BTS fanfiction

Vkook ; Kim Taehyung x Jeon Jungkook

Rainy by raieunix

oneshot; maybe twoshot tho


Taehyung melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah empat dan bus yang seharusnya lewat sejak sejam lalu tak juga tampak. Jam pulang sudah lama berlalu. Ia hanya sendirian duduk di ujung halte mini dekat gerbang sekolah; Sepertinya semua murid telah pulang sebelum hujan deras berlomba-lomba berjatuhan dari langit.

Taehyung meringkuk di bangku kecil yang panjangnya lebih dari satu meter. Pundaknya mengerut, bibirnya mengatup rapat. Ia bosan dengan pemandangan sawah-sawah yang terguyur air hujan di hadapannya, di sebrang jalan.

Taehyung menghela napas bosan.

Menunggu. Salah satu hal yang dibencinya. Berapa lama lagi ia harus duduk di bangku ini, menunggu hujan reda? Taehyung kini tak lagi mengharapkan bus yang kedatangannya entah kapan itu. Ia hanya ingin hujan mereda dan ia bisa berjalan kaki hingga sampai di rumahnya; walaupun terbilang jauh.

Pernah terbesit di pikirannya untuk menerobos hujan. Namun itu merupakan hal bodoh karena ia harus menanggung banyak konsekuensi; tubuh dan buku pelajaran basah kuyup. Taehyung bukan seorang juara kelas ataupun murid teladan, namun ia juga bukanlah seseorang yang tak acuh yang membiarkan buku pelajaran miliknya hancur karena hujan.

Suara cipratan air terdengar seiring langkah-langkah seseorang semakin mendekatinya. Sontak Taehyung mendongak ke arah gerbang sekolah. Saat itulah, ia melihat seseorang berlari-lari kecil dengan tas dalam pelukannya.

Taehyung tak bisa melihat siapa gerangan orang itu karena kerapatan hujan mengaburkan penglihatannya. Tak lama, orang itu telah sampai di ujung halte dengan napas terengah-engah dan seragam yang dikenakannya hampir basah kuyup.

Taehyung mengerjap, memastikan penglihatannya masih berfungsi dengan baik. Tapi tak salah lagi. Seseorang di hadapannya ini ialah Jeon Jungkook, pemuda cerdas yang konon amat dingin dan hanya memiliki beberapa teman.

Sebelumnya mereka belum pernah saling sapa. Hanya sekadar tahu nama dan bisik-bisik orang dari sekitar.

Jungkook melepas blazer seragamnya. Tanpa sadar, bola mata Taehyung terus mengamati Jungkook. Pemuda itu sedang memeras blazer seragamnya sehingga tetesan-tetesan air berjatuhan menimpa lantai batu yang dinaungi kanopi halte.

Jungkook mendongak dengan tatapan tajamnya, membuat Taehyung tersenyum lebar dengan jemari menyibak rambutnya. Membuat Taehyung sedikit salah tingkah karena tertangkap basah mencuri pandang secara diam-diam.

"Um, hei."

Taehyung mencoba menyapa. Jungkook tak peduli. Ia hanya mendengus, menyampirkan blazer pada pegangan kursi halte lalu mengambil tempat duduk di ujung kursi. Mungkin berjarak berpuluh senti meter dari posisi duduk Taehyung.

"Aku Kim Taehyung. Kau Jeon Jungkook, 'kan? Aku tak menyangka ternyata masih ada siswa yang belum pulang. Aku pikir, hanya aku saja haha."

Jungkook menoleh pada Taehyung sekilas. Dengan cepat, kepalanya tertuju lurus. Ia mengalihkan pandangan dari Taehyung.

Lagi. Kedua kalinya Jungkook tak menganggapi.

Kedua kaki Jungkook dientak-entakkan secara asal pada lantai batu yang dipijaknya. Kedua tangannya menyilang di depan dada dan bibirnya menggumamkan sesuatu. Entah itu merutuki hujan kali ini atau itu salah satu caranya mengusir rasa dingin yang merembes dari pakaian yang dikenakannya.

Taehyung mengukir senyum hambar. Ia kini tahu kenapa pemuda di sampingnya ini mendapat julukan gunung es; karena ia juga bisa merasakan sikapnya lebih dingin dari angin yang berembus di sela-sela hujan.

Ketika Taehyung mengamati lamat-lamat ekspresi di wajah Jungkook, dahinya mengkerut. Ekspresi itu bukan ekspresi datar yang sering ia lihat. Taehyung tak bisa menggambarkannya dengan jelas. Namun ia yakin, ekspresi itu menampakkan antara seberkas kegelisahan dan rona merah di kulit pucatnya karena kedinginan.

Ah, kedinginan.

Menepuk dahinya pelan, Taehyung berdiri. Perlahan Taehyung membuka blazer hitam yang dipakainya. Kakinya melangkah hingga berada di samping Jungkook. Badannya sedikit membungkuk untuk menyampirkan blazer-nya pada pundak Jungkook dengan seulas senyuman terukir di bibirnya.

Taehyung mendudukkan dirinya tepat di sampingnya. Jungkook sedikit tersentak. Ia tak menyangka Taehyung akan menyampirkan blazer padanya. Ketika ia menoleh ke arah samping, Taehyung menampakkan cengiran lebar.

Tak mau mendapatkan perlakuan bagai gadis remaja yang butuh pertolongan akibat sekarat kedinginan, tangan Jungkook meraih blazer itu, melepasnya.

"Aku tak butuh ini," ucapnya ketus, sembari berdecak kesal.

Blazer itu kini menggantung di genggaman tangan Jungkook. Taehyung mau tak mau mengambilnya dan—

—tangannya menyelusup ke punggung Jungkook, kembali menyampirkan blazer miliknya ke pundak pemuda itu dengan hati-hati.

Jungkook bergeming di tempat. Ia tak bisa bereaksi sama-sekali ketika kedua tangan itu tetap berada di pundaknya; seolah tak mau mendapatkan perlakuan sama seperti sebelumnya.

"Terimalah, kau lebih membutuhkannya."

Taehyung lagi-lagi tersenyum. Senyuman yang membuat jantung Jungkook berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia merutuk dalam hati karena reaksinya yang berlebihan hanya karena pemuda di sampingnya ini.

Taehyung menarik tangannya dari pundak Jungkook. Ia merasa, Jungkook tak mungkin mengembalikan blazer miliknya. Pandangannya terarah pada jarum-jarum air yang kerapatannya mulai merenggang.

"Hujan hari ini benar-benar deras."

"Hm."

Hanya itu yang keluar dari bibir Jungkook. Kini ia ikut mengamati tetesan-tetesan hujan yang berjatuhan. Hening, tak ada yang membuka suara. Keduanya terhanyut dengan pikiran masing-masing.

Sesekali mereka mencuri pandang satu sama lain. Ketika kedua mata bertemu pandang, Jungkook mengalihkan pandangan. Sedangkan Taehyung terkekeh pelan dan melirik Jungkook yang terlihat salah tingkah.

Kekehannya terhenti, digantikan dengan seulas senyum tipis.

"Banyak orang yang bilang kau itu dingin, asosial, tak berperasaan dan bla bla blah." Jungkook mendengus, pandangannya sedikit tertunduk. "tapi aku tahu kau tidak begitu. Kau juga memiliki ekspresi, namun amat jarang kau tunjukkan, atau mungkin tersamarkan oleh ekspresi datarmu."

"..."

Taehyung kembali melanjutkan perkataannya. "Dan aku menyukai ekspresimu yang terlihat merona begitu."

Jika bisa, jantung Jungkook sudah melompat dari tempatnya ketika mendengar ucapan Taehyung beberapa detik lalu. Tapi ia tak mungkin membiarkan harga dirinya jatuh karena diperlalukan begitu.

Dengan muka agak memerah antara marah dan malu berbaur jadi satu, ia menoleh; hendak menyangkal.

"Aku tidak—"

"Hahahaha lihat! Kau benar-benar imut."

Jungkook bungkam. Ia tak mau melihat Taehyung ataupun menanggapinya. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu menggeleng pelan. Pikirannya kini kacau, hanya karena pemuda di sampingnya. Jadi lebih baik ia mengacuhkan Taehyung dan mendongak untuk menatap langit.

Awan kelabu yang menutupi langit mulai berarak. Hujan deras telah berubah menjadi tetesan-tetesan gerimis. Dari kejauhan tampak sebuah kendaraan mendekat. Bus yang ditunggu-tunggu Taehyung telah datang.

Taehyung berdiri, mengambil tas miliknya, menunggu bus itu berhenti di hadapannya.

"Jungkook-ah, aku pulang duluan," pamitnya.

Taehyung tahu, Jungkook tak menumpangi bus yang sama sepertinya. Ia belum pernah melihat Jungkook pulang memakai bus; melainkan ia sering mendapati Jungkook pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki karena memang jarak rumahnya tak sampai satu kilo meter dari sekolah.

"Blazer-mu ..."

Jungkook bergumam pelan, namun masih terdengar oleh Taehyung. Langkah Taehyung terhenti di anak tangga pertama bus.

Taehyung tersenyum simpul.

"Oh, aku titipkan dulu padamu."

Jungkook tak menjawab. Matanya terus terarah pada Taehyung yang masuk ke dalam bus, hingga bus itu mulai menghilang dari penglihatannya.

Jadi, setelah ini, akan ada pertemuan-pertemuan lain mereka berdua. Entah itu saat hujan deras mengguyur, atau ... di berbagai kemungkinan di hari-hari selanjutnya.

.

.

.

tbc.


mungkin.