Title : Promise
Author: Micky_Milky
Genre: Romance/ Drama/Hurt/Comfort
Rate : M (Mungkin?)
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Pairing: Akashi x Furihata
Length: Chaptered
Warning : Typo, Yaoi, Ooc, Oc, alur kecepatan. Dll
.
.
.
Chap 1
Enjoy reading
.
.
Janji itu apa? Kenapa semua orang harus menepati janjinya? Apa janji itu berharga? Kalau iya, kenapa dia berharga? Bolehkah aku percaya akan janji? Bisa aku memegang janji mereka? Katakan padaku, apa hukuman untuk orang yang mengingkari janjinya? Boleh aku tahu.
.
.
Bocah berumur sembilan tahun itu berlari menyitari halaman rumahnya, membawa bola basket di tangannya memantul-mantulkan bola itu lalu tersenyum senang, perempuan berumur kepala tiga lebih memandang sang putra sambil tersenyum, wajahnya cantik dengan aurah lembut bak seorang malaikat, ya... dia malaikat di dalam keluarga kecil Akashi. Wajahnya rupawan dan sang bocah bernama Akashi Seijuro itu tak pernah menyangkal jika ibunya adalah sosok malaikat dalam hidupnya, sosok perempuan yang paling dia cintai di dunia.
"Seijuro! Jangan terlalu jauh bermainnya."
"Iya, bu."
Bocah itu berlari kearah sang ibu, tersenyum lepas memandang ibunya yang mengelus surai merahnya lembut. Akashi Seijuro berharap sosok itu akan selalu bersamanya, mengelus rambutnya seperti ini, mencintainya dan selalu menyayanginya.
"Sei, ibu senang kau mulai bisa bermain basket bersama teman-temanmu di sekolah."
"Aku senang, basket menyenangkan, bu, datanglah ke pertandingan pertamaku."
"Baik sayang, ibu berjanji."
"Janji?"
"Ya, Janji."
Itulah janji pertama sang ibu, dan setelah itu Akashi Seijuro bisa melihat sang ibu bertepuk tangan dari arah bangku penonton saat pertandingan pertamanya bersama teman satu timnya di kelas tiga melawan kelas lain. Akashi Seijuro tak pernah menyangkah jika senyum sang ibu membuatnya bangga atas kemenangan pertamanya.
.
.
Akashi Seijuro memandang takut kearah sang ayah yang sibuk menatap dokumen-dokumEn perusahaan yang beberapa hari lalu pernah dia pelajari walau sekilas, lututnya lemas takut kedatangannya membuat sang ayah tak senang.
"Ayah, besok pembagian laport, apa ayah bisa datang?"
Akashi senior itu menatap Seijuro sesaat, dia berdiri dari tempat duduknya berjalan mendekati sang putra, kedua laki-laki itu saling menatap, Akashi mendongak melihat wajah sang ayah yang memandangnya datar.
"Tahun kemarin kau juara lagi bukan? Baiklah ayah akan datang."
"Sungguh?"
Senyum kecil terlihat di wajah polosnya, ini pembagian laportnya di kelas tiga, tahun kemarin ayahnya tak bisa datang dan di gantikan sang ibu, tapi kali ini dia benar-benar ingin ayahnya yang datang, dia ingin melihat ayahnya bangga atas kerja kerasnya selama ini, menjadi juara kelas bahkan juara umum dua tahun terakhir membuatnya sedikit kecewa saat sang ayah tak bisa datang mengambil laportnya, tapi dewi fortuna hari ini berpihak padanya. sungguhkah ayahnya akan datang?
"Ya, Ayah berjanji."
Dan di hari pembagian laport Seijuro bisa melihat sang ayah tersenyum bangga saat namanya di umumkan menjadi juara umum di rapat pembukaan pertemuan orang tua yang di saksikan seluruh orangtua murid, dia senang dan dia tak lagi kecewa. Ayahnya benar-benar menepati janjinya.
.
.
Akashi Seijuro menatap Anjing jalanan didepannya kesal, setelah di pungut oleh salah satu pelayan di rumahnya anjing itu menjadi hewan peliharaan di rumah besar milik keluarga kecil Akashi. Baru beberapa hari berada di rumah itu, sang anjing terkadang sering menyalak saat melihat Akashi junior melintas, terkadang Seijuro mencoba membuka tali pertemanan dengan sang anjing tapi hewan itu sering menyalak dan membuat Akashi murka, puncaknya saat bocah yang baru memasuki kelas empat sekolah dasar itu menyuruh sang anjing duduk dan berguling, bukannya menurut sang anjing malah menyalakkinya dengan lebih keras dari yang sudah-sudah tak terima perintanya di abaikan bocah itu memukul sang anjing dengan ranting, beruntung ibunya datang dan menasehati dengan lembut bocah bersurai merah itu.
Menurut, Seijuro tak pernah lagi menyakiti sang anjing bahkan dia sudah berjanji pada sang ibu untuk berhenti menyakiti hewan itu. Tapi tetap saja, anjing itu tak pernah mau menuruti perintahnya, dan Akashi junior itu tak suka.
"Sei, berhenti untuk menyakiti anjing itu sayang, bukannya Sei sudah berjanji untuk tak menyakitinya?"
"Tapi dia tak menurut padaku, bu."
"Sei, janji harus di tepati, berhenti memukulnya, dia menjadi takut padamu."
"Baik, bu."
Setelah itu, bocah Akashi itu tak pernah lagi memukul sang anjing walau dia masih tak menyukai anjing itu karena tak mau menurut perintahnya.
.
.
"Bu, apa janji harus di tepati?"
"Iya, kau harus menepatinya."
"Sungguh?"
"Iya, Sei, ada apa?"
"Bagaimana jika tak di tepati?"
"Hmm, kau akan berdosa sayang."
Mata beriris merah itu mengerja beberapa kali, wajah polosnya mendongak melihat sang ibu yang menatapnya dengan mata senduh dan senyum lembut yang selalu merekah di wajah cantik itu.
"Bu, berjanjilah untuk selalu bersamaku."
Wanita cantik itu menatap sang putra lama, senyumnya kecut tapi tetap terlihat anggun, wajah cantik itu tak berpaling dari sang putra.
"Janji, ibu akan selalu bersamamu."
Beberapa tahun dirinya berada di kelas lima, sang ibu melanggar janjinya, wanita cantik itu pergi untuk selamanya karena penyakit, dan Akashi kecil menatap tak percaya akan karangan bunga dan pigur foto sang ibu yang diletakan di ruang tengah rumah mereka, ibunya pergi, dan ibunya melupakan janjinya untuk selalu bersamanya, apa ibunya berdosa?
.
.
Setahun kepergian sang ibu, Akashi junior kembali mendatangi sang ayah, berdiri di depan meja kerja ayahnya menatap sang ayah datar.
"Besok pengumuman kelulusanku, ayah. Apa kau bisa datang?"
Pengusaha Akashi itu tak sama sekali menatap sang putra, dia hanya menatap lembar demi lembar kertas yang menumpuk di mejanya.
"Aku akan datang."
"Sungguh?"
"Aku akan datang besok, jam berapa?"
"Jam sepuluh pembukaan upacara kelulusan di mulai, berjanjilah untuk datang, ayah."
"Baiklah, aku berjanji, jam sepuluh tepat aku akan datang."
Tepat di hari kelulusannya, Akashi Seijuro tak menemukan sosok ayahnya di bangku orang tua murid, bahkan saat dia dipanggil menaiki podium sebagai lulusan terbaik, bocah bersurai merah itu hanya melihat pelayan tua kepercayaan ayahnya yang duduk di bangku orang tua, menatapnya senang sambil tersenyum bangga. Kembali, Seijuro di kecewakan, ayahnya tak datang, dan ayahnya tak menepati janjinya, apa ayahnya berdosa?
.
.
Semenjak itu Akashi tak pernah meminta janji, dia selalu hidup dengan keinginannya, menikmati setiap detik kehidupannya tanpa janji, membiarkan dirinya terikat akan sang adik membiarkan dirinya bersikap absolute Sampai akhirnya di pertandingan Winter cup di tahun pertama dia memasuki sekolah menengah atas dia dijatuhkan oleh dua bayangan dan cahaya Seirin, Kagami dan Kuroko, Akashi berfikir, mungkin ini saatnya dia meminta janji kembali, tapi pada siapa? Tak ada sosok yang berharga baginya, sosok yang ingin dia minta ikatkan janji padanya. Dan kali ini bukan sang adik yang menguasainya.
Tidak, dia salah, bertemu tak lama di dalam lapangan, Akashi tak menyangkah jika janjinya terikat akan sosok pria biasa yang sekarang berdiri di depannya memandang takut dan gemetar, Akashi Seijuro tersenyum, apa salah dia menitip janji pada sosok itu.
"Kouki, berjanji untuk tak melihat siapapun terkecuali aku, jika kau sampai berpaling, aku tak segan-segan memberi hukuman."
Dan pemuda itu menyanggupi janji sepihak yang di buat Akashi, tersenyum senang, Akashi memeluk pemuda itu dalam, merasa jika membuat janji pada pemuda itu adalah pilihan yang benar.
"Berjanjilah untuk selalu bersamaku, Kouki, dan jangan pernah meninggalkanku."
"Akashi-san, jangan memelukku di sini, terlalu banyak orang."
"Aku tak perduli." Janji itu tak pernah terjawab.
.
.
"Jadi kau akan masuk Universitas mana, Kouki?"
"Aku akan bekerja, melanjutkan kuliah memerlukan biaya, mungkin setelah uangnya terkumpul aku akan masuk ke Universitas negeri."
"Aku yang akan membiayaimu."
"Terimakasih Akashi-san, tapi aku tak ingin memberatkanmu."
"Tapi kau kekasihku, Kouki."
"Arigatou, tapi tidak saat ini."
Akashi hanya diam memandang pemuda itu tak percaya, ini kali pertama pemuda itu menolaknya selama masa mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Pemuda itu menjadi bagian berharga dari dirinya setelah mendiang sang ibu tentunya. Perjuangan cinta mereka bukanlah hal yang mudah, mendapat halangan dari sang ayah, Akashi muda tak pernah mau mengalah atas cintanya, biarkan selama ini dia selalu mengikuti aturan keras sang ayah tapi baru kali ini dia berlutut di hadapan sang ayah sambil menyembah untuk tetap membiarkannya bersama orang yang paling dia cintai, Furihata Kouki. Sekeras kepala apapun ayahnya, dia tetaplah sosok seorang ayah, melihat sang putra menangis tidaklah mudah, wajah lembut mendiang istri selalu terkenang saat dirinya bersikap kasar dan terlalu keras pada sang putra. Perjuangan itu berbuah manis, ayahnya tak lagi mencampuri urusan percintaannya, dengan syarat, Akashi mulai memegang beberapa perusahan besar di umurnya yang baru menginjak tujuh belas tahun dan baru saja menikmati masa kelulusan sekolah menengah atasnya.
"Akashi-san akan melanjutkan kuliah di mana?"
"Di Amerika, Harvard University, kuharap kau ikut denganku."
"Jauhnya... tidak terimakasih, itu terlalu jauh, Akashi-san, aku akan di sini menunggu Akashi-san."
Akashi tersenyum, sudah keputusannya untuk melanjutkan studinya di sana, setelah berkonsultasi dengan Kagami akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan studinya di negara tempat Kagami di besarkan itu. Ya, walau berkonsultasi dengan Kagami tidaklah mudah karena pemuda pecinta basket itu tak banyak ingin bicara dengannya, tapi walau begitu berkat adanya Himoro di samping Kagami saat itu, akhirnya pemuda itu mau juga memberi saran Universitas mana yang menjadi unggulan negara superior itu.
"Kouki, aku berjanji akan kembali kemari dan setelah studiku di sana selesai aku akan tetap bersamamu di sini, jangan pernah berani melirik orang lain, kau mengerti?"
"Aku tak akan berani melakukannya."
Pemuda beriris sekecil biji pinus itu tersenyum lembut, Akashi senang melihat senyum itu, tak di pungkiri jika Akashi Seijuro akan sangat merindukan pemuda ini, dia tahu Kouki-nya pun sebenarnya taklah rela untuk berpisah dengannya, dia tahu itu, Kouki-nya tak ingin jujur akan perasaannya.
"Aku tunggu kau di bandara minggu depan, aku akan berangkat."
"Ya, aku janji kali ini tak akan datang terlambat."
Dan hari itu Furihata datang dengan wajah cerah mengantar kepergian Akashi, Akashi masih ingat bagaimana Furihata akhirnya menangis sambil memeluknya erat, ya, tangis itu terlanjur keluar setelah Akashi meminta Furihata untuk menunggunya. Menunggunya kembali.
"Kouki, berjanjilah untuk menungguku, tetap bersamaku, dan jangan meninggalkanku."
"Aku berjanji, Akashi-san. Aku berjanji."
Dan.
.
.
.
.
.
Janji itu terlupakan, Akashi kembali tiga bulan setelahnya setelah mendengar kabar Furihata Kouki tewas terjatuh kejurang setelah sepeda yang di kendarainya di tabrak truk pembawa tahu. Pemuda itu bergetar hebat, dunianya kembali jungkir balik, dia menepati janjinya untuk kembali tetap orang yang dia cintai ingkar janji, seberat itukah janjinya sampai orang-orang yang dia beri janji pergi begitu saja mengingkari janjinya. Satu yang Akashi Seijuro tanyakan, apa Kouki-nya berdosa?
.
.
.
TBC
A/N
Galau? Ya~ saya ingin berbagi galau, dan kenapa harus truk tahu? Itu karena grub KnB yang saya ikuti sedang membully Sei dengan mengatakan jika Akashi Seijuro itu mentalnya tahu setelah mereka nonton KnB S-23... cih~ sabar nak... sini dengan mama, biar kita botakin rambut mereka lalu kita gunting kecil-kecil biar bisa dijadiin mainan kunci, mama... maju ma... #seret Reo-nee #woii. Entah apa yang ada di pikiran mereka ngebully Sei saat KnB S-23 sunggung-sungguh menguras air mata dan perasaan, entar emaknya Akashi bangkit dari kubur baru tahu rasa loh yang bully anaknya...
Mungkin sudah ada yang bisa nebak endingnya?^^ semoga suka...
ok.. repyu please...
^Micky_Milky^
