapannya.
Surai Crimson dengan warna BabyBlue berada di setiap ujung rambutnya, bergerak mengikuti arah hembusan angin.
Maniknya menatap lekat lalu kembali menyeringai tipis.
"Sampai jumpa lagi~ Paman," ujarnya tenang lalu menghilang di antara kegelapan di sebuah gang kecil tanpa penerangan cahaya satupun.
Sosok itu meronta kesal, mengabaikan tubuhnya yang masih merasakan sakit.
"Si-" tubuhnya, masih tidak dapat mendengarkan, "-SIAL!"
.
.
.
KnB Belongs To Tadatoshi Fujimaki
Ansatsu Kyoushitsu Belongs To Yūsei Matsui
FATE Belongs To Farida Lil Safana
.
.
.
"Aku tidak mengerti maksud Tou-sama,"
Manik Heterochrome menatap sosok di hadapannya dengan lekat.
"Aku tau. Jika kau sangat mengerti setiap perkataanku!" balasnya setenang mungkin.
"Benarkah? Coba Tou-sama jelaskan kembali padaku,"
Pemilik surai Crimson mengusap wajahnya frustasi. Ia tidak pernah merasa sekesal ini sebelumnya.
"Aku yakin. Jika Tou-sama akan cepat tua,"
'Brak'
"Akashi Seiya!-" manik Heterochromenya menatap lekat kearah sosok dihadapannya, "-Kau akan di pindahkan ke sekolah yang ada di Jepang. Karna perilakumu yang buruk, kau akan masuk ke dalam kelas E," perintahnya tegas.
Manik BabyBlue bercampur Crimsom itu membulat terkejut.
"Tunggu- Tou-sama. Kau bercanda bukan?" tanyanya terkejut.
"Apakah kau pernah melihat seorang Akashi dalam situasi ini senang bercanda?"
Sosok di hadapannya mendesis kesal, tanda tidak terima.
"Seiya-kun. Kau harus mendengar perkataan. Tou-sanmu," ujar sosok bersurai BabyBlue dengan lembut lalu meminum tehnya dengan teang.
"Kaa-san!" bantahnya tidak terima, "-Kenapa aku harus mengikuti perkataan turunan iblis itu?" Tanya Seiya tidak terima sambil menunjuk sang Ayah yang menatapnya tajam.
"Bagaimanapun juga ia Tou-sanmu. Dan, Sei-kun. Kenapa kau tidak memberitahuku jika Seiya-kun akan masuk ke dalam kelas E?" tanyanya heran.
"Tanyakan saja pada anak kesayanganmu itu, Tetsuya. Sudah berapa banyak pelanggaran yang ia lakukan!" perintah Seijuurou kesal.
"Pelanggaran? Jadi karna itu, ia tidak dapat masuk ke dalam kelas A?" Tanya Tetsuya sambil berpikir.
"Hn, anak ini benar-benar menyusahkan. Dia telah membuat malu nama Akashi! Bagaimana bisa? Seorang Akashi masuk ke dalam kelas yang paling rendah?" desis Seijuurou tidak suka.
Tetsuya menghela napasnya pelan.
"Bagaimanapun juga. Ia adalah anakmu, Sei-kun. Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya! Jika kau tidak boleh menganggu pendidikannya," peringat Tetsuya kesal.
Seijuurou menyeringai tipis.
"Baiklah Tetsuya. Aku akan memberinya keringanan. Dalam sistem pendidikan di sekolah itu. Jika ia dapat masuk kedalam 50 besar. Ia akan masuk ke dalam kelas A. Bagaimana?" Tanya Seijuurou.
Seiya mendesis kecil. Jelas mengerti semua di balik rencana ayahnya kali ini. Ia sangat yakin. Jika ayahnya yang terhormat itu, ingin menjinakkan dirinya di depan sang ibu tercinta.
"Heh~ Baiklah. Itu sangat mudah untuk mendapatkan nilai sempurna. Setelah itu, aku ingin Tou-sama mengabulkanku satu permintaan," tawar Seiya sambil menyeringai tipis.
Seijuurou dalam melihat jelas ekspresi anaknya. Berekspresi datar sama seperti Tetsuya. Namun, menyeringai sekaligus menatap mengintimidasi lawan sama seperti dirinya.
"Harus aku ingatkan satu hal Seiya. Jika kau masih dengan perilaku burukmu. Kau tidak akan bisa masuk ke dalam 50 besar," peringat Seijuurou kembali.
Seiya masih menatap sosok di hadapannya.
"Baiklah. Itu tidak masalah," balasnya tenang.
Baru kali ini, Seijuurou mengutuk ekspresi datar Tetsuya yang turun padanya.
.
.
.
~FATE~
.
.
.
'Drap…'
'Trang'
Langkah kaki kembali terdengar bersamaan gesekan suara sepatu terdengar jelas di sekitar area lapangan.
"Jadi? Dia mengirimmu kembali ke Jepang. Karna kau sudah ketahuan?"
Sosok itu hanya terdiam, sambil memantulkan bola basketnya. Berlari dengan cepat, lalu memasukkan bola basket ke dalam ring.
'Duk… Duk… Duk'
"Kau cepat mempelajarinya ternyata. Tidak salah jika kau seorang Akashi," ujar sosok bersurai NavyBlue geli.
"Ck. Maaf saja, Aomine jii-san. Aku bisa, karna usahaku sendiri," balasnya dingin.
"Hah. Aku tidak akan terkejut saat mendengar suara arogan darimu sama seperti Akashi," jawab Aomine tidak mempedulikan tatapan tidak suka Seiya.
"Aomine jii-san," panggil Seiya tidak suka.
"Ya, walaupun seperti itu. Sayangnya, wajahmu nyaris keturunan Tetsu. Jadi kau tidak pantas memasang wajah garang sedikitpun," balas Aomine lalu tertawa geli.
"Ck. Bilang saja, jika kau ingin mengatakan aku seperti Wanita," tebak Seiya dengan aura mencekam di sekitar tubuhnya, yang mampu membut Aomine bergidik seketika.
"Baiklah, Baiklah. Lupakan saja! Kenapa kau tidak meminta belajar dengan sang Emperor langsung?" Tanya Aomine heran. bukankah lebih baik jika Seiya di ajar oleh Seijuurou sendiri.
Yang catatannya lebih baik darinya. Tapi, jika dipikir-pikir lagi, akan menakutkan jika ada dua Emperor dalam permaiann basket.
"Dia tidak akan mengajarinya-" maniknya menatap malas keseliling lapangan yang terlihat sepi, "-Dan Kaa-san tidak bisa mengajariku," ujar Seiya lelah.
"Kemampuan Tetsu itu unik. Tunggu- kau tidak berangkat ke sekolah?" Tanya Aomine heran saat melihat sosok Seiya yang masih duduk di sampingnya dengan seragam sekolahnya.
"Ah- aku lupa," jawabnya tenang.
"Ck. Cepat pergi sana! Kau sudah melewatkan satu mata pelajaran!" perintah Aomine yang di balas dengan desisan kesal Seiya.
Aomine tertawa pelan saat melihat Seiya yang sudah menjauh dengan menenteng tasnya malas. Antara nita-tidak-niat.
"Heh~ jadi kau ingin menjinakkan anakmu sendiri? Akashi,"
.
.
.
~FATE~
.
.
.
Terlihat, beberapa murid dengan seragam olah raga. Tengah mengasah kemampuannya dalam membunuh. terlihat gerakannya yang meningkat, dalam kecepatan tinggi.
"Kalian harus bisa mengayunkan pisau itu sebanyak 8 kali!" perintah seorang guru dengan tegas.
"baik!"
Maniknya menatap tertarik dengan pemandangan di hadapannya, sebuah seringai tercetak jelas menghias wajahnya. Sesekali Ia akan memantulkan bola basketnya.
'Duk'
Semua murid masih melatih kemampuan mereka, walaupun tubuh mereka yang mulai terlihat lelah.
'Duk'
Bola basket terpantul dengan tinggi melambung keatas.
"Baik. Latihan sampai di sini," ujar guru itu yang di jawab dengan helaan napas lega.
"Hah. Arigatou. Karasuma-sensei," ujar beberapa murid yang kini sudah duduk dengan keadaan tubuh yang lelalh sekaligus basah dengan keringat.
'Duk'
"Fufufufu~ kemampuan kalian semakin lama semakin meningkat. Itu sangat bagus!" puji sosok gruita besar di hadapan para murid.
"Hehehe. Ne, berarti kita bisa langsung mencobanya ke Koro-sensei?" tawar siswi bersurai pirang dengan mengangkat pisai plastiknya tinggi, yang diikuti beberapa murid lainnya yang tengah memasang seringai tipis.
"Sebelum itu-"
'Duk'
"Sensei, akan perkenalkan murid baru di kelas kita," ujar Koro-Sensei emmecah keramaian.
"Heh?" beo semua murid kelas E dengan tatapan heran.
'Duk'
"Nah. Kau bisa ke sini Se-"
'Trang'
Bola basket berwarna Orange melesat sempurna masuk ke dalam ring yang ada di lapangan. Membuat seluruh pasang mata menatap kearahnya dengan tatapan kagum.
"Seiya. Kalian bisa memanggilku dengan panggilan itu. Yoroshiku," sapa Seiya dengan senyuman yang menghias wajahnya.
"Eh? EH?!" pekik seluruh kelas E dengan tatapan terkejut.
"Bagaimana bisa melempar bola basket dari jarak sejauh itu?"
"Sejak kapan ia ada di sana?"
"Hebat!"
Koro-sensei langsung bergerak kearah Seiya dalam kecepatan tinggi.
"Permainan Basketmu sangat bagus. Seiya-kun," puji Koro-sensei yang di jawab dengan senyuman manis.
"Kyaaa!"
"Tampannya!"
"Apakah ia murid baru itu?"
"Hei. Apakah ia seorang artis?"
Okajima terdiam sambil menatap kearah Seiya yang sedang berbicaar dengan Koro-sensei.
"Bagimana bisa-" maniknya menatap berbinar kearah Seiya, "-Ia bisa tampan dan manis di saat bersamaan?" Tanya Okajima dengan drah yang mulai keluar dari kedua hidungnya.
"Ya- Kau benar. Aku baru menemukan sosok pria seperti itu. Di dunia ini," balas Terasaka sambil mengangguk pelan.
Beberapa siswi yang mendengar perkataan Terasaka dan Okajima langsung menatap garang sekaligus merentangkan kedua tangannya, seakan sedang memagari.
"Apa-apaan kalian?! Jangan mendekati Seiya!" perintahnya serempak yang ikuti dengan aura membunuh di sekitarnya.
Okajima dan Terasaka menatap takut kearah siswi-siswi di hadapannya.
Seiya yang tidak tau dirinya sedang dibicarakan masih terus menjawab pertanyaan yang diberikan Koro-sensei padanya, dari pertanyaan yang masuk akal sampai pertanyaan yang tidak masuk akal.
"Lalu, kenapa kau menyembunyikan nama margamu?" Tanya Koro-sensei setengah berbisik yang hanya dapat di dengar olehnya dan Seiya seorang.
"Aku tidak ingin mereka mengetahuinya. Lagi pula, di kelas ini. Sudah ada beberapa orang yang mengetahui nama margaku," jawab Seiya pelan sambil tersenyum tipis saat menatap kearah Nagisa dan Karma yang tengah membicarakan sesuatu.
Koro-sensei tertawa pelan saat mendengar jawaban Seiya.
"Baiklah. Selamat datang di kelas E,"
"Mohon bantuannya," jawab Seiya tenang sambil membungkukkan badannya.
Demi apa dia membungkukkan badannya?
Untuknya, seorang Akashi tidak akan membungkuk pada siapapun. Hanya karna tantangan yang diberikan Ayahnya. Ia akan mengalahkannya, lagi pula. Seiya tidak akan mau jika ia dijinakkan oleh Ayahnya yang dianggap keturunan iblis itu.
Seiya harus berpikir bagaimana cara untuk mengalahkan Ayahnya. Lagi pula, ia tidak ingin Ibunya tercinta terus dimonopoli sama Ayahnya terus. Dan bukan sifatnya untuk selalu bersikap baik pada setiap orang di sekitarnya.
"Seiya," panggil Karma menyadarkan Seiya dari lamunannya.
"Ah. Karma, senang bertemu denganmu lagi," balas Seiya sambil tersenyum.
"Heh~ Coba aku lihat. Seorang Tuan muda tersesat di hutan? Lalu berakhir di kelas E? apa yang sedang terjadi di luar sana? Hm," Tanya Karma geli sekaligus dengan nada jahilnya.
"Banyak sekali, Karma. Kenapa seorang bocak kecil amatiran sepertimu tidak melihat sendiri dunia luar seperti apa," jawab Seiya tenang sekaligus dengan ekspresi datarnya, yang di jawab dengan desisan tidak suka.
Seiya kembali melihat keselilingnya yang terlihat lebih indah dibandingkan sekolahnya yang dulu, yang hanya terlihat gedung-gedung tinggi dengan kendaraan di jalan raya. Langkahnya berjalan kearah pinggir tebing lalu duduk di sana.
"Baiklah. Katakan! Kenapa kau bisa berakhir di sini?" Tanya Karma dengan nada meminta jawaban.
Seiya terdiam sebentar, membiarkan angin yang meniupkan helaian rambutnya. Senyuman menghias wajahnya. Saat ada sepasang mata yang menatapnya, terpesona dengan fisik yang dimiliki Seiya.
"Sepertinya, kau sangat tidak suka aku ada di sini," gumam Seiya dengan nada kecewa.
"Hei," panggil Karma kembali, "-Jika kau sudah pindah ke sini. Apakah dia sudah tau?" Tanya Karma pelan sambil memposisikan dirinya duduk di samping Seiya yang masih kagum dengan pemandangan sekitar.
Seiya menatap Karma, lalu menjawabnya dengan senyuman.
.
.
.
"Nagisa. Apakah Karma dan Seiya adalah teman dekat?" Tanya Kayano penasaran saat melihat Seiya yang sesekali akan tertawa atau Karma menatapnya marah.
"Hm. Mereka sangat dekat," jawab Nagisa setelah mengingat sebentar.
"Lalu, bagaimana denganmu?" Tanya Kayano dengan tatapan berbinar.
"Eh?" beo Nagisa bingung.
"Bukankah kau juga sudah berteman lama dengan Karma? Berarti, kau juga dekat dengan Seiya bukan?" Tanya Kayon semangat.
"Ya. Seperti itulah, aku mengenal Seiya pertama kali dari Karma. Dan kami sudah berteman," jawab Nagisa ragu.
Kayano menepuk tangannya sekali.
"Wah. Pasti menyenangkan sekali bukan? Dapat berteman dengannya," Tanya Kayano ceria.
"Hm, mungkin seperti itu," jawab Nagisa pelan.
.
.
.
Karasuma menatap sosok yang sedang berbicara dengan Karma. Ia tau jika ia selalu mewaspadai keselilingnya, hingga tau siapapun yang ada disekitarnya. Berbeda dengan beberapa saat lalu.
Ia tidak dapat mengetahui keberadaan Seiya yang ada di sekitarnya. Karasuma semakin pensaran dengan sosok itu. Kenapa sosok seperti Seiya berakhir di kelas E?
Itulah yang ada di pikiran Karasuma saat ini.
"Karasuma~ Ayo kita jalan-jalan~" ajak seorang gadis bersurai pirang dengan nada manja seperti biasanya.
"Diam kau! Irina," perintah Karasuma kesal saat mendengar rengekan dari perempuan itu.
Bagaimana tidak?
Hampir setiap hari ia selalu di ganggu dengan wanita itu.
"Aku akan mencari tahunya," gumam Karasuma lalu meninggalkan lapangan dengan otak yang terus berpikir.
Tbc~
(Maaf jika terjadi kesalahan kata/typo dalam penulisan cerita)
Farida Lil Safana~
