Tiba tiba masuk ke kepala jadi langsung di ketik haha. Ni chara bukan punya gua, punya Tadaoshi Fujimaki. Minjem chara doang gua, butuh kritik dan saran karna gua masih baru dalam bidang ini. Makasih buat amka yang udah bantuin Beta, Mohon bantuannya reader *bow*
Pair : AoKaga (yang lain nyusul kalo di lanjut)
.
.
Kagami Taiga, seorang pria jangkung dan bertubuh kekar. Anggota tim basket Seirin dan menjabat sebagai ace juga seorang cahaya dari sang bayangan yaitu Kuroko Tetsuya, sedang berjalan malas di trotoar. Ia sesekali menguap dan mengucek matanya imut. Sang macan yang harus terbangun pagi-pagi karena rengekan dari rival sekaligus pacarnya yaitu Aomine Daiki yang memintanya untuk bertemu di sekolahannya pagi-pagi—lebih tepatnya Subuh—maka dari itu dengan terpaksa ia melangkahkan kaki menuju sekolahnya sambil menahan kantuk.
"Manusia aspal satu ini memang selalu membuatku susah saja." rutuknya sambil berjalan.
Walaupun ia sering mengeluh akan rengekan Aomine, Kagami tak pernah menolaknya. Dia sendiri sangat bingung kenapa ia bisa seperti itu, itu adalah hal yang sangat di luar kebiasannya. Akhirnya saat ia sampai di depan gerbang sekolah ia melihat sesorang yang telah menyuruhnya datang pagi-pagi. Sebelum ia bisa mengeluarkan suara untuk menyapa manusia hitam di depannya, tangan miliknya di tarik tiba-tiba dan diseretlah ia ke dalam bangunan sekolah.
"He-hei kau, kenapa kau menarikku?" tanyanya terbingung-bingung.
"Nanti saja, sebelum semua datang kita harus cepat." ucapnya masih menarik Kagami.
Mereka berlari di lantai satu dan Aomine seperti mencari cari sesuatu. Tak beberapa lama berlari dan melewati beberapa belokan, akhirnya mereka bertemu dengan kamar mandi. Seketika Kagami terbingung-bingung dengan tingkah Aomine yang sangat bahagia saat menemukan WC sekolahnya.
"Hei kau kenapa? Kamar mandi di rumahmu rusak?" tanya Kagami lagi setelah mereka memasuki salah satu bilik kamar mandi.
Aomine tak menggubris pertanyaan Kagami, ia lebih memilih untuk mencari sesuatu di dalam tas sekolahnya. Saat ia menemukannya, ia segera mengeluarkannya dan menyodorkannya pada Kagami.
"Ini, pakailah." ucapnya sambil menunjukkan senyum sejuta watt.
Kagami yang bingung dan curiga dengan senyumannya itu segera menerima bungkusan tersebut dan membukanya. Berawal dari wajah yang terbingung-bingung menjadi wajah yang horror dan memerah karena tersipu malu. Ia segera melempar bungkusan itu tepat di wajah Aomine.
"Brengsek kau, apa maksudmu dengan pakaian itu?" bentaknya sambil menahan rasa malunya.
Aomine yang tahu Kagami akan menolak segera mengambil bungkusan yang tadi Kagami lemparkan ke wajahnya dan mengambil isinya. Terlihat di tangannya sebuah bra dan celana dalam pink dengan dot(?) putih menghiasinya, jangan lupakan renda yang menambahkan kesan manis pada pakaian dalam itu. Jelas sekali bahwa pakaian itu adalah pakaian untuk wanita dan itu membuat Kagami sangat malu. Melihatnya saja sudah malu apalagi mengenakannya. Ingin rasanya ia menyiram Aomine dengan cairan aspal yang masih panas dan membiarkannya menyatu dengan jalanan.
"Pagi-pagi kau menyuruhku datang ke sekolah dan kau menyuruhku mengenakan ini?" lanjutnya sambil memukul kepala Aomine.
Yang di pukul hanya mengaduh kesakitan sambil nyengir dan menyodorkan pakaian dalam itu pada Kagami. Dia tetap ingin melihat Kagami memakai pakaian dalam yang ia belikan khusus untuknya itu, yah bisa di bilang dia keras kepala kalau sudah menginginkan sesuatu.
"Kalau kau tak mau pakai, biar aku yang pakaikan." ucap Aomine serius.
Tiba tiba Aomine mendekat dan mencengkram kedua tangan Kagami dan mendorongnya ke dinding bilik kamar mandi. Ditaruhnya kedua tangan Kagami di atas kepalanya dan ia tahan dengan satu tangan. Kagami yang berusaha meronta balik sedikit kesusahan karna posisinya yang dijepit antara Aomine dan dinding bilik. Wajah Aomine yang terus mendekat membuat Kagami membuang muka dan menyembunyikan rasa malunya. Melihat kelakuan Kagami yang sangat imut itu, tak tahan ingin sekali Aomine menggodanya.
"Aku akan memakaikannya secara perlahan, jadi nikmati saja." bisiknya seductive di telinga Kagami.
Kagami yang di perlakukan seperti itu ingin sekali meneriaki Aomine, namun sebelum ia bisa berteriak sebuah langkah kaki terdengar memasuki WC. Keduanya terkejut, sontak mereka terdiam sesaat. Namun Aomine yang sudah gatal dan tak tahan untuk memakaikan Kagami pakaian dalam itu memulainya duluan. Ia taruh tas yang berada di bahu Kagami ke atas lantai dan ia membuka baju Kagami secara paksa. Kagami yang terkejut memberikan perlawanan.
"Kau! Kau mau apa?!" bisiknya pada Aomine dengan kesal.
"Tentu saja memakaikan ini pada tubuhmu." bisiknya jelas dan serius.
"Bodoh!" balas Kagami berbisik sambil memukul kepalanya kencang.
"Hei, kalau kau masih berisik seperti ini dia akan datang kemari loh." bisik Aomine tepat di telinga Kagami.
Karena kegaduhan yang mereka buat, sesorang yang masuk ke dalam kamar mandi itu segera bergerak dan mendekati bilik di mana mereka berada. Suara langkah kakinya yang terdengar oleh Kagami, dengan segera ia menutup mulut Aomine dengan telapak tangannya. Aomine ingin protes namun Kagami menggerakkan mulutnya untuk memberitahukan sesuatu padanya.
'Aku akan memakainya jika kau tak berisik.' ucapnya tanpa bersuara.
Aomine yang melihatnya segera mengangguk dan diam seperti anjing yang menuruti perintah majikannya. Setelah mereka berdua terdiam dan tak melakukan kegaduhan,tak lama orang yang masuk ke dalam kamar mandi itu segera menjauh dari bilik mereka dan pergi ke luar WC. Kagami yang menyadari bahwa orang itu sudah pergi segera melepaskan dekapan tangannya dari mulut Aomine.
"Jadi, janjimu?" tagih Aomine.
"Kemarikan." ucap Kagami sambil merebut pakaian dalam yang memalukan itu.
Kagami segera membuka baju seragam dan kaus yang ia pakai, Aomine hanya menikmati pertunjukan striptis Kagami dengan khidmat. Sadar dengan tatapan Aomine yang tertuju padanya, ia menengok pada sumber tatapan. Terlihat wajahnya yang sedikit memerah dan senyum mesum andalannya terpatri dengan manis. Tubuh Kagami merinding dan rona kemerahan menghiasi wajahnya
"Apa yang kau lihat?" ucap Kagami kesal sambil mendorong wajah Aomine menjauh dengan tangan kanannya.
"Apa? Aku hanya melihat pacarku mengenakan pakaian dalam." balasnya dengan polos.
Seketika Kagami merasa sangat malu dan rasanya ingin membuat Aomine amnesia. Akhirnya Kagami hanya mengabaikan jawaban memalukan itu dan segera memakai bra. Saat mengenakan bra Kagami agak kesulitan mengaitkan pengait bra tersebut, pengait yang berada di punggung membuatnya kesulitan untuk mengaitakannya di mana. Akhirnya ia pasrah, mau tak mau ia meminta bantuan Aomine. Ia memberikan punggungnya di mana pengait itu berada dan sedikit menengok ke belakang dengan wajah yang merona.
"Aomine bantu aku mengaitkannya." pintanya malu malu.
Mendengar permintaan itu, Aomine ingin sekali menyerang macan imut satu ini. Namun ia berusaha untuk menahan nafsunya dan menahan cairan merah yang keluar dari hidungnya. Dengan perlahan ia kaitkan kaitan bra-nya.
"Terima kasih." ucap Kagami malu malu.
'Tuhan, bunuhlah aku sekarang.' batin Aomine sambil menutup hidungnya yang sudah mengalirkan cairan merah deras.
Setelah itu tanpa berbalik dan masih memunggungi Aomine, Kagami segera melepas melepas celananya menyisakan boxer merah bergambar macan imut. Boxer yang ia kenakan terlihat ketat dan membentuk pantatnya yang bundar. Aomine yang melihatnya ingin sekali segera meraba pantat bundar itu dan mengigitnya, apalagi saat Kagami bergerak dan pantatnya bergoyang. Junior Aomine dengan sangat sukarela berdiri tanpa harus berusaha membangunkannya, ingin sekali ia menggesekkan juniornya ke belahan gunung yang terus bergoyang itu. Namun sebuah kejutan besar terjadi, boxer Kagami sudah turun duluan dan memperlihatkan pantat bundarnya dengan jelas tanpa kain yang menutupinya.
'Kamisama, arigatou gozaimasu.' batinnya sambil menangis bahagia.
Tiba tiba Aomine mendekati Kagami dan menempelkan juniornya yang masih berada di dalam celana sesaknya di pantat Kagami. Ia mengesek-gesekkan juniornya dan meremas pantat Kagami dengan sangat nafsu. Kagami yang terkejut akan perbuatan Aomine sontak mendesah dan tubuhnya bergetar hebat.
"Ah! Aomine~"
Bagaikan nyanyian para malaikat, desahan Kagami terdengar sangat merdu di telinganya. Ingin sekali ia memasukkan juniornya ke dalam lubang hangat nan sempit milik Kagami. Dengan sengaja ia mendorong dorong juniornya ke lubang Kagami. Tubuh Kagami bagai tersengat listrik dan kakinya mulai kehilangan tenaga, napasnya mulai memberat dan wajahnya memerah sempurna hingga telinga.
"Aomine… Hentikan… Hah... Kita masih di sekolah Hngg..." ucapnya sambil menahan desahan.
"Urgh, sebentar saja Kagami. Aku tak bisa menahannya." balas Aomine sambil terus menggesek gesekkean juniornya.
"Aahn~ Aomine… Hentikan…" ucapnya sambil mengeluarkan desahan yang tak bisa di tahan lagi.
Akhirnya Aomine menghentikan gerakannya dan membuat Kagami bersyukur. Namun digantikan dengan suara kancing dan resleting yang di buka lalu sebuah benda keras dan panas menyentuh lubang pantatnya.
"Kagami… Sedikit saja ya..."
Merasakan sesuatu yang menggesek gesek lubangnya dan akan masuk menerobos, Kagami segera berbalik dan mendaratkan sebuah pukulan yang keras di wajah Aomine. Ia jatuh terduduk di atas kloset hingga menimbulkan bunyi hantaman yang keras, karena pukulan yang mendarat di wajahnya sangat keras ia mulai meringis kesakitan. Mungkin akan membengkak jika tak segera dikompres. Ia melihat pelaku pemukulan tersebut dan memandangnya dengan tatapan kesal.
"Hei, kenapa kau memukulku? Kau kira aku karung apa?" bentaknya pada Kagami.
"Siapa suruh kau melakukan itu, ini masih pagi dan kau sudah menyerangku." balas Kagami tak kalah kesalnya.
"Heh, siapa suruh kau memiliki pantat yang begitu menggoda dan membuatku sangat terangsang seperti ini." ucap Aomine tak sadar.
Satu detik…
Dua detik…
Tiga detik…
Dan akhirnya wajah mereka berdua memerah habis habisan. Kagami yang terkejut dengan puji-ehem- ucapan Aomine merasa sangat malu. Aomine yang baru sadar akan ucapannya pun gelagapan dan berusaha menjelaskan dalam keadaan panik.
"Ah, bukan seperti itu, maksudku pantatmu itu terlalu indah dan dapat menyaingi dada Mai-chan jadi aku tergoda."
Seketika pukulan mendarat lagi di wajah Aomine dan sang pelaku buru-buru memakai celana dalam berenda memalukan itu dan memakai kembali celana dan pakaian seragamnya.
"Bodoh!" bentaknya di depan wajah Aomine.
Kagami mengambil tasnya yang tergeletak di atas lantai bilik kamar mandi, ia segera keluar dengan wajah memerah dan gerutu kesal. Aomine yang mendapatkan pukulan telak dua kali pun hanya bisa terbengong dan syok.
"Kenapa aku di pukul lagi?" tanyanya bingung.
.
.
.
Tbc? Apa ngga usah?
