Tittle: My Type
Author: Chunhong07
Pairing: Hanbin X Jinhwan a.k.a Binhwan
Genre: Romance
Warn!: Boys Love, BxB, Shounen-ai, etc.
Disclaim: The characters belong to YG Entertainment and themselfes
Summary: You're my type. Even if you don't say anything, I have a feeling. From your head toes. Everything.
A/N
Annyeong! Ketemu lagi sama akuuu~
Well, it's not that long time since I write my lastest fict. This in another Binhwan yoooo…
aku ngga bisa bilang ini sequel. Tapi ini lebih ke prequelnya SPOILER, di mana Binhwan pertama ketemu dan Hanbin cinta mati sama Jinan. Leave some comment please..
Enjoy Reading!
Seorang pemuda terlihat tengah mengendarai motor sport merah menyalanya memasuki lingkungan Universitas Seoul. Kemudian memarkirkan motor kebanggaannya itu di area parkir khusus mahasiswa. Mematikan motornya lalu membuka helmet hitamnya dan terlihatlah wajah tampan milik pemuda tersebut.
Mata sipitnya yang berkilat tajam, hidungnya yang mancung, bibir pink heartshapednya, kulitnya yang kekuningan dan jangan lupakan rambut hitam legamnya yang sangat menawan. Tubuh kekarnya dibalut t-shirt putih dan jacket denim serta kaki jenjangnya memakai jeans senada dengan jacketnya dan sepatu kets merah. Ia merapikan sedikit rambutnya ke atas, melihat ke arah spion motor. Memastikan bahwa dirinya terlihat tampan. Oh, narsis sekali.
Hanbin -nama pemuda itu, seketika menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa disekitarnya. Kelihatannya, Hanbin merupakan salah satu kandidat pemuda yang akan populer di kampus tersebut.
Hanbin melangkahkan kakinya di koridor kelas, mencari dengan cermat papan nama yang bertuliskan 'ruang tata usaha'.
Mengapa Hanbin tidak langsung ke kelasnya saja? Jawabannya simpel. Seminggu lalu ia tidak berangkat waktu di mana ia seharusnya menjalani ospek sebagai mahasiswa baru. Alasannya? Jangan tanya. Hanbin malas menjawab. Yang jelas ia cukup menderita karena Hanbyul tidak mau melepasnya barang sedetikpun saat tahu Oppa tersayangnya itu akan pindah Goyang* ke Seoul.
Setelah menemukan ruangan tersebut -yang ternyata butuh waktu lebih lama. Hanbin memasuki ruangan tersebut dan mengurus beberapa keperluan di sana. Tentang jadwal kuliahnya, beberapa klub ekstrakulikuler -yang tanpa ditanya pun ia akan memilih dance, dan buku setebal satu ruas jari kelingking yang berisi peraturan di kampusnya. Astaga! Ini kampus apa asrama sih?
"Nah, kau sudah mengerti, kan?", tanya seorang wanita paruh baya di depannya. Dari name tag yang dilihat Hanbin, namanya adalah Song Jihyo.
"Ye, seonsaengnim. Saya paham.", jawab Hanbin kalem.
"Sekarang, kau tunggu di sana sebentar. Seseorang akan datang dan mengajakmu berkeliling kampus.", ucap Jihyo.
"Tidak perlu, saem. Aku bisa melakukannya sendiri nanti.", tolak Hanbin halus. Jujur saja, ia lelah jalan dari parkiran menuju ruang TU ini. Tak disangka Hanbin, universitasnya ini ternyata sangat luas.
"Tidak bisa, Tuan Kim. Ini sudah menjadi tradisi di universitas kami. Mahasiswa baru maupun mahasiswa yang tidak mengikuti ospek akan menjalani tour khusus bersama ketua senat maupun yang mewakili. Dan dalam hal ini kau akan ditemani oleh wakil senat. Mohon tunggu sebentar. Kelihatannya ia sedikit terlambat.", jelas wanita itu.
Yah, mau bagaimana lagi? Sudah peraturan dan Hanbin tidak berdaya untuk menolaknya.
Setelah 5 menit menunggu, tiba-tiba pintu ruang tata usaha terbuka dengan cepat. Menampilkan sesosok pemuda mungil yang langsung menuju ke tempat wanita yang membantu Hanbin tadi. Pemuda itu berbicara dengan wanita tadi, dan sialnya Hanbin tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan pemuda itu. Hanbin melihat kalau wanita tadi melihat ke arahnya, disusul pemuda itu mengalihkan pandangannya kemudian.
Deg!
Untuk sesaat, Hanbin terpesona dengan wajah pemuda tadi. Belum puas Hanbin menatapi wajah manis itu, pemuda tadi sudah mengalihkann pandangannya kebali pada wanita itu. Dan tanpa sadar, Hanbin mendesah kecewa.
Ia menundukkan kepalanya. Tanda putus asa. Dia belum puas melihat wajah bak malaikat milik pemuda itu. Hanbin menggerutu kesal.
"… Kim, tuan Kim."
Hanbin tersadar dari kekesalannya –yang sebenarnya hanya karena hal sepele. Melihat ke arah petugas bernama Song Jihyo tadi, tapi petugas itu sedang menulis sesuatu di mejanya. Tidak melihat ke arah Hanbin. Hanbin heran, siapa yang memanggilnya?
"Chogiyo, apa kau benar Kim Hanbin?", ucap suara menggemaskan itu.
Hanbin langsung saja mengalihkan pandangannya ke samping kanannya. Betapa terkejutnya Hanbin mendapati malaikat tadi ada di sampingnya dan sedang berbicara padanya. 'Uuhhh.. mungil sekali~ pasti hangat jika ia peluk.', pikir Hanbin.
"Ahh.. Ne. Kim Hanbin imnida.", ucapnya lalu tersenyum kaku.
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena kau harus menungguku begitu lama. Namaku Kim Jinhwan. Aku wakil senat yang akan mengajakmu berkeliling kampus.", ucap si mungil –bagi Hanbin.
"Ne. Tidak apa-apa. Lagipula aku juga masih lelah karena berjalan untuk mencari ruang TU ini.", ucap Hanbin. Memastikan diri untuk memasang senyum mematikan yang bisa membuat siapapun terpikat padanya. Haha, narsis sekali.
Siapa tahu, pemuda ini menyukainya pada pandangan pertama, kan? Layaknya Hanbin yang merasakan kupu-kupu di perutnya saat melihat pemuda itu tersenyum. Kau yang jatuh cinta pada pandangan pertama, Hanbin.
"Baiklah, kita mulai tournya. Karena sekarang sudah jam 8 dan jam 10 nanti aku ada kelas, singkat saja ya.", ucap Jinhwan.
Jinhwan mulai menjelaskan beberapa ruangan penting. Seperti ruang dosen, ruang TU yang tadi disinggahi Hanbin, ruang senat, dan banyak ruangan lain yang tidak Hanbin dengarkan karena sibuk memandangi Jinhwan dari ujung kaki, hingga ujung kepala.
Jinhwan memakai sneakers hitam, kaki mungilnya dibalut jeans biru tua, tubuhnya –yang juga mungil, memakai sweater longgar berwarna cream dan beberapa aksesoris, seperti jam tangan, kalung dan cincin berbentuk aneh.
Wajahnya yang mungil –banyak sekali kata mungil untuk menggambarkan sosok Jinhwan bagi Hanbin. Bibirnya yang berwarna pink, hidungnya yang mancung, pipinya yang terlihat lembut jika disentuh –atau dicium, matanya yang sipit tapi bersinar itu, rambutnya yang kekuningan, dan jangan lupakan heartshapped mole di bawah mata kanannya yang membuat Jinhwan semakin terlihat menggemaskan di mata Hanbin.
Sungguh Kim Jinhwan benar-benar membuat hati, jantung dan otaknya bekerja diluar kendali seorang Kim Hanbin.
"Hei.! Kau tidak mendengarkanku.", ucap Jinhwan lucu, lalu mem-pout-kan bibirnya. Astaga! Hanbin sampai menahan nafas melihatnya. Menggemaskan sekali~
Hanbin tersentak –menyadari kebodohannya, ia membungkukkan badannya dan tersenyum kaku.
"Maaf, Jinhwan-ssi. Kau terlalu indah untuk diabaikan begitu saja.", ucap Hanbin jujur.
"Geezz… Freshman.", ucap Jinhwan malas.
"Memangnya kenapa? Wajahmu memang cantik kok. Apalagi tubuhmu yang mungil.", jawab Hanbin.
"Terserah kau saja lah."
"Baiklah, aku minta maaf. Kali ini aku akan mendengarkan."
"Terlambat. Aku sudah tidak bersemangat lagi. Dan aku bosan.", jawab Jinhwan ketus.
Mati kau, Kim Hanbin! Kau membuat targetmu marah. Hei, Target apa?
"Hei, aku sungguhan minta maaf, Jinhwan. Mau membicarakan hal yang lain?", ucap Hanbin sedikit –oke? Hanya sedikit, memohon. Ia tidak ingin berpisah secepat ini dengan pujaannya.
"Maaf, aku tidak tertarik.", jawab Jinhwan datar. "Dan apa itu Jinhwan? Kau itu anak baru dan dari tahun kau memasuki universitas ini kau itu lebih muda 2 tahun dariku! Setidaknya panggil aku sunbae."
"Kau! Kau lebih tua 2 tahun dariku? Astaga! Aku kira kau itu salah satu orang paling pintar yang mengambil kelas akselerasi yang usianya 2 tahun lebih muda dariku.", jawab Hanbin terkejut.
"Kau ini! Maksudmu mau menghina karena aku bodoh atau memuji baby-facedku, huh?", ucap Jinhwan kesal. Benar-benar anak baru ini!
"Maaf, hyung." Hanbin berhenti sejenak. Melihat ekspresi Jinhwan yang masih kesal. "Tak apa, kan kalau aku memanggilmu hyung?"
Jinhwan menarik nafasnya. Berusaha menenangkan diri.
"Terserah kau! Aku tidak perduli!"
Hanbin terkejut. Cara Jinhwan berbicara benar-benar mengagumkan. Terdengar begitu anggun, tapi juga begitu tegas. Dirinya yakin, kalau dia benar-benar menyukai –tidak, mencintai Jinhwan sejak pertama melihatnya.
"Hyung, aku sungguhan minta maaf. Mau kutraktir es krim?"
"Kau pikir aku ini anak kecil, huh?"
Hanbin menganggukkan kepalanya. "Kau sangat menggemaskan.", ucapnya lalu mencubit sekilas pipi kanan Jinhwan.
"Ya! Apa orang tuamu tidak mengajari sopan santun pada orang yang lebih tua?", jawab Jinhwan kesal.
"Kau yakin kau lebih tua dariku? Tingkahmu bahkan mirip dengan adikku yang masih berumur 5 tahun.", jawab Hanbin menggoda Jinhwan.
"Yak! Anak baru menyebalkan!", ucap Jinhwan lalu memukul lengan kanan Hanbin lumayan keras.
"Aduh! Kau ini, kecil-kecil tapi kuat juga."
"Yak! Begini-begini aku ini laki-laki tahu!"
Dan keributan yang mereka timbulkan membuat beberapa pasang mata yang ada di koridor mengalihkan pandangannya.
"Ah, sudahlah. Ini sudah mendekati jam 10. Aku harus memasuki kelasku. Kau juga ada kelas, kan?", ucap Jinhwan.
"Uhm.. iya." Hanbin melihat jadwal yang dibawanya dari ruang TU tadi. "Aku ada kelas.", sambungnya lesu.
"Kalau begitu, sampai di sini saja. Bye, Hanbin."
Saat Jinhwan hendak melangkah, pergelangan tangan kirinya ditahan oleh Hanbin.
"Boleh aku bertanya sesuatu?", ucap Hanbin hati-hati. Pasalnya dia sudah membuat Jinhwan kesal.
"Uhm. Tanyakan saja.", jawab Jinhwan.
"Apa kau masih marah padaku?"
Jinhwan menggeleng.
"Bisa kita bertemu lagi? Apa jurusanmu di universitas ini? Boleh aku meminta nomor ponselmu? Siapa tahu jika aku kesulitan, aku bisa meminta bantuanmu."
"Wow. Santai, tuan Kim. Kau bilang sesuatu, tapi ternyata…" Jinhwan menggantungkan kalimatnya.
"Jawab saja, hyung."
"Kau ini suka padaku ya?"
Hanbin terkejut. Apa terlalu jelas di wajahnya?
"Tertulis dengan jelas dan terang di dahimu, tuan Kim.", jawab Jinhwan seakan bisa membaca apa yang Hanbin pikirkan.
Merasa tak bisa mengelak, Hanbin menganggukkan kepalanya.
"Well, tidak semudah itu. Tanyakan saja pada orang lain. Bye, Kim-freshman.", ucap Jinhwan lalu berlalu meninggalkan Hanbin yang masih terpaku.
Astaga! Jantungnya berdetak keras sekali.
###
Hanbin melangkahkan kakinya keluar kelas dengan lesu. Ia masih termenung memikirkan Jinhwan. Wakil senat yang ternyata populer sekali di universitas ini. Terbukti selama ia mengikuti jadwal kelasnya, banyak orang yang membicarakan Jinhwan. Entah Jinhwan yang semakin cantik, Jinhwan yang baik, dan Jinhwan yang begitu mempesona.
Haah..
Hanbin menghela nafasnya. Sepertinya akan sulit mendapatkan hati Jinhwan.
Saat sibuk memikirkan Jinhwan, sayup-sayup Hanbin mendengar seseorang memanggil namanya. Saat ia mengangkat kepalanya, pandangannya menemukan seseorang bergigi kelinci dan berwajah lucu melambaikan tangan lalu menghampirinya.
"Jiwon hyung.", panggilnya.
"Hei!", ucap pemuda tadi lalu merangkul pundak Hanbin.
Jiwon. Satu-satunya teman dekat Hanbin –bisa dibilang sahabat, yang sudah sejak kecil mengisi waktu luang bersama. Usia mereka hanya terpaut 1 tahun, jadi sudah seperti saudara sendiri. Jiwon memasuki universitas ini setahun lalu. Dan Hanbin memutuskan untuk memasuki universitas yang sama. Bukan apa-apa. Hanya saja, kata Jiwon jurusan manajemen di sini sudah terkenal kualitasnya.
"Bagaimana kuliah? Kau terlihat kurang senang, Bin.", ucap Jiwon.
"Tak apa. Hanya beberapa kejadian kecil di pagi hari dan.. kau tahu, merusak moodku.", jawab Hanbin lesu.
"Kau ini! Ubah sedikit sifat moody mu itu. Sungguh tidak keren tahu."
"Yak! Ini sudah gen dari ayah dan ibuku. Mana bisa seperti itu.", jawab Hanbin kesal.
"Kau lapar? Mau ke kantin?", ajak Jiwon.
"Baiklah."
###
Saat sampai di kantin mereka segera memasuki antrian untuk mengambil makanan. Setelah itu, mereka duduk di bangku untuk 2 orang pinggir kantin.
"Apa yang terjadi pagi ini?", ucap Jiwon membuka pembicaraan di antara mereka.
"Beberapa waktu berjalan mencari ruang TU, menunggu seseorang yang terlambat, pertengkaran kecil, dan beberapa waktu membosankan di dalam kelas.", jawab Hanbin setelah menelan kimchinya.
"Astaga! Pagimu benar-benar super, Bin. Langkah bagus untuk mengawali masa kuliahmu di universitas.", jawab Jiwon sarkastik.
"Hmm… Begitulah."
Hanbin hendak melanjutkan makannya, namun pandangannya terkunci pada seseorang di tengah kantin. Arah jam 10 di belakang Jiwon.
Ia melihat Kim Jinhwan.
Jinhwan bersama beberapa temannya –Hanbin rasa, tertawa lepas. Astaga! Pasti tawanya merdu sekali. Salahkan Jiwon yang mengambil tempat di pinggir kantin. Ia jadi tidak bisa mendengar suara tawa Jinhwan.
Hanbin tidak memperhatikan Jiwon yang mengoceh tidak jelas, bahkan ia mengabaikan makan siangnya dan memilih untuk menghabiskan waktu untuk memperhatikan Jinhwan. Jinhwan yang sangat mempesona.
Astaga! Jantungnya mulai berdetak tidak normal lagi.
Menyadari Hanbin tidak memperhatikannya, Jiwon menegur Hanbin.
"Kau lihat apa, sih?" Jiwon mengalihkan badannya ke belakang. "Ohh. Jinhwan hyung."
Hanbin mengalihkan pandangannya ke arah Jiwon saat mendengar nama Jinhwan disebut dengan santainya oleh Jiwon.
"Maksudmu apa, hyung?", tanya Hanbin.
"Sudahlah, Bin. Kita sudah lama saling mengenal. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu.", jawab Jiwon santai. "Kalau kau memang sungguh-sungguh menyukai Jinhwan, mulailah mendekatinya dari sekarang."
"Maksudmu?" Hanbin bingung.
"Jinhwan itu, banyak sekali orang yang menyukainya. Baik dalam universitas, maupun di luar universitas. Dia itu sempurna. Tanpa cacat. Wajah cantik, tubuh mungil, pintar, baik hati, penyayang. Siapa yang tidak menginginkan Jinhwan untuk dijadikan kekasih?", jelas Jiwon.
"Apa kau salah satu dari mereka yang mengagumi Jinhwan?"
"Sorry, dude. Jika itu terjadi, Kim Donghyuk akan mengulitiku hidup-hidup. Aku masih sayang nyawa dan tentu saja aku sangat menyayangi DonDonku~", ucap Jiwon yang menbuat Hanbin ingin muntah.
"Seriously, hyung? Kau membuatku jijik."
"Yak! Kurang ajar, kau!"
Jiwon hendak memukul kepala Hanbin dengan sedoknya, tapi ia kalah cepat dari The Ace Kim B.I.
Mereka terus membahas panjang kali lebar kali tinggi tentang Kim Jinhwan.
Jinhwan berada di fakultas bahasa, tepatnya bahasa Jepang. Putra bungsu dari pemimpin Hwan Corp. yang sukses. Menyukai kucing, coklat, dan beberapa hal manis dan lucu lainnya. Kakaknya merupakan pemilik Hexaro, perusahaan perhiasan yang terkenal. Dan banyak hal mengagumkan lainnya yang Hanbin tahu tentang Jinhwan dari Jiwon.
Bagaimana Jiwon bisa tahu? Simple. Mereka dekat. Layaknya sahabat.
Dan sebagai bonusnya, Hanbin mendapatkan nomor ponsel Jinhwan. Nomor ponsel yang tidak sembarang orang tahu. Hanya orang-orang terdekat Jinhwan saja yang tahu.
Hanbin mengeluarkan notes kecil dari ranselnya. Menulis beberapa kata indah tentang pujaan hatinya.
You're my type,
Even if you don't say anything, I have a feeling
From your head to your toes, everything
You're my type,
When I look at you, I want you so bad I go crazy
Why did you come now?
Love has finally come to me
~the end~
A/N
Sebelumya aku mau bilang terima kasih sama siapapun yang udah fav/follow baik storyku maupun aku –meskipun tulisanku ngga bagus-bagus amat. Makasih juga buat para silent reader yang belum mau comment. Ngga pa pa kok, aku juga mantan /? sider. Buat yang comment pake ID, commentnya udah aku bales lewat PM yah? Trus buat yang ngga pake ID aku bales di sini.
kookies: iya deh, Binhwan udah bahagia kok. Makasih comment nya.
Buat semua yang comment Makasih banget…
yrae, Firda473, shiningxiu, kookies, , junhwan, enchris.727, peachpetals
sankyuu, minna-sann… #pyongg
