.
Sunday, June 01, 2016
07.52 a.m
"Yak! Kalian bangunlah."
"Ck, padahal ini rumah orang lain. Kenapa tidur kalian begitu nyenyak?"
"Seharusnya kau membiarkan mereka tidur di luar saja. Sepertinya kasur ini terlalu nyaman untuk mereka."
Percakapan singkat barusan dihasilkan tiga orang pria yang sedang menatap miris pada sepuluh orang teman mereka. Sepuluh orang yang tertidur saling berhimpitan diatas kasur berukuran besar dan nyaman.
"Sepertinya mereka akan sangat susah untuk dibangunkan."
"Haruskah kita siram saja mereka? Haha, pasti akan lucu jika mereka terbangun dengan wajah terkejut, haha."
"Pikiranmu sungguh kejam. Memangnya siapa yang akan mengeringkan kasurnya? Kau mau? Itu akan sangat merepotkan."
Mereka bertiga masih sibuk dengan pendapat masing-masing. Dan tiba-tiba sang pemilik rumah pergi.
"Kemana dia?"
"Mungkin membawa air untuk menyiram mereka. Seperti idemu tadi."
Dan… memang, sang pemilik rumah membawa seember air dengan tiga buah gayung didalamnya.
"Mengenai kasur yang basah bisa kuurus. Kalian hanya perlu menyiram mereka agar terbangun."
"Wuah, kau memang yang terbaik!"
"Sepertinya kalian sudah mulai gila… ck, aku ikutan."
BYUR BYUR BYUR
.
10:10 a.m
Setelah bencana banjir terjadi. Semua korban berlarian keluar, dengan umpatan-umpatan kecil menyertai mereka.
"Kalian bertiga sungguh gila!" seorang pria berperawakan kecil menunjukan wajah kesalnya.
"Tidak bisakah kalian membangunkan kami dengan cara yang normal? Ini masih terlalu pagi untuk mandi," seorang pria berambut sebahu ikut menggerutu.
"Kita sudah mencoba membangunkan kalian dengan cara yang normal. Kalian nya saja yang sulit bangun," si pemberi ide kejam membela diri.
"Sudahlah berhenti saling menyalahkan, semuanya salah! Huft, kalian membuatku kesal," dan seseorang yang sepertinya pemimpin mereka ikut berkumpul.
Sekarang ruang tengah yang luas dengan sebuah TV LED 90 inc, sangatlah besar. Mereka sangat kepanasan, tentu, ditempati 13 pria yang mengeluarkan hawa panas, siapa yang tidak gerah?
"Nih, makan! Aku tahu kalian akan lapar jika kesal seperti itu."
Sang pemilik rum- agar lebih mudah mari kita panggil Jisoo, meletakan tiga loyang pizza dan sekeranjang buah ditengah-tengah mereka.
"Jisoo sudah berbaik hati, jadi berhentilah merajuk padanya," namanya Mingyu, salah seorang pelaku tindak bencana banjir.
"Baiklah, aku memaafkan Jisoo. Tapi, tidak padamu Kim. Dan kau juga Wen," yang satu ini namanya Seungkwan.
"Hey! Kenapa aku masuk? Aku hanya memberi ide," yang dipanggil 'Wen' dan bernama Jun sedang membela diri. Dia tak suka disalahkan.
"Bisakah kalian makan dengan diam? Kalian membuatku semakin kesal," dan pemimpin mereka, pemilik nama Seungcheol, menatap tajam pada orang-orang yang berisik.
"Kenapa kau begitu sensitif sekarang? Kelihatannya kau kurang baik," tanya seseorang yang bernama Wonwoo.
"Dia curhat padaku, katanya dia bermimpi indah yang malah berakhir buruk karena dibangunkan," yang berperawakan kecil menjawab, namanya Jihoon.
"Karena lawan mainnya tiba-tiba saja tenggelam," seseorang ikut menjawab, dia Chan.
"Miris sekali mimpimu," komentar dari pria berambut sebahu, Junghan.
Seungcheol merengut kesal. Suasana hatinya benar-benar buruk. Kalau saja ketiga orang itu tidak menyiramnya, pasti mimpinya akan berakhir dengan bahagia selamanya.
"Kalau begitu, kenapa tidak lanjut tidur saja? Mungkin mimpi indahmu masih ada sambungannya."
Saran tak masuk akal yang diberikan seseorang bernama Minghao, membuat Seungcheol mendelik padanya.
"Kau gila? Mana mungkin ada mimpi yang bersambung?"
Minghao menyerngit, tak terima. Dia memberi saran bukan pada Mingyu kan?
"Yak! Aku hanya memberi saran pada Seungcheol! Kenapa harus kau yang marah?"
"Karena saranmu sungguh tak masuk akal Minghao-ssi."
Para pendengar keributan sepele hanya bisa pasrah. Mereka terlalu lelah untuk merelai pertengkaran.
"Mmm… apa tak ada diantara kalian yang ingin membangunkan mereka?"
Seseorang yang sejak tadi diam membuka suara, dia Hansol. Hansol menunjuk dua orang yang tertidur disebelahnya, mereka Soonyoung dan Seokmin.
"Apa mereka tidur lagi?" Jihoon menunjukan wajah bingung, karena dia ingat dua orang itu lebih dulu bangun dari pada yang lain.
"Eum, biarkan mereka tidur. Lagi pula semalam mereka yang paling semangat," yang lain setuju dengan ucapan Junghan.
"Mungkin saja mereka sedang berkencan dalam mimpi, tidur mereka begitu nyenyak," Jun memberi komentar.
"Lebih baik biarkan mereka. Atau berakhir jadi menyebalkan seperti Seungcheol."
"Kau justru lebih menyebalkan jika kau menyangkut pautkan aku, Wonwoo."
Suasana hati Seungcheol sepertinya semakin suram saja. Apalagi melihat ekspresi Wonwoo ketika mengatakanya begitu menyuramkan(?).
"Apa kalian sudah mengerjakan tugas dari Jung saem?"
Mereka terdiam. Pertanyaan yang dilontarkan Chan terlalu tiba-tiba. Membuat mereka berpikir dahulu.
"Ck, kenapa kau malah mengingatkannya?"
"Sadarlah Boo, besok tugasnya harus dikumpulkan. Seharusnya kau berterimakasih padaku, jadi kau memiliki kemungkinan untuk terhindar dari mengepel koridor sekolah."
"Ah benar juga. Aku belum mengerjakan. Chanie, apa kau sudah? Aku ingin melihatnya," Junghan mengeluarkan jurus aegyeo nya yang sebenarnya tak begitu mempan.
"Sebenarnya aku sudah. Jika kalian ingin, aku akan membawanya."
Dan Jisoo baru saja menjadi pahlawan bagi mereka yang belum mengerjakan tugas.
.
04:06 p.m
Hari sudah sore, dan Jisoo ingin mengu- (tidak, kata mengusir terlalu kejam.) menyuruh teman-temannya untuk pulang.
"Apa kalian tak akan pulang?" pertanyaan yang sebenarnya berarti 'cepat pergi dari rumahku.'
"Kau kejam sekali Jisoo, kenapa kau mengusir ku?" Seokmin memberikan wajah memelasnya.
PUK
"Kau tak cocok bertingkah imut seperti itu Seokmin-ssi."
Seokmin kesal. Jika Seungkwan tak suka bilang saja! Tak perlu melemparnya dengan sendok kan?
Seokmin menatapnya tajam, kemudian Seungkwan membalasnya tak kalah tajam. Mungkin, jika bisa digambarkan akan terlihat kilatan listrik dari mata ke mata mereka.
"Berhenti saling menatap seperti itu. Atau kalian akan saling jatuh cinta."
BUGH
"Kau menjijikan!,"/"Dasar gila!" gerutuan serentak dari para pelaku.
"Yak! Tak perlu melemparku dengan bantal sekeras itu! Itu menyakitkan," Soonyoung hanya bisa meringis dengan mengusap wajahnya.
Sepertinya pertengkaran BooSeokSoon tak penting sama sekali, jadi jangan dianggap.
"Yang dikatakan Jisoo benar. Lebih baik kita pulang, ini sudah cukup sore."
Yang lain setuju. Kemudian mengikuti Seungcheol untuk membereskan kekacauan yang mereka lakukan dirumah Jisoo.
"Tapi aku tak ingin pulang," ucapan Seungkwan membuat Jisoo melotot.
"Biarkan aku menginap lagi Jisoo-ya, lagi pula eomma pasti tahu kalau aku masih berada dirumahmu."
Jisoo hanya bisa menghembuskan napas kasar, dia pasrah. Berdebat dengan Seungkwan hanya akan membuat dirinya kelelahan saja.
Mereka berjalan menuju pintu keluar rumah Jisoo. Dengan sangat berisik dan juga ribut tentunya, entah itu berdebat, atau saling dorong mendorong dan sebagainya.
BRUM
"Jihoonie ayo!" merasa terpanggil, Jihoon mendekati Soonyoung yang sudah berdiri disebelah motornya.
"Kami pulang duluan! Sampai bertemu besok disekolah!" Jihoon berteriak dan Soonyoung segera melajukan motornya.
"Terkadang aku iri dengan mereka. Mereka sudah berteman dari kecil dan rumah mereka sebelahan. Aku juga ingin," orang-orang yang mendengar gerutuan dari Seungcheol hanya menatapnya malas.
"Kalau aku dan Jisoo, apa kau tak iri?" Seungkwan bertanya sambil memeluk lengan Jisoo erat. Percayalah, Jisoo berusaha mati-matian untuk melepaskan lilitannya.
"Aku justru kasihan pada Jisoo, dia terlihat tersiksa jika selalu berada didekatmu," komentar yang cukup pedas Junghan.
Seungkwan memajukan bibirnya, dia cemberut. Junghan benar-benar kejam, dia bukan malaikat. Seungkwan yakin jika ada yang memanggil Junghan 'Cheonsa' pasti karena paksaan.
"Sebenarnya aku juga iri pada hubungan Seungkwan dan Jisoo, juga Junghan dan Jun. Kalian sudah akrab dari kecil, aku juga ingin punya hubungan semacam itu."
"Lalu, kenapa kau tak mengakrabkan diri denganku saja?" tawaran yang sebenarnya terdengar sedikit menjijikan dari kuda- ehm maksudnya Seokmin. Bahkan Seokmin menaik turunkan halisnya.
Yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah bodoh Seokmin ketika Seungcheol mendorong wajah yang minta dipukulnya itu.
BRUM BRUM
"Lee Seokmin cepat!" teriakan yang dihasilkan Minghao.
Seokmin berlari pada motor Mingyu yang sudah ditumpangi dua orang. Mingyu didepan sebagai sang pemilik motor, diikuti Minghao yang duduk dibelakangnya dan terakhir Seokmin duduk dibelakang Minghao. Sebenarnya mereka akan sangat pantas untuk ditilang.
"Kalian berhati-hatilah! Sungguh posisi yang sangat membahayakan," Junghan menganggukan kepala pada ucapan Jun.
"Eiy, padahal disini banyak motor yang masih kosong. Kenapa mereka memaksakan diri untuk bonceng tiga?"
"Mungkin sudah jadi hobi mereka Hansol. Lagi pula rumah mereka searah. Memangnya kau ingin mengantar Seokmin atau Minghao yang jelas-jelas jauh sekali dari rumahmu?"
"Tentu tidak."
BRUM BRUM BRUM
Perbincangan singkat Jun dan Hansol terhenti.
"Junnie-ya, cepat! Eomma sudah menghubungiku!"
Dan dengan segera motor Junghan melesat keluar dari halaman rumah Jisoo.
"Sekarang tinggal kalian bertiga. Adakah yang ingin mengantarkanku kerumah?" Seungcheol bertanya dengan harap-harap cemas. Dia menatap Wonwoo, Hansol dan Chan bergantian.
"Aku tak ingin berkeliling kota dulu hanya untuk mengantarmu," Chan berucap dan kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Bukankah masih ada bus yang bisa menuju rumahmu?" tanya Wonwoo.
"Oh ayolah Woo. Aku benar-benar sedang tak ingin menaiki kendaraan umum. Rumah kita kan searah dan jaraknya tak terlalu jauh…"
"Naiklah!" ucapan singkat yang dikatakan Wonwoo mampu membuat Seungcheol melompat-lompat kegirangan.
Yang melihat itu hanya bisa menutup wajah mereka. Entahlah, mengapa yang dilakukan Seungcheol membuat mereka malu.
"Kalau begitu kita duluan. Sampai jumpa Jisoo-ya, Seungkwan-ah!" pamit Wonwoo.
Wonwoo melajukan motornya diikuti Hansol dari belakang. Mereka saling berbelok kearah yang berbeda.
Sekarang hanya tinggal Jisoo dan Seungkwan disana.
"Apa kau benar-benar tak ingin pulang Kwannie?"
"Sudah kubilang aku ingin menginap lagi. Jangan memaksaku!"
Jisoo sungguh mengharapkan sebuah bantuan untuk menarik pria bermarga Boo keluar dari rumahnya sekarang. Kalau saja Seungkwan hanyalah kucing pencuri ikan mungkin Jisoo tak segan-segan untuk menendangnya, sayangnya Seungkwan adalah manusia pencuri semua makananya dan juga sahabatnya.
To Be Continued
~Complicated Complex~
KwonKim17 present~
