Title: Something Black in The Dark
Author: Myka Reien
Main Cast: HunHan, Oh Sena (17) (OC), Oh Shin (15) (OC)
Genre: Rate T, GS
Note: No bash, no flame, no peanut please. Let's be a good reader and good shipper.
HAPPY READING
Ppyong~❤
.
.
.
Something Black in The Dark
.
.
.
Hari Minggu. Cuaca di luar jendela nampak cerah. Tidak terik, juga tidak terlalu silau. Terasa sejuk karena sesekali angin sepoi berhembus meratakan partikel oksigen yang dia curi dari ujung-ujung spora dedaunan hijau yang merimbun. Di tengah cuaca cerah dan sejuk seperti ini, paling menyenangkan kalau bermain di taman, bersepeda, bermain basket, futsal, atau apapun yang bisa dilakukan di bawah naungan langit biru yang bersih dari coretan warna putih awan. Tapi bisa juga melewatkan hari yang menyenangkan seperti ini di dalam rumah. Tiduran, menikmati hembusan angin dari jendela yang dibiarkan terbuka, bermalas-malasan sambil membaca buku atau main game.
Dan sudah hampir 30 menit ini, stick game terlepas dari sepasang tangan putih yang menyimpan urat tegas otot muda tersebut. Posisi badannya sama sekali tidak rileks, seperti seekor kucing yang sedang bersiap untuk menangkap mangsa. Kedua tangannya menyangga tubuh dengan sepasang lutut yang menempel di karpet. Nampak bokong seksinya menungging dengan kulit perut yang terlihat karena kaos oversize yang dia kenakan tersingkap ke bawah begitu saja akibat posisinya saat ini.
Sementara, sepasang mata tajam namja berambut coklat platina dengan potongan berponi tersebut tak henti menatap ke celah di antara almari buku dan almari video game di hadapannya. Wajah tampan beralis tegas dengan kulit putih tanpa noda nyaris pucat itu nampak tegang entah karena apa. Tapi yang pasti, melihat dari cara dia bergerak mundur perlahan dan menelan ludah yang terasa seret, ada sesuatu hal yang membuatnya cemas dan berpikir panjang saat ini.
Tanpa mengalihkan pandangan dari celah almari yang gelap, namja berkaki panjang tersebut mengerutkan alis tegasnya yang ikut dicat sewarna dengan warna platina rambutnya. Sangat terlihat jika dia sedang mengalami konflik batin. Antara mengumpulkan keberanian dengan maju ke depan, atau mundur dan menyerah untuk cari aman. Setelah beberapa kali maju dan mundur tanpa bisa memutuskan akan memilih yang mana, namja bermata coklat cemerlang itu akhirnya mengeraskan rahangnya yang memiliki garis tegas dan membentuk sempurna wajah tampannya. Perlahan, tubuh berproporsi sedang namun nampak kokoh tersebut menggerakkan tangan dan kakinya ke depan. Sejengkal demi sejengkal sembari sepasang matanya tidak berhenti menatap penuh telaten ke 'sesuatu' yang berdiam di celah kegelapan almari.
Sementara itu, tiba-tiba seorang pria paruh baya masuk ke ruang tempat namja muda tadi berada. Tangan kanannya membawa cangkir berisi teh hangat dan tangan kirinya menenteng koran yang diantar ke apartemen mereka pagi ini, agaknya dia ingin menghabiskan siang yang tenang dengan membaca perkembangan negara tempat tinggalnya. Pria yang berwajah sangat mirip dengan namja tampan berkulit putih tadi langsung mengerutkan alis heran melihat sikap aneh anak lelakinya. Duduk menungging sambil merangkak pelan mendekati almari, persis seperti seekor kucing sedang mengincar tikus.
"Shin-ah, kau sedang apa?" tegur pria paruh baya berkulit putih dengan rambut platina sama seperti anaknya itu seraya memasang ekspresi keheranan.
"Ssst-" Shin hanya menempelkan telunjuk tangannya di depan bibir sesaat sebelum kembali berkonsentrasi dengan kegiatannya.
Dikuasai rasa penasaran, pria paruh baya tadi, Appa Shin ― dengan kata lain, Oh Sehun ― meletakkan cangkir teh dan korannya ke atas meja lalu bergerak mendekati anaknya dan ikut jongkok tepat di sebelah Shin.
"Apa yang kau lihat?" tanya Sehun tidak mengerti sambil memicingkan mata berusaha menemukan objek pandangan anaknya yang masih memasang wajah tegang.
"Itu, Appa. Di celah almari. Di situ." Shin menunjuk kegelapan di celah almari dengan jari tangannya. Sehun mengikuti arah telunjuk Shin, memicingkan sepasang mata tajamnya yang sudah mulai memburam karena usia dan dalam sekejab mata itu melebar. Sehun menarik badan lebih dulu daripada Shin dengan wajah memucat.
"Ah, Appa~" suara Shin terdengar kecewa melihat reaksi Appa-nya.
"Appa paling tidak bisa yang beginian. Kau urus saja itu, eoh?" ujar Sehun.
"Tapi..."
"Kalau kau tidak mau, biarkan saja. Tunggu sampai Umma-mu pulang belanja. Biar dia yang membereskannya," potong Sehun cepat.
"Aish, Appa pengecut," decih Shin kesal lalu kembali ke posisi awalnya. Kali ini dia sudah membawa persiapan. Entah sejak kapan namja usia belasan tahun itu sudah memegang koran Appa-nya yang digulung dan dijadikan seperti tongkat. Sementara Sehun diam saja memperhatikan tingkah anaknya dari jarak dua meter.
"Shin-ah, kau yakin bisa?" tanya Sehun sangsi.
"Appa diam saja dan lihat. Aku sudah belajar tekniknya dari Kyungjong. Dekati dan pukul dengan cepat sebelum 'dia' bergerak," jawab Shin dengan wajah percaya diri.
"Appa tidak yakin kau bisa," desis Sehun membuat Shin menolehkan wajah dan merengut.
"Appa tidak punya hak meragukan aku. Masih lebih baik aku ada di sini dan mencoba. Daripada Appa?" Shin menunjuk Appa-nya dengan ujung dagu. Meremehkan. Membuat Sehun yang gantian merengut. Appa dan anak sama saja. Berwajah mirip dengan ekspresi childish yang tidak jauh beda.
Saat Shin kembali memfokuskan matanya pada celah almari, mendadak manik coklat cemerlang laksana bintang itu membeliak dan membulat sempurna. Wajah tampannya yang putih menjadi semakin pias karena memucat demi melihat 'sesuatu' yang tadinya berdiam di kegelapan celah almari tiba-tiba bergerak. Kedelapan kaki itu merangkak cepat secepat orang bersin dan tahu-tahu sudah berada di dekat tangan Shin. Shin menatap nanar pada punggung hitam kecil di dekat tangannya yang putih dan dalam sekejab...
"AAAAA!" terdengar jeritan keras lengkingan suara falseto Shin yang menggema hingga ke sudut-sudut terkecil gedung apartemen elite itu.
"Wae? Wae? Wae? Wae? Wae? Wae? Wae?" tanya Sehun panik melihat anaknya yang mendadak melompat dari tempatnya duduk dan naik ke atas kursi sofa sambil bergidik jijik.
"Dia bergerak, Appa! Dia bergerak! Dia bergerak!" pekik Shin heboh. Dan matanya kembali membulat manakala 'sesuatu berpunggung hitam' itu mendadak melayang di udara. Wajah Shin kian memucat.
"AAAAA! DIA TERBANG! APPAAA!" Shin histeris dan berlari menubruk Sehun, bersembunyi di belakang punggungnya.
"YA! Jangan ke sini! Kau...!" kalimat kesal Sehun terpotong oleh teriakan Shin yang kembali melengking.
"Dia terbang ke sini, Appa! Appa, selamatkan aku!" tangan Shin menunjuk-nunjuk ke 'benda hitam' yang terbang ke arah mereka berdua.
"AAAAA! ANDWEEE!" Sehun ikut berteriak dan berlari menjauhi 'benda hitam' itu, sementara Shin mengekor di belakangnya, menggenggam kuat kain bajunya dan ikut kemanapun dia bergerak.
"YA! Jangan pegang baju Appa! Berat!" protes Sehun.
"Aku takut, Appa~! Appa, dia ke sini! Dia ke sini!" Shin kembali berteriak heboh, disusul Sehun, dan kemudian kedua Ayah-anak itu berlari lagi mengelilingi ruang duduk untuk menghindari 'benda hitam' yang dengan ceria mengepakkan sayapnya serta terus-menerus mendekati pasangan tampan tersebut seolah dia sudah 'terpesona' pada mereka.
"Appa, Shin-ah, kalian berisik sekali. Jinjja...!" mendadak terdengar suara kesal seorang yeoja. Sosok tinggi ramping muncul di mulut pintu ruang duduk. Rambut panjangnya yang berwarna platina nampak terjepit asal di kepalanya dan wajah kecilnya yang cantik terlihat sangat mengantuk. Gadis itu menggosok mata coklatnya yang indah, sama seperti mata Shin, dengan jari tangan, menunjukkan bagaimana jam tidurnya benar-benar terganggu akibat kehebohan pasangan Ayah-anak tersebut.
"Sena! Sena-ya! Bantu, Appa! Sini! Ke sini!" Sehun memanggil anak perempuannya dengan panik.
"Noona, tolong aku~ Appa tidak bisa diandalkan~" rengek Shin yang masih bersembunyi di punggung Sehun.
"YA! Jangan sembarangan menyebut Appa tidak bisa diandalkan! Kau sendiri cuma sembunyi saja dari tadi! Kau bilang kau sudah belajar tekniknya dari Kyungjong!" sembur Sehun kesal.
"Teknik itu berbeda dari prakteknya, Appa~" suara Shin berubah merajuk, membuat Appa-nya makin mendengus kesal.
"Apa sih?" desis Sena tidak mengerti. "Ada kecoak?" tebaknya.
"SSST!" Sehun dan Shin menyilangkan telunjuk di depan mulut bersama-sama.
"Jangan sebut namanya! Nanti dia bisa..." kalimat Sehun terhenti mendadak karena tahu-tahu 'benda hitam' itu kembali terbang dan nyaris menabrak wajahnya. Reflek Sehun jongkok, Shin juga jongkok karena memang dia masih setia memegangi baju Appa-nya dan mengikuti apapun gerakan pria paruh baya tersebut.
Sehun bergerak cepat ke tempat putrinya berdiri dan Shin masih mengekor di belakang seperti anak anjing.
"Sena-ya, lakukan sesuatu," pinta Sehun sambil menarik-narik lengan kaos anaknya.
"Noona~" Shin ikut-ikutan memasang puppy eyes merayu kakak perempuannya. Sementara Sena hanya dapat menghela napas panjang melihat tingkah dua namja itu. Gadis tersebut memperbaiki ikatan rambut panjangnya dan melepas kedua sandalnya yang kemudian dia pegang dengan tangan. Melihat saudaranya sudah dalam mode siap tempur, Shin langsung menyunggingkan senyum sumringah.
"Noona, hwaiting~" ujar Shin memberi semangat.
"Sena-ya, berjuanglah~" Sehun ikut-ikutan.
Sekali lagi, Sena hanya dapat menghela napas jengah. Dengan cuek gadis molek itu berjalan masuk ke wilayah ruang duduk dan mengedarkan pandangan berusaha menemukan 'benda hitam' yang barusan membuat Appa serta adik lelakinya heboh.
"Dimana kau, huh? Ayo, cepat keluar biar aku bisa cepat membunuhmu. Gara-gara kau, aku jadi tidak bisa tidur siang," geram Sena kesal. Tapi seperti tahu jika nyawanya sedang diincar, kecoak itu malah bersembunyi dan tidak menampakkan diri sama sekali. Padahal tadi dia terus-menerus terbang dan menggoda Sehun-Shin dengan goyangan udaranya yang seksi, membuat kedua namja tersebut berteriak-teriak layaknya seorang fanboy. Tapi kini, binatang genit itu seolah sengaja menghindari Sena yang memegang dua senjata sandalnya, yang sudah siap mengeplak si kecoak dan membuatnya gepeng hingga sejajar dengan lantai.
"YA! Kalau kau tidak keluar...!"
"SENA-YAAA!"
"NOONAAA!" tiba-tiba terdengar teriakan Sehun dan Shin bersamaan. Sena menoleh dan melihat 'benda hitam' incarannya bergerak cepat ke arah Appa serta adiknya yang langsung kalang kabut.
"YA! Jangan pergi kau!" tuding Sena dengan garang dan memburu kecoak itu yang masih bergerak cepat. Sena melemparkan sebelah sandalnya ke tubuh si kecoak. Luput. Dengan gerakan U turn yang seksi, binatang itu menghindari pukulan Sena.
"Kau menantangku, huh!?" Sena memanas.
Cklek, pintu utama rumah apartemen keluarga Oh tersebut terbuka dan masuklah seorang wanita cantik yang membawa tas belanjaan besar di tangannya.
"Umma pulang~" sapanya.
Tak ada jawaban.
"Yeobo? Sena-ya? Shin-ah?" panggilnya.
Namun masih tak ada jawaban. Seolah tak ada yang menyadari kedatangannya.
"Kemana mereka semua?" desisnya heran.
"NOONAAA! Di sana! Di sana! Dia lari ke SANA!" terdengar heboh suara teriakan Shin.
"SENA-YA! ITUUU!" disusul pekikan suara Sehun.
"JANGAN BERISIK! AISHH!" dan umpatan kesal Sena.
"Ada apa sih?" desis wanita paruh baya, Umma Sena dan Shin ― dengan kata lain, Xi Luhan ― dengan penasaran. Diletakkannya tas belanjaan di koridor dekat pintu dapur dan dengan langkah pelan dia mendekati ruang duduk.
"Kalian kenapa ribut-rib...?" kalimat pertanyaan Luhan terpotong oleh teriakan kompak Sehun, Sena, dan Shin.
"UMMA, DIA KE SANA!"
"Eh?" Luhan terbengong sesaat dan ketika dia menunduk, sepasang mata coklatnya yang indah langsung menemukan sebuah punggung hitam yang bergerak cepat ke arah kaki jenjangnya.
Tap. Krak.
Glek. Bersamaan Sehun, Sena, dan Shin menelan ludah melihat akhir hidup si kecoak hitam yang mengenaskan. Dengan ekspresi wajah datar dan tanpa dosa, Luhan menginjak binatang itu begitu saja sampai sayapnya yang keras meretak dan bahkan cairan tubuhnya sedikit muncrat saking kerasnya dia terinjak. Si kecoak pun tewas di tempat.
"U-Umma..." desis Shin bergetar.
"Mwo?" tanya Luhan pendek.
"Umma...membunuhnya..." Shin terbata. Sikapnya sekarang sama seperti orang yang baru saja melihat peristiwa pembunuhan keji tepat di depan matanya.
"Lalu?" tanya Luhan tanpa dosa.
Shin menggelengkan kepala. "Anni," desisnya kehilangan suara.
"Lain kali jangan kelamaan membuka jendela. Di cuaca cerah seperti ini banyak serangga yang terbang," nasehat Luhan. "Shin-ah, bersihkan kecoak ini, Umma mau memasak. Sena-ya, tolong bantu di dapur ya."
"Ne, Umma~" jawab Sena dan langsung kembali memakai sandalnya. Dengan langkah ringan gadis yang mewarisi kemolekan wajah Umma-nya itu langsung beranjak menuju dapur, meninggalkan Appa serta adiknya yang masih diam membeku tak bergerak.
"Ya, cepat bersihkan mayatnya," suruh Sehun pada Shin yang bergeming.
"Appa saja," tolak Shin tak ingin mendekati hewan menjijikkan tersebut.
"Andwe! Kau yang disuruh!" protes Sehun.
"Ah, Appa~ Aku paling tidak bisa yang seperti ini, Appa tahu itu~" Shin mulai merengek.
"Ya! Kau bilang kau ingin jadi laki-laki sejati. Laki-laki sejati harus berani pada serangga, minimal membersihkan mayatnya," desak Sehun.
"Lalu bagaimana dengan Appa? Appa juga tidak berani mendekat 'kan?" tuding Shin balik.
"Appa sudah biasa melakukannya, sekarang giliranmu..."
"Appa hanya beralasan!" sela Shin.
"Berhenti bertengkar dan cepat bersihkan! Aish, jinjja, kalian berdua ini! Hanya membersihkan saja tidak berani!? Dasar pengecut! Laki-laki macam apa kalian, huh!?" bentak Luhan yang mendadak muncul di pintu dengan tangan membawa panci teflon dan tubuh terikat apron. Dia sudah bisa menebak kalau pasti tak akan ada satu pun dari suami dan anak lelakinya yang cepat bergerak membersihkan kecoak mati itu, karena dia sangat tahu bagaimana tabiat kedua namja di keluarganya tersebut yang memang sangat jijik pada serangga, terutama kecoak.
"Tapi, Umma...itu menjijikkan...kotor..." Shin nyengir.
Luhan memelototkan mata, memberi perintah tanpa kata-kata.
"Ne, arasseoyo, Umma. Akan aku bersihkan." Shin menunduk patuh, tak kuasa melawan titah tanpa suara Umma-nya. Dan meski harus menutup mata, namja muda itu tetap memaksakan diri untuk memindahkan mayat kecoak dengan serokan ke tempat sampah.
"Biar sisanya dibersihkan Appa-mu," ujar Luhan menghentikan gerakan Shin yang hendak mengelap cairan kecoak yang mengotori lantai dengan tisu. Wajah Shin bersinar seketika, berbanding terbalik dengan Sehun yang memelototkan mata terkejut. Pria itu menunjuk dirinya sendiri seolah bertanya, 'Aku?'
Luhan menganggukkan kepala lalu berbalik menunjuk suaminya seolah bilang, 'Iya, kau.'
"Appa," panggil Shin sambil tersenyum manis. "Ini." Namja itu menyodorkan selembar tisu yang dia pegang pada Sehun yang menerimanya dengan wajah suram.
"Akan 'ku balas kau," geram Sehun kesal pada istrinya yang hanya terkikik kecil mendengarnya.
"Shin-ah, cuci tanganmu dan bantu Umma di dapur," ujar Luhan begitu insiden kecoak sudah berakhir.
"Eoh? Tapi aku tidak akan makan malam di rumah, Umma," ujar Shin.
"Wae? Kau mau main kemana lagi? Belum puas kau sudah main semalaman, huh?" suara Luhan berubah kesal.
"Sore ini aku ada latihan skateboard dengan Kyungjong dan Chaehyun Hyung. Mungkin aku baru pulang malam hari," jawab Shin.
"Ya, jangan kebanyakan main. Istirahatlah yang cukup, kau bisa sakit nanti," tegur Luhan.
"Arasseo, Umma..."
"Dengarkan kata Umma-mu dan berhentilah membantah." Suara Sehun memotong kalimat Shin. Pria itu mengacak rambut platina anaknya sambil berjalan lalu.
"Ya, Appa~ Appa sudah cuci tangan belum?" tanya Shin mengingat Appa-nya baru saja membersihkan lantai yang terkena cairan tubuh kecoak mati.
"Belum," jawab Sehun sambil menyunggingkan senyum jahil. Mata Shin melotot lebar.
"APPA JOROK! AAARGHHH, RAMBUTKUUU!" pekik namja muda tersebut dengan frustasi, sementara Appa-nya hanya menjawab dengan tawa kemenangan.
"Jangan berisik, Yeobo, Shin-ah!" seru Luhan dari dapur, menegur suami dan anaknya yang mulai bertengkar serta saling berteriak tidak jelas.
-END-
Cerita pertama dari NEXOVEROLE ~ ㅋㅋㅋ
Oh Family~ yehet~ ^^
Mian kalau pendek & kemungkinan chapter-chapter selanjutnya juga akan berupa one shoot pendek seperti ini (atau mungkin panjang? Entahlah, tergantung mood Mykachu XD #plak) tapi yang pasti tetap gaje ㅋㅋㅋ
Soal tema, genre, dan lain-lain bisa berubah sewaktu-waktu tergantung ide ^^ termasuk karakter juga
Jadi yang mungkin pengen ada Kyungjong / Chaehyun / Kou-Shou-Joon / OC yang lain buat next chap, saya gak bisa janji
Just wait and see ^^ ㅋㅋㅋ
Last,
Review? ^^
FF ini juga di-publish di WP "MY KALAXIEN, Another galaxy in the solar systeM" a/n admin Myka Reien.
Silakan hubungi saya untuk kritik, saran, keluhan, & kepo(?) melalui PM / twitter / ask . fm / blog / WP (lihat link lengkap di profil)
I am VERY WELCOME, Guys~!❤
Kamsahamnida~ *bow*
