TABU YANG BENAR

Summary: memasuki awal tahun ketujuh, setelah melawan si pesek yang tidak lucu, yang tidak berperikemanusiaan, Voldemort. Tiga serangkai, Harry James Potter, Ronald Bilius Weasley, dan Hermione Jean Granger kembali mengulang pelajaran mereka untuk satu tahun terakhir kedepan.

Disclaimer: Tante JK. Rowling, aku rasa dia memang salah satu murid dunia sihir -,-

Pairing: Draco Malfoy x Hermione Granger

Rated: awalnya masih T mungkin, tapi kesanaannya bakal jadi M. kalo gak sanggup jangan lanjutkan ya, hhe

Read n Review, I need your Review, Your Review its my drug xD

Chapter 1

Stasiun Kingcross pagi ini sangat padat, anak-anak tahun pertama dengan semangat mendorong troli-troli mereka, didampingi dengan orangtua mereka. Semua murid yang akan ke Hogwarts tampak sumringah, namun banyak orang tua mereka yang sedih untuk melepas kepergian anak-anaknya. Pemandangan itu membuat seorang wanita yang sedang berdiri disamping pilar stasiun kingcross, dengan rambut coklat keriting mengembang yang menghiasi kepalanya tersenyum mengembang, menggenggam gagang troli yang ada disampingnya, dan dengan baju mugglenya yang sederhana namun, tetap membuatnya tampak cantik dan istimewa. Dia Hermione granger.

Hermione's POV

Aku menggelengkan kepalaku seraya tersenyum melihat pemandangan seorang ibu yang lama sekali memeluk anak perempuannya. "ibu, jangan memelukku seperti ini. Seperti aku akan meninggalkan ibu selamanya saja." Gadis kecil itu mendengus dengan perlakuan ibunya yang tidak ingin melepaskan pelukannya. Aku jadi teringat pada ibuku dan ayahku. Bagaimana ya kabarnya? tanyaku pada diriku sendiri dalam hati. Karena berlibur dan menghabiskan waktuku di The Burrow setelah perang, aku jadi sangat merindukan mereka. Ibuku berpesan agar tidak khawatir dengan kondisi mereka saat ini. Yang benar saja! Aku belum melihat mereka setelah perang panjang kemarin. Mana mungkin aku tidak mengkhawatirkannya.

Normal POV
Hermione mendengus setelah mengomel sendiri di dalam fikirannya. Hermione kini menatap kearah kiri, menunggu mereka yang belum juga datang. "Harry, Ron,,, Ginny!" panggilnya setelah melihat ketiga orang tersebut sambil melambaikan tangan. Yang dipanggil namanya kini mempercepat kakinya agar sampai pada si pemanggil tersebut.

"Kenapa kalian lama sekali? Kenapa kalian meninggalkan membiarkan aku berjalan sendirian!" Omel Hermione menyambut ketiga temannya. Ginny segera berdiri disamping Hermione untuk menenangkannya, sekedar mengusap pundaknya. "Sorry Hermione, tadi kami menghampiri Neville. Kau berjalan terlalu semangat sehingga tidak mendengar panggilanku. Kau terus saja berjalan." Jelas Harry panjang lebar. "benarkah?" tanya Hermione. Ginny mengangguk kecil sambil tersenyum untuk meyakinkannya."lagi pula, kau bisa masuk dan cari kompartemen duluan, kami pasti akan mencarimu disana." Hermione menggeleng pelan. "Oh, Ron, entahlah. Aku hanya tidak mau melewatkan naik kereta tanpa kalian, dengan suasana yang berbeda seperti ini." Ginny tertawa kecil, "okay kalau itu maumu, kita masuk sama-sama" Hermione menyetujui ajakan Ginny.


Krek…!

Harry, Ginny, Hermione, dan Ron menoleh bersamaan saat pintu kompartemen yang mereka tempati dibuka seseorang. "Neville, kau mengagetkan kami." Neville hanya nyengir mendengar sambutan itu. "maaf Hermione, dan semuanya." Neville duduk di sebelah Harry dan Ginny. Dia melanjutkan lagi, " Susah sekali mencari kompartemen kalian, aku malah salah masuk. Aku memasuki kompartemen anak Slytherin." Sontak cerita Neville membuat Harry tertawa mendengarnya, Ron terlihat biasa saja, karena sedang fokus menikmati Coklat Kodok yang dibeli Harry sebelum Neville tiba. Sedangkan para perempuan menahan napas mendengarnya. "Kompartemen siapa, Neville?" Tanya Ginny penasaran. "Malfoy and friends" Jawabnya. "Mengapa kau bodoh sekali Neville? Memasuki kompartemen para bejaters itu!" Seru Hermione. "Aku tidak sengaja Hermione. Saat aku berjalan, ada seorang yang berlari dan menubrukku, badanku terhuyung ke salah satu pintu kompartemen, tepat ketika pintu itu terbuka. Alhasil, aku jadi tersungkur kesana. Sialnya mereka menertawakanku." Neville bersungut-sungut. "Kau sangat apes Neville." Hibur Ginny sambil menepuk-nepuk pundaknya. Harry menambah volume tertawanya, dibarengi dengan Ron. Hermione hanya bisa tertawa kecil, takut menyinggung perasaan Neville. Walaupun dalam hati ia sangat menyesali perbuatan para slytherin yang menertawakan teman asramanya itu.


Mereka kini memasuki Aula Besar. Riuh rendah suara bergema memenuhi Aula tersebut, banyak pasang mata yang tertuju pada mereka. Ya, siapa yang tak kenal mereka? Harry Potter, the boy who lived, the choosen one, anak yang tidak bisa mati, atau apapun panggilannya, ia telah berhasil mengalahkan si pangeran kegelapan tanpa hidung Lord Voldemort. Demi Merlin, mereka semua pasti sudah tahu. Harry sudah sangat pasrah mendengar panggilan-panggilan yang sangat menjengkelkan baginya itu. Juga diiringi sahabat-sahabatnya yang luar biasa perkasa, Ronald Weasley, dan Neville Longbottom, yang kini juga membuat beberapa perempuan menggumamkan namanya sejenak. Dan untuk Hermione Granger, jangan ditanyakan lagi. Wanita itu semakin hari semakin benderang, dengan kecantikan wajahnya dan senyumnya yang ramah, juga matanya yang menyiratkan banyak ilmu pengetahuan disana. Ya, wanita dengan otak yang sangat cemerlang. Banyak pria-pria selalu memandangnya tanpa lepas, tentu saja terkecuali slytherin, mereka sangat menggemari apa yang ada pada diri Hermione. Serta Ginny yang berdiri dengan rambut merahnya yang tergerai, mereka juga tahu, Ginny banyak membantu perjuangan Hogwarts melawan para Death Eaters, tidak diragukan lagi dengan mantra penghancur andalannya, juga dengan hatinya yang berhasil mendapatkan Sang Pahlawan Harry Potter menjadi kekasihnya saat ini.

Dengan gagah mereka masuk menuju meja asrama Gryffindor, asrama para pemberani. "Harry!" Harry tersenyum sumringah pada orang itu. "Hai Seamus!" Keduanya saling rangkul dan menepuk pundak masing-masing. Seamus melanjutkan menyapa pada yang lainnya, juga Dean kini mengikuti langkah Seamus. Kemudian mereka duduk bersama.

Mereka berbincang-bincang, membicarakan apa saja yang bisa mereka bicarakan, sambil bercanda dan mengusili sejenak. Para perempuan hanya tertawa melihatnya. 'betapa indah melihat kejadian ini, bisa tertawa kembali bersama mereka semua yang kusayangi', batin Hermione.

"hei-hei,, lihat siapa yang datang?" Suara Ginny menginterupsi kegiatan mereka. Semuanya kini mengikuti arah pandang Ginny yang menuju pintu Aula. Apa yang mereka lihat? "Malfoy." Seru Neville. Ginny mengangguk.

Ya, Draco Malfoy baru saja datang dan memasuki Aula. Rambut pirangnya mengalun pelan mengelus wajahnya yang putih dan pucat. Bukan, bukan karena sakit, memang warnanya seperti itu. Mata birunya menerawang luas aula. Tanpa senyum, hanya mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi, menunjukkan ke-malfoy-annya. Namun tanpa senyum begitu, dia tetap tampak mempesona. Membuat sebagian besar perempuan menoleh dan memperhatikannya saat ini. Sang Cassanova, Pangeran Slytherin memang tampak di wajah dan seluruh tubuhnya. Kini ia berlenggang masuk menuju meja Slytherin, diikuti para slytherin lainnya, Blaise Zabini, Theodore Nott, dan Gregorry Goyle. Terlihat diujung meja itu, Pansy sedang melambaikan tangannya kepada mereka, mengajak untuk duduk ditempat yang sudah disiapkan.

Hermione's POV

Demi Pedang Godric, kukira apa! Hanya Ferret Terbang yang baru saja menjejakkan kakinya masuk ke Aula Besar. Sungguh tidak penting. Kulihat kedepan, kepala para wanita juga ikut menoleh kea rah pintu Aula. Oh ayolah, apa spesialnya si ular itu. Ya, mungkin karena ungkapan-ungkapan mereka sendiri yang membuatnya seperti itu. Biar kubacakan, Sang Pangeran Slytherin, Prince of Hogwarts, Si Cassanova, God of Sex. Demi Merlin, julukan-julukan yang buruk! Dia hanya pantas digelari Ferret Pirang Busuk. Itu sudah sangat cukup. Okay, aku lihat hanya sebentar, ingin memastikan apa yang dilakukan si pirang itu benar-benar tidak berguna. Hmm, kepalanya terdongak keatas, dengan rambut yang melambai pelan dipipi berwarna pucat. Matanya yang awas dan menerawang sampai kukira bisa menembus dinding batu. Oh, lupakan. Senyum, jangan ditanyakan. Dia tidak akan tersenyum. Pasti sudah ditelan sendiri olehnya sejak lahir. Tangannya dimasukkan ke saku. Okay, dia berjalan kemejanya, menghampiri si nona ranjangnya. Sungguh serasi, aku tersenyum sinis. Namun kini ia melihat ke Merlin, mau apa dia? Mau adu mantra nonverbal, huh? Boleh juga kurasa. Oh tidak, dia sepertinya ingin memulainya lagi, dia meluncurkan senjatanya. Senjata yang benar-benar membuatku mual. Ya, seringainya, seringai permusuhan, begitu mengejek. Apa? wanita-wanita itu melihat seringai hina itu penuh damba? Sungguh sulit dipercaya, kemana sih otak mereka! Seketika saja membuat aku mual sebegini. Huh.

Draco's POV

Aku baru saja memasuki Aula Besar. Aku hentikan langkahku sejenak, untuk melihat keadaan Aula. Ternyata masih sama. Aku teringat kejadian yang sudah berlalu, bagaimana Bibi Bella sedang berlari diatas meja, menghancurkan apa saja yang ada diatasnya, dengan penuh kesenangan. Dan kini, semuanya sudah kembali seperti biasa. Aku akan melanjutkan pelajaranku yang terhenti karena si kepala-tak-berhidung itu, yang membuat ayahku menjadi tahanan Azkaban. Sial! Lagi-lagi aku sangat menyesali tindakan ayahku yang sempat menyembahnya. Untung saja didetik terakhir aku sempat berpindah pihak bersama ibuku, sehingga aku dan ibuku bisa terbebas dari hukuman, ya meski itupun harus dengan pengakuan si kepala codet. Sudahlah, aku bosan mengingatnya lagi.

Aku melihat banyak kepala yang menoleh kepadaku. Ya, teruslah melihatiku. Aku sangat senang diperhatikan. Aku senang menjadi pusat perhatian. Memang seharusnya keluarga Malfoy seperti itu. Klan Malfoy memang harus selalu mendominasi di setiap keadaan. Kami nomor satu, tak ada yang bisa menyaingi kami, baik harta, karisma, maupun darah kami. Ya, pureblood. Walaupun status darah kini sudah dihapus, keluarga ku akan selalu menjaga kemurnian garis darah kami. Biarlah kami menerima halfblood dan mudblood, namun untuk dikeluarga kami, tidak akan. Aku berjalan menuju meja asramaku, asrama yang sangat hebat bagiku. Pansy sudah menungguku. Sudahlah, aku tak perduli apa yang dikerjakannya. Sepanjang nafasku di Hogwarts, aku hanya memandangnya sebagai teman, dan pemuasku di ranjang. Dia memang hebat, tapi tetap saja aku akan merasa bosan bila hanya dia seorang yang menjadi 'lawanku'. Jadi, aku tak pernah melibatkan satu perasaan apapun padanya. Namun kini, dia jadi terlalu protektif padaku. Seperti aku anaknya saja. Ah, aku sungguh tidak peduli.

Kini aku duduk dimejaku. Dan aku melihat mereka, genk Gryffindor. aku tidak serta merta menjadi baik seperti Barbie pada mereka yang telah menyelamatkanku dan ibuku. Bagiku, mereka tetap pengrusak sejarah dunia sihir. Merekalah yang membuat peperangan ini, dan mereka pula yang menghentikannya. Sungguh licik. Aku tahu apa yang harus aku lakukan, aku tersenyum sinis pada mereka. Dan Ya, berhasil. lihat bagaimana mereka membenciku hanya dengan seringai ku. Aku sangat tidak ingin membaik-baiki kalian. Harga diriku terjungkal kalau begitu.

Normal's POV

Hermione, Ginny, Harry dan Neville yang duduk menghadap meja itu masih bisa melihatnya, Draco Malfoy duduk dengan Pansy di kanannya dan Theo di kirinya. Draco menatap Harry CS yang juga sedang menatapnya. Tak lama kemudian, Draco memberi seringainya yang lebar, sontak membuat Hermione sangat mual melihatnya, dan langsung memalingkan muka, Ginny langsung menoleh melihat Hermione seperti itu. Harry dan Neville hanya tersenyum sinis. "Oh, menyebalkan sekali ferret itu, ku kira ia akan berubah setelah ayahnya masuk ke Azkaban!" Celoteh Hemione. "mana mungkin, sekali malfoy tetap malfoy. Dia akan terus seperti itu." Oceh Harry sambil mendengak Jus Labunya.

Neville mengangguk menyetujui. "awwko sanhjyat mbbjuhwi awwppg kkdammo hhagwrri". Herrmione segera mengambil nafas untuk mengomeli Ron, tapi Ginny mendahuluinya. "Telan dulu makananmu Ron, baru bicara!" Hermione menggumamkan terimakasihnya pada Ginny. Harry hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar kata-kata Ron yang samar-samar terdengar seperti aku-menyetujui-katamu-harry. Ya, kebiasaan Ron bicara dengan makanan penuh dimulut itu sudah tidak asing ditelinga Harry, sehingga Harry bisa sedikit mengerti apa katanya. Mungkin Harry sekarang menyadari kebiasaan itu sebagai bakat. Sungguh bakat yang ironis kalau begitu.


Para Gryffindor sedang terbahak melihat kelakuan Dean dan Neville yang saling melempar makanan. Dari seberang meja itu, ada mata kelabu yang sedang memandang mereka dengan tajam. "Hey, apa yang kau lihat, mate? Ah, para Singa kampungan ternyata." Ucap Theo yang menyadari apa yang sedang dilakukan Draco. Draco hanya menyeringai mendengarnya. "mereka sedang diatas angin, huh.. aku sangat tidak suka dengan kebisingan yang selalu mereka buat." Tambah Blaise yang menoleh dari mejanya untuk melihat keberisikan yang membuatnya terusik. "Mereka memang kampungan, hanya menjadi pahlawan kebetulan sudah membuat mereka besar kepala. .. Akan kuberi pelajaran pada mereka, bagaimana sepatutnya mereka bersikap." Ujar Draco lamat-lamat dan berbahaya. Blaise dan Theo ikut menyeringai mendengarnya, seringaian slytherin. Seringaian yang sangat khas untuk mereka. Sedang Goyle dari tadi hanya menyimak dan terlalu fokus pada hidangan yang tersaji di mejanya.

Ting-ting…!

Suara Piala berdenting membuat semua murid menoleh ke asal suara tersebut. Ya, kini Profesor McGonagall yang menggantikan Proffesor Dumbledore sebagai kepala sekolah, kini berdiri di atas podium untuk-sepertinya-memberikan pengumuman. Profesor itu mengambil nafas.

"Selamat siang dan selamat datang kembali.." dia menjedakan sejenak kalimatnya, untuk kemudian dilanjutkan lagi dengan lantang, ".. di Hogwarts!" Suara itu terdengar kepada seluruh murid yang sedang mendengarnya, dan seketika itu juga panji panji masing-masing asrama tiba tiba menyeruak keluar dari gulungan dan berkibar diatas meja-meja asrama mereka. Semua murid tersenyum lebar dan bertepuk tangan dengan keras. "anak-anakku yang sangat kucintai, kejadian yang menimpa sekolah ini beberapa minggu lalu, memang menyisakan bekas-bekas kepedihan yang amat mendalam. Kita kehilangan orang-orang yang sangat berjasa, yang sangat pemberani, yang sangat…. Kita cintai" Proffesor McGonagall menghela nafasnya sebentar, terlihat ia sedang menabahkan dirinya sendiri. "Maka dari itu, untuk melanjutkan impian dari mereka yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan, kami resmi membuka kembali Hogwarts!. Dan kini, untuk membuka apel kita, masuklah, murid-murid tahun pertama !" Proffesor kembali menampilkan senyumnya, Filch segera membuka pintu aula yang tidak tahu dari kapan keadaannya tertutup. Lantunan music instrument yang tidak tahu asalnya darimana, mengiringi murid-murid umur sebelas yang masuk secara bersamaan, dan diiringi dengan berdecak kagum, kini mereka sudah berbaris di tengah-tengah aula dan menunggu penyeleksian asrama.

"Sebelum aku menyeleksi murid-murid baru tahun pertama, aku akan memberikan sedikit pengumuman. Pertama, jam malam akan dimajukan batasnya dari jam 11 menjadi jam 10." Seketika aula dipenuhi dengan keluhan dan desahan tidak setuju, apalagi mereka yang sudah biasa keliaran tengah malam, untuk melakukan hal-hal yang tidak etis, bercumbu misalnya. Sama halnya dengan Hermione, ia pun mendengus, dia harus kekurangan waktu untuk berlama-lama di perpustakaan. "dan yang kedua," lanjut Proffesor Mc. Gonagall. "Aku akan mengumumkan untuk Ketua Murid Perempuan dan Ketua Murid Laki-laki pada tahun ini. Untuk Ketua Murid Perempuan, akan kuberikan kepada, Hermione Jean Granger dari Gryffindor.!" Tepuk tangan diberikan kepada Hermione, dan juga tepuk tangan sangat keras dari teman-temannya. Hermione hanya bisa tersenyum dan tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Sekarang dia sangat speechless, tidak seperti Hermione yang biasanya yang suka bicara tanpa jeda. "Aku tahu kau pasti yang dipilih Mione." Ucap Ginny sambil memeluknya. Semua orang sudah tahu, bahwa dialah yang mendapat peringkat pertama di OWL, dan sangat aktif menyumbangkan poin asramanya. Jelas dia yang paling pintar dan juga kepahlawanannya disaat perang, sudah menjelaskan bagaimana pantasnya ia mendapatkan posisi tersebut. "Dan untuk Ketua Murid Laki-Laki, aku berikan kepada.." Hemione melihat sirat mata Proffesor Mc Gonagall yang sepertinya sedang tak yakin dengan apa yang akan dibacanya, Hermione melihat itu. Namun secepatnya mata itu berubah dengan ekspresi biasa. Sungguh hebat pengontrolan emosinya, pikir Hermione. "kepada Draco Malfoy dari Slytherin!" Kembali Aula bergema dengan terpuk tangan, dan juga sangat keras didominasi oleh Slytherin dan para wanita yang memuja sang Pangeran Slytherin. Draco yang sedari tadi tidak begitu mementingkan cuap-cuap kepala sekolahnya itu wajahnya berubah jadi menegang. Bukan karena jabatannya yang dia peroleh itu mengecewakan. Namun, Lebih mengarah pada siapa yang telah dipasangkan menjadi partnernya, Hermione- Si Nona Sok Tahu- Sok Pengatur-Sok perfect-Mudblood - Granger. Pansy menatap horror Draco, dan Theo dan Blaise, tertawa mengejek setelah tadinya sempat shock mendengar pengumuman itu. "oh mate, kau sangat sial hari ini." Ucap Blaise mengejek, dilanjutkan dengan Theo yang mengangguk-angguk menyetujui Blaise sambil berucap "kau mimpi apa semalam? kau harus menerima kesialanmu disepanjang tahun terakhirmu ini Draco! sungguh menyenangkan." Draco serta-merta menatap dengan Death Glare-nya yang fenomenal kepada kedua temannya.

Sementara itu, sang partner wanita, Hermione, ternganga dan terbelalak mendengarnya. Tidak percaya. Dia ingin sekali menyalahkan Proffesor Mc Gonagall yang mungkin salah bicara. Ataupun menyalahkan telinganya yang mungkin pendengarannya memang terganggu seperti kejadian Harry memanggilnya di stasiun Kingcross. Namun ternyata tidak. Ini memang kejadian yang nyata, tidak ada yang salah. Memang ini yang terjadi. Hermione terduduk lesu, ia tidak berani memandang hari-hari kedepan. Ia terlalu membenci si kepala pirang itu, sampai membayangkan ia berada berdampingan saja, ia sangat tidak sudi. Teman-temannya kini menatap prihatin Hermione yang sedang bergulat dengan pikirannya. Dan Ginny kembali memberikan gesture untuk menenangkan Hermione. Hermione tersadar dari fikirannya dan menangkap pemandangan teman-temannya tersenyum miris. Dan dalam hati Hermione sendiri, berbunyi suara yang menggaung-gaung, dan berbunyi, 'apa yang akan terjadi setelah ini?'


Gimana, apa kesan n pesannya?… review please ya, . apa alurnya kecepetan, kelamabatan, kurang bagus kata-katanya?

Imperius ! GO REVIEW ! (jahat baget :P)

thank you so much yg udah baca, dan silent reader juga

Lanjutannya, secepat yang aku bisa ya… harap ditunggu :)

i'll be right back .