Hak Cipta : Adachitoka

Panda cuma minjem karakternya.

WARN : OOC. AU. Typo(s) maybe.

Teacher! Yato ― Student! Hiyori ― Baby! Yukine

.

.

.

Hiyori megap-megap ketika berada di garis monoton yang dilukis pada tanah lapang yang difungsikan sebagai garis finish. Ia capek desu ne.

Usai berlari untuk praktek, tentu saja lelah rasanya. Apalagi lari dari kenyataan. Butuh kuat iman dan mantap mental baik fisik maupun rohani.

"Iki Hiyori, 25 detik. Bisakah kau lebih cepat lagi, Hiyori? Ini hanya dua ratus meter."

Hanya dua ratus meter gundulmu.

"Hanya dua ratus meter gundulmu!" Hiyori meneriakkan isi hatinya.

"Aku tidak gundul! Yang gundul itu pembawa acara abu-abu!" Sanggah Yato, gak terima dikatai gundul ―padahal maksud Hiyori bukan itu.

"Sensei, lulusin aja gimana? Nilai pas juga gak apa-apa kok. Nanti aku kasih stik fullo deh." Hiyori nego, tahu makanan kesukaan guru olahraganya.

"Hm, okedeh!" Yato memberi nilai pas untuk Hiyori di lembar nilai praktikumnya.

Hiyori bernafas lega.

Sebenarnya, Hiyori mampu mencapai standar kelulusan meski pas-pasan. Kalau gak bisa dapet bagus ya dimepetin kkm lah biar bisa naik kelas. Ia menyatakan diri sebagai seorang garis keras penganut azas 'yang penting gak remidi' dalam hidupnya.

Namun, semalam Hiyori habis makan nasi padang di warung mpok Bishamon. Membuat pencernaannya bermasalah dan tak bertenaga di pagi hari. Ia pengen setor lagi.

Oh, kebelet, toh.

Yato-sensei, guru olahraga yang sebenarnya cakep dan baik hati ―sayangnya kere, bisa disogok pakai jajanan pula. Dompet aja gak punya. Sederhana alasannya, dia masih belum diangkat menjadi PNS. Alias guru honorer ―tidak tetap gaji dan juntrungannya, apalagi pasangan hidup, blah.

Tapi Yato-sensei selalu terlihat ceria karena dia sebenarnya bercita-cita jadi guru TK. Dia bisa nyasar ke SMA karena salah ngisi formulir pendaftaran guru tiga tahun lalu.

Bego.

.

.

Yato si guru olahraga sebuah SMA swasta lagi asik mancing di pinggir kali usai mengajar. Berharap dapat ikan gabus atau sapu-sapu sekedar pengisi perut. Loh? Bukankah gaji guru itu besar?

Ya, kalau udah tugas dinas dan diangkat jadi PNS emang gede duitnya, tapi kalau masih guru honoran? Ya cuma secuil. Beli sepotong pizza aja kudu mikir seratus kali. Andalannya hanyalah nasi kucing di warung mpok Bishamon. Gunakan modal sekecil-kecilnya demi mendapat hasil yang sebesar-besarnya ―prinsip teguh yang dipegang Yato hingga maut memisahkan jiwa raga dari dunia fana. Yato hanya bisa mengelus dada sambil berkata "Hayati lelah, Kami-sama."

Yato masih menatap aliran air. Memandang kosong ke arah umpan yang tercelup sempurna dalam likuid itu.

Yato mendengar sebuah suara tangisan. Ia celingukan tapi objek tidak ada dimana-mana. Kemudian pandangannya tertuju pada sebuah kardus yang hanyut dari arah hulu.

Ia teringat anime yang biasa ia tonton. Dimana kardus biasanya berisi kucing yang kawaii. Berhubung Yato suka yang imut-imut walau tampangnya amit-amit, ―maka tanpa pikir panjang, Yato nyemplung ke sungai dan mengambilnya.

Yato kembali ke pinggir sungai. Mengangkat kardus dan meletakkannya ke tepi. Namun alangkah terkejutnya ia mendapati seorang bayi yang bergerak gelisah sambil menangis dalam balutan sarung mangga hahay.

Bayi itu berambut pirang ―Yato mau muntah saat teringat kardus itu sempat mengambang di kali―, dengan iris senjanya yang memukau. Yato ngecek bentar. Punya belalai, sip ini laki-laki. Lalu ada sebuah gulungan kertas di dalam botol yang nyempil di pojokan kardus. Sambil berdehem, Yato pun membuka dan membacanya,

"Barangsiapa menemukan bayi di dalam kardus ini, tolong rawat ia sepenuh hati. Jika yang menemukan laki-laki, tolonglah jadi ayahnya. Begitu sebaliknya. Jika seorang perempuan yang menemukannya hendaklah ia menjadi ibu dari anak ini. Namun alangkah baiknya apabila seorang dari kaum adam dan hawa merawatnya bersama.

Tertanda,

NN. Negeri Antah Berantah.

Nb : btw namanya Yukine."

Yato swt gede.

Yato pun berbicara dengan pendapat bijak sepihaknya,

"Waduh, gimana nih? Kalau kupungut nanti dia gak punya ibu dan pendapatanku berkurang."

Jangkrik orkestra di pinggir kali, nyanyi lagu the kangcutters pakai mic mini mereka,

"Biar kata mirip nenek sihir bagiku kau penyihir." ―lah, apa bedanya, coba? Dan tunggu, kenapa mereka bisa berbahasa bak homo sapiens?

Jangkrik pun berhenti karena tak kunjung mendapat receh. Emang dasar si Yato pelit.

Yato menjentikkan jari, mendapat sebuah wangsit dari pohon toge di dekatnya,

"Ah, aku tahu! Langsung lamar seorang perempuan untuk jadi ibunya saja!"

(Tersebutlah Yato dengan kemurahan hatinya bertekad untuk mencari kitab suci ke barat ―maksud saya mencari jodoh dunia akhirat)

Tapi, mencari cinta itu tidak semudah yang dikira, bukan?

tamat atau...?


A/N :

Hahahahahaa lagi galauuuuu sumvah saya galau berat nonton aragoto, mewek pas part suzuha aaa cewenya juhud muda2 kok pikun kasian suzuha sumvah aaa /kebanyakansumpahlu/ ya meski udah pernah baca di manga sih ―tapi kan di manga gaada suaranya kan ya jadi mungkin lebih berasa feelnya di anime gitu ya beda tipis lah :'v /iyainkenapa/ biarin dah ooc namanya juga penpik :'v tolong jangan bully panda karena ke ooc-an ini :"v cuma buat humor semata kok gak lebih :"v enakan dilanjut apa nyampe sini aja? Ahhh btw fandom noragami emang sepi ya aku syedih pake banget :" notis panda dong :" /jijique

thanks for read.