EXTREME LOVERS

Fandom : Naruto

Disclamer : Masashi Kishimoto

Genre : Friendship/Romance

Words : 4075 words

Warning "Mature Contents"

hentai, hard yaoi, raped, transgender, sexual harassment

For Under 18, keluar sebelum kebejatan saya meracuni pikiran anda =.="

Pairs? Lots of pair...dan tentunya SASUNARU - SASUSAKU

.


.

.

.

... ... ...

Bahagia tak datang karena kamu mendapatkan apa yang tak pernah kamu miliki, namun karena kamu menghargai apa yang telah kamu miliki.

... ... ...

.

.

Halo minna-san, ini cerbung-tidak-baik pertama buatan Sora yang Sora buat sepanjang UAS kemaren, n bru sekarang bisa di publish karena internet bru bisa ON (thanks bgt buat layangan yg nyakut d kabel telepon depan rumah T_T). Sora masi pemula, jadi Sora butuh komentar, saran serta inspirasi sepedas-pedasnya yang membangun dari reader :D Untuk lemon mungkin di akhir-akhir baru Sora kasi, soalnya Sora malu banget buatnya, takut kurang HOT (padahal sering baca fic rate-M #PLAAAK). Untuk quote-quote cintanya Sora ambil dari status FB temen SMA Sora yang berinisial C.S. (Thanks buat C.S. atas status-status cinta galaunya XD.)

.

Pengenalan Tokoh

Haruno Sakura

Cewek yankee look alike yang ngotot pengen ke Konoha buat ketemu pacarnya, Gaara-senpai dengan dalih untuk kuliah disana. Memiliki otak yang bisa dibilang di atas rata-rata, sedikit childish, suka mencampuri urusan orang lain dan pikirannya polos sehingga mudah di ditipu oleh orang lain.

Uchiha Sasuke

Cowok ganteng dengan body atletis idaman para kaum hawa dan gay terutama gay tipe bot (uke). Sifatnya kasar, dingin dan tatapan matanya hampir sehoror dan menusuk milik Suzanna. Walaupun begitu, bisa berubah 180 derajat jika bersama uke tercintanya, Uzumaki Naruto. Sangat tidak suka dengan orang yang suka mencampuri urusan orang lain.

Kaa-san dan Tou-san Sakura

Kaa-san Sakura merupakan tipe ibu-ibu yang protektif terhadap satu-satunya anak gadisnya, cerewet dan kalau marah seperti clonenya Suzanna. Sedangkan Tou-san Sakura merupakan tipe suami-takut-istri sehingga di rumah posisinya berada dibawah istrinya dan memiliki sedikit sifat otomen.

.

.


.

Chapter-1

Mencintai seseorang berarti menjadikannya bagian dari dirimu...

Itu sebabnya akan terasa sakit saat kehilangannya.

.

.

.

Sreeeeekkkk...

Sesosok gadis cantik, baik hati dan rajin menabung #plaaak (narsis mode ON) berambut bubblegum dengan model asimetris bob menggeser pintu geser bermotif sakura. Dan gadis cantik itu adalah aku, Haruno Sakura. Terlihat mukaku yang memerah, nafasku yang tersengal-sengal dan tangan kiriku yang memegang sebuah gulungan kertas dengan pita merah yang mengikat.

"Kaa-san, Tou-san...", aku memanggil kedua orangtuaku dengan pelan serta nafas yang masih tersengal-sengal. Seketika kedua pasang mata memandangiku dengan intens dan menghentikan aktivitas mereka.

"Kaa-san, Tou-san...hari ini adalah hari kelulusanku...", aku masuk ke dalam ruangan, tetapi tak melebihi jarakku dengan pintu keluar, bergabung dengan kaa-san yang sedang menghitung pemasukan dan pengeluaran hari ini dan tou-san yang sedang menonton opera sabun kesayangannya di ruang tamu.

"Sakura...kenapa kau pulang larut, Kaa-san tadi kekurangan tenaga di toko.", ucap Kaa-san dengan lembutnya.

"Ano...hari ini hari kelulusanku, dan aku ingin melanjutkan kuliah di Konoha..."

Traaaak...

Kaa-san menghentikan kegiatan yang sedang digelutinya, ballpoint hitamnya terjatuh dan menggelinding ke arah bawah meja.

Dua pasang mata kembali menatapku yang masih berdiri tegap di depan pintu yang masih terbuka.

"Aku...aku sebenarnya ingin ke Konoha...", terdengar suaraku naik beberapa oktaf.

"Lalu kamu ingin bertemu pemuda bernama Gaara itu kan?", ucap Kaa-san sambil mengambil ballpoint hitamnya yang jatuh dan melanjutkan hitungannya.

JLEEEBBB...1 point kemenangan untuk Kaa-san.

"Bu...bukan begitu...aku ingin kuliah disana Kaa-san." kilahku gugup, sebenarnya itu merupakan salah satu alasanku untuk pergi ke konoha.

"Oh, baguslah"

"Kok Kaa-san ngomong begitu sih ?" perasaanku mulai tak enak.

"Lalu kau akan mengikuti jejak Nii-sanmu?", tiba-tiba suara Kaa-san naik beberapa oktaf dan membuatku merinding.

"Ah Itu-"

"Tidak...tidak...", Kaa-san memotong kalimatku dengan cepat.

"Kaa-san...ke-kenapa?"

"Kau tau kan kondisi perekonomian kita Sakura-chan, Kaa-san dan Tou-san hanya bisa membiayain pendidikanmu hingga SMA.", kini suara Kaa-san mendadak melembut.

"Ta-tapi kenapa Sasori-niisan boleh masuk universitas ?"

"Sakura-chan, Nii-san mu itu dapat beasiswa, dan untuk membiayai hidup di Konoha Nii-sanmu sampai kerja part time.", ujar Tou-san.

"Tou-san dan Kaa-san tidak bisa membiayai kuliahmu Sakura-chan."

Akupun hanya bisa tertunduk mendengar alasan kedua orangtuaku. Klasik sekali.

"Ta-tapi Tou-san, Kaa-san...Sakura bakal kerja part time seperti Nii-san.", rengekku.

"Sakura Haruno ! jaga sikapmu ! kamu pikir berkat siapa kamu bisa tumbuh sampai sebesar ini ! kamu akan tetap disini membantu Kaa-san menjaga toko, menikah dan punya anak disini."

Amarah Kaa-san meledak dan Tou-san hanya bisa diam menatap kami berdua. Tou-san tidak berani menentang Kaa-san, maklum suami takut istri =.=" Kaa-san lah yang memegang kendali di rumah dan tidak ada yang berani menentangnya termasuk Tou-san.

"Dasar Kaa-san...sebal...bilang saja Kaa-san tidak mau aku dekat-dekat dengan Gaara-senpai!", akupun berlari menuju kamarku yang didominasi warna soft pink, malas berdebat dengan Kaa-san yang memang tidak menyukai cowok Sabaku yang notabene menjadi pacarku, kemudian kukunci kamarku.

"Hiksss...hikss...Tou-san...Kaa-san.."

"Hikss...pokoknya...hikss...Sakura akan tetap...tetap pergi ke Konoha."

Kubuka dompet kecilku dan terlihat sesosok pemuda tampan berambut merah bermata panda.

"Pergi ke Konoha...hikss...dan memenuhi janjiku ke...Gaara-senpai."

.


.

#Flashback

Musim semi 2 tahun lalu...

Di taman belakang sekolah terlihat bunga Sakura berterbangan dan hinggap di sela-sela rambut bubblegumku yang panjangnya sepinggul. Suasana dan pemandangan musim semi yang indah tak mampu menghapus kekecewaan yang tengah menggerogoti hatiku ini.

"Sakura-chan...", itulah satu kata yang terlontar dari mulut manis pemuda bernama Gaara, senpai yang lebih tua dua tahun dariku sekaligus pacarku. Gaara-senpai berasal dari Suna, dan ia pindah ke Desa Oto setelah Tou-sannya dimutasi dari Suna setahun yang lalu.

"Selamat atas kelulusannya, Gaara-senpai.", ucapku setengah terpaksa.

"Kau mengucapkannya setengah terpaksa, kau kenapa Sakura-chan ?", tangannya mengelus kepalaku dan mengambil kelopak bunga sakura yang hinggap di atas ubun-ubunku sejak tadi.

"Tentu saja dengan setengah terpaksa, karena kau akan melanjutkan kuliahmu di Konoha..."

"Lalu...?"

"Konoha kan jauh banget dari sini, tiga hari dua malam dengan naik sepeda, duabelas jam dengan menaiki bis, tiga jam dengan naik kereta api express !", ucapku sambil cemberut.

"Hahahahahahha...", tertawa...hanya itu reaksinya.

"Kok ketawa ?", kini gembungan di pipiku semakin membesar.

"Kau lucu sekali Sakura-chan.", kini Gaara-senpai memelukku dengan erat.

"Se-sesaaak...", Gaara-senpai melepas pelukannya begitu mengetahui aku kesakitan ketika ia peluk.

"Aku gemas sekali dengan pipimu Sakura-chan.", ucapnya sambil mencubit kedua pipiku.

"Itaiii...jangan mengalihkan pembicaraan.", aku mengelus kedua pipiku yang memerah akibat cubitan cinta Gaara-senpai.

"Ok...ok...baiklah, ada apa Sakura-chan?"

"Aku...aku...khawatir nanti di Konoha, Gaara-senpai menemukan gadis yang lebih cantik, lebih lucu dan lebih...lebih daripada aku.", ucapku sambil menunduk malu.

"Cuma itu ?"

"Kemudian...kemudian kau memilih gadis itu daripada aku !", ucapku sambil memegang kerah bajunya. "Ah...gomen, kebiasaan burukku keluar, hehehe..."

"Hahahaha...dasar yankee...", ucapannya sukses membuat mukaku merah. Walaupun aku bukan yankee, tapi sifatku ini memang sedikit mirip dengan yankee, pemberani, tegas dan jago bela diri, begini-begini aku sudah sabuk hitam loh.

"Tenang saja Sakura, dihatiku hanya ada kamu seorang.", ucap Gaara-senpai sambil mengelus pipiku.

"Beneran nih ?"

"Iya, cuma Sakura gadis paling cantik, paling imut, dan paling...paling yang pernah ada."

Ucapan Gaara-senpai sukses membuat pipiku memerah kembali, dengan cepat aku mengambil gulungan kertas dengan pita merah yang mengikatnya dari tangan Gaara-senpai.

"Iiih...keluar deh gombalnya, aku ambil yah...", ucapku sambil mengerlingkan sebelah mataku dan berlari kecil menjauhi Gaara-senpai.

"Sakura-chan, kembalikan ijazahku !" Gaara-senpai mengambil ancang-ancang untuk mengejarku.

"Tangkap aku kalau bisaaa..."

Kamipun bermain kejar-kejaran dan tiba-tiba kakiku terantuk batu, seketika aku terjatuh tersungkur di hamparan rumput hijau dengan kelopak bunga sakura yang berguguran.

"Sakura-chan, kamu gak apa...makanya kalau lari lihat jalan dong."

"Huft, sakiiit...bantuin aku berdiri...", ucapku memelas.

"Sini pegang tanganku.", Gaara-senpai mengulurkan tangannya yang putih mulus dan tanpa ba-bi-bu-be-bo aku langsung menyambut dengan gembira.

"Nah...ijazahku ?"

"Hah, tidak boleh..."

"Lah, aku kan sudah menangkapmu ?"

"Huft, tapi kau harus melakukan sesuatu dulu.", ucapku sambil cemberut.

"Apa lagi Sakura-chan..."

"Cium aku...", mendengar dua kata itu, Gaara-senpai terkejut kemudian ia memandangiku dengan senyum yang membuat gadis-gadis meleleh ditempat.

"Harusnya kau yang menciumku, sebagai hadiah kelulusanku."

"Hmm...baiklah...", aku mendongak tubuhku kearah muka Gaara-senpai.

"Kau tahu, Sakura-chan adalah cinta pertamaku."

"..." akupun menghentikan dongakanku.

"Tapi sekarang, aku lebih berdebar-debar dibandingkan pertama kali kita bertemu."

Deg...deg...deg...entah mengapa mendengar ucapan Gaara-senpai jantungku berdetak dengan kencang.

"Habisnya kamu cantik sih, dan kau lebih...lebih dari gadis manapun yang pernah kutemui."

Kini muka Gaara-senpai semakin dekat dengan mukaku yang memerah. Semakin lama jarak kami semakin mendekat dan kedua bibir kami pun berdekatan, bersentuhan. Gaara-senpai dengan liar melumat habis bibir merahku yang lembut. Aku hanya bisa pasrah menerimanya. Tapi aku juga tak bisa tinggal diam, kucengkram punggungnya dengan kedua tanganku, dan kubalas ciumannya. Akibat ciuman balasanku, Gaara-senpai semakin membabi buta melumat bibirku, setelah itu ia melepas ciumannya.

"Rasa cherry...seperti namamu, Cherry Blossom"

Gaara-senpai melanjutkan kembali aktivitasnya yang tertunda. Mengecup tengkuk putihku hingga berbekas dan menciptakan kiss-mark dan melumat bibirku kembali.

"Ngghh...Nmmmggh"

Kini aku merasakan nafasnya yang memburu, Gaara-senpai mulai mendominasi permainan. Lidahnya berusaha meminta masuk kedalam mulutku, tak lama kemudian tembuslah pertahananku dan membuatku hampir hilang kendali. Lidahnya kini bertautan dengan lidahku, menyapu masing-masing rongga mulut. Tak hanya lidahnya yang bekerja, tangannya pun mulai meraba-raba punggungku. Kurasakan telapak tangannya yang halus menyentuh kulit punggungku. Merayap dari atas ke bawah dan terhenti di pengait braku, kemudian tangannya menjelajah kesamping dalam dan meremas buah dadaku.

"Ngghh..." desahku akibat remasan Gaara-senpai.

Gaara-senpai pun berhenti menciumku karena kehabisan nafas. Kamipun menghirup oksigen kemudian melanjutkan French-Kiss kami kembali. Tak puas meremas buah dadaku, kini Gaara-senpai meremas bokongku dan membuka resleting rokku. Akupun gelagapan dan panik.

"Hyaaa...Gaara-senpai...", ucapku panik yang sekaligus menghentikan kegiatan panas kami.

"Kenapa ?", tanyanya yang masi memegang bokongku.

"Kok...tiba-tiba begini ?"

"Kamu gak suka denganku ?"

"Bu-bukan gak suka, ta-tapi ini terlalu cepat...", Gaara-senpai melepas tangannya dari bokongku dan aku mengambil kesempatan itu untuk menaikkan resleting rokku.

"Kaa-san bilang, sebelum menikah, anak gadis tidak boleh begituan...", ucapku polos.

Mendengar perkataanku yang polos, Gaara-senpai tersenyum dan tertawa kecil, kemudian mengambil telapak tanganku dan menciumnya.

CUP...

"Ok...gak masalah...kapan kita akan menikah ?"

Mendengar ucapan Gaara-senpai, mukaku kembali memerah.

"Tentu saja, setelah Sakura lulus sekolah, nanti Sakura akan menyusul Gaara-senpai untuk kuliah di Konoha. Lalu kita menikah."

"Beneran nih, nanti senpai tunggu loh, janji ?", Gaara-senpai menunjukkan jari kelingkingnya ke hadapanku.

"Janji !", ucapku mantap sambil menautkan kelingkingku ke kelingkingnya.

#End of Flashback

.


.

Ahh...mengingat masa-masa indah bersama Gaara-senpai dapat meredakan sedikit badmoodku, kemudian akupun menyeka air mataku.

"Sakura jangan cengeng...ingat predikatmu sebagai Yankee-look-alike !"

Dengan tekad yang sangat bulat akupun membuka lemari dengan kasar dan mengambil tas ransel pinkku. Kuambil pakaian-pakaian terbaikku dan kumasukkan dengan kasar ke arah tasku dan juga beberapa barang penting kumasukkan. Tak lupa aku membuka laci meja belajarku dan kudapatkan alamat apartemen Sasori-niisan dan uang simpananku yang jumlahnya tak banyak itu.

"Aku akan pergi dari sini...", ucapku sambil menulis pesan terakhir untuk Tou-san dan Kaa-san.

.

Jam menunjukkan pukul 3.15 pagi dini hari dan aku sudah siap untuk kabur. Kukenakan kemeja terbaikku dan denim hotpants kemudian aku memakai jaket hodie pink. Akupun mengambil ranselku dan berjalan pelan keluar dari rumah. Setelah aksi kabur dari rumahku sukses, akupun berlari menuju stasiun untuk keberangkatan kereta pertama menuju Konoha. Akupun masuk ke loket dan membeli tiket.

"Hmm...kereta pertama pukul 4.05...", gumamku sambil memandangi tiket kuning yang akan mengubah nasibku menjadi lebih baik. Setidaknya...

"Berarti lagi 15 menit lagi.", akupun berjalan menuju ruang tunggu, kupasang headset pinkku di telinga sambil menunggu kereta pertama.

15 menit kemudian...

Kini aku berada di dalam kereta pertama menuju Konoha, aku duduk di dekat jendela dan memandangi desa Oto yang kini menjauh...

Aku akhirnya meninggalkan rumahku, keluargaku, teman-temanku, dan desa kelahiranku...

Selama perjalanan aku hanya sibuk memandangi pemandangan di luar kaca jendela kereta yang semakin bergerak menjauh desa kelahiranku dan ditemani headset pink yang dibelikan Nii-san dari Konoha.

Untuk sampai ke Konoha, aku memakan waktu 3 jam untuk sampai dan tak terasa kini kereta telah terhenti di stasiun Konoha. Terlihat sebuah stasiun bawah tanah yang luas dan sangatlah ramai. Orang-orang melewatiku yang kini menatap stasiun tersebut hingga tiba-tiba...

GREEEEP...

Seseorang dengan hoddie biru muda mengambil tas tanganku yang celakanya berisi hape, dompet serta alamat Sasori-niisan.

"Kyaaa...copeeet..." teriakku. Sontak orang-orang menoleh kearahku dan mereka langsung memalingkan muka seolah tidak ada apa-apa, tidak terjadi apa-apa tepatnya. Aku hanya sweatdrop melihatnya.

"Cih apa boleh buat, akan kuremukkan pencopet itu.", geramku kini mengejar pencopet tersebut tapi apa daya pencopet itu larinya lebih cepat daripada aku.

"SIAAAALLL...hahhh...hahhh...", teriakku sambil ngos-ngosan. Kini aku hanya bisa melihat punggung pencopet yang berlari menjauhiku dan tatapan mata orang-orang di stasiun yang melihat aksiku dengan pencopet tadi. Akupun berjalan dengan lemas tanpa arah menyusuri stasiun sampai ke bagian paling sepi di stasiun. Aku duduk bersender di dinding stasiun yang penuh dengan grafiti-grafiti sambil menyeka peluh yang turun.

"Gawat...bagaimana ini, sudah gak punya uang, tersesat pula..."

"Apa jangan-jangan nanti aku akan jadi gembel...sepertinya aku terkena karma." Lirihku. Kini aku teringat bayangan kedua orang tuaku terutama tatapan horor Kaa-san dan tatapan mengejek Nii-sanku yang imut.

"Bagaimana reaksi Kaa-san yah jika aku kabur dari rumah, dan juga Tou-san, Tou-san pasti nangis bombay di rumah.", ucapku.

Tiba-tiba muncul sesosok pemuda dari arah balik dinding, pemuda berambut raven dengan style pantat ayam dan berkulit pucat.

"Huh, style rambut cowok-cowok Konoha emank aneh-aneh semua yah."

Pemuda itu berjalan dengan gontai menuju arah rel kereta api, berdiri, dan sepertinya menunggu kereta sampai.

"Ngapain orang itu disana, kan tempat penurunan penumpang ke arah kanan."

Tiba-tiba aku teringat modus bunuh diri yang sedang ngetren belakangan ini yaitu, menabrakkan diri ke kereta api yang sedang berjalan. Sontak aku kaget, naluri suka-ikut-campur-urusan-orang-lainku muncul dan tanpa pikir panjang aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan ke arah pemuda itu. Terdengar bunyi kereta datang dari arah kiri melaju dengan cepat. Pemuda itu mulai melangkahkan kakinya dan mulai menghempaskan tubuhnya ke rel kereta. Dengan cepat tanganku menarik lengan bajunya sebelum ia berhasil menghantamkan tubuhnya sendiri ke kereta yang sedang melaju cepat.

Greeeep...Bruuuukkk...

Setelah aku menarik lengan bajunya ke belakang, kamipun jatuh tersungkur ke belakang. Terlihat pemuda itu membuka kedua matanya yang berwarna onyx. Seketika wajah pemuda itu kaget melihatku dan menarik kerah bajuku.

"Apa yang kau lakukan pinky !", teriaknya yang memecahkan keheningan.

Akupun masi terkesima dengan ketampanan pemuda yang berhasil aku selamatkan dari rencana percobaan bunuh dirinya itu.

"Hei, pinky, kau tuli atau pura-pura tuli hah?", ucap pemuda itu sambil menggoncang-goncangkan tubuhku.

"Hen-hentikan pantat ayam ! kenapa kau marah? Harusnya kau berterima kasih padaku !", balasku tak kalah hebohnya.

"Menolongku? "

"I-iya menolongmu dari aksi percobaan bunuh dirimu !"

"Kenapa kau menolongku ! apa pedulimu ! aku tidak butuh pertolonganmu dan aku memang berniat untuk bunuh diri.", ucapnya sambil mengangkat kerah bajuku lebih tinggi. Sontak aku kaget mendengar ucapannya, kulihat wajahnya yang tampan, tubuhnya yang tinggi dan atletis, pastinya banyak cewek yang naksir padanya.

Sadar Sakura, kau masih punya Gaara-senpai yang gak kalah ganteng dan hot !

"Le-lepaskan aku pantat ayam ! dan berhenti mengangkat kerah bajuku !"

Setelah itu pemuda itupun melepaskanku dan mendengus sebal, berbalik kearah rel dan sepertinya ia menunggu kedatangan kereta berikutnya.

"Kau itu sudah gila yah, kenapa kau mau bunuh diri ? nanti jiwamu gak diterima di surga loh.", ucapku polos.

"Heh...dasar bocah, itu bukan urusanmu ! enyahlah kau.", ucapnya. Akupun heran, kulihat sosok sempurna di depanku ini.

"Cih apa kurangnya dia? Wajah tampan, tubuh tinggi atletis, dan sepertinya dari keluarga berada.", kulirik pakaian yang ia kenakan dari atas sampai bawah yang sepertinya bermerek, berkelas.

Pemuda pantat ayam itu memakai kaos V-neck berwarna biru donker dengan jaket hoodie putih yang dibelakangnya terdapat print logo berbentuk kipas merah putih, bawahannya memakai jeans hitan dengan sepatu hitam bertali biru donker. Sangat cocok dengan tingginya yang berkisar 170-an dengan berat badan ideal dan tubuh yang atletis. Bikin ngiler ajah, tapi sayang...hati dan tubuh Sakura sudah punya Gaara-senpai seorang !

"Po-pokoknya aku akan menghentikan perbuatanmu itu !", ucapku sambil menarik kerah lengannya lagi.

"Hei, apa yang kau lakukan jidat lebar, lepaskan aku...", ucapnya sambil mendorong kepalaku ke belakang. Terlihat aksi dorong mendorong dan teriakkan serta sumpah serapah yang ia ucapkan. Tiba-tiba terlihat petugas stasiun yang baru saja keluar dari toilet dan aku mendapat sebuah ide.

"Kyaaa...pak petugas stasiun, orang mesum ini mau memerkosaku sekarang.", teriakku dan petugas itu langsung berlari ke arah kami. Kini muka pemuda itu terlihat merah padam mendengar ucapanku dan berniat melarikan diri akan tetapi aku tahan.

"Mau lari kemana kau...pantat ayam...", ucapku dengan tatapan horor sambil memegang erat pergelangan tangannya.

"Kau tidak apa-apa nak, dan kau pemuda mesum, lepaskan gadis itu !", ucap pak petugas stasiun.

"Hei, aku tidak...", sebelum pemuda pantat ayam itu sempat melakukan pembelaan, pak petugas stasiun sudah keburu menggiring pemuda itu ke kantornya.

"Kalau mau melakukan pembelaan, ikut ke kantorku pemuda labil dan kau juga gadis malang.", ucap pak petugas stasiun sambil menarik paksa pemuda pantat ayam itu ke kantornya. Akupun segera mengambil tas ranselku dan mengikuti pak petugas stasiun.

.


.

Sesampainya di kantor...

"Aku tidak bersalah...aku tidak melakukan apa-apa pada gadis itu ! dia yang salah.", bela pemuda pantat ayam yang kini sedang menunjuk dahi lebarku.

"Apa kau bilang ? kau menarik kerah bajuku dan mendorong kepalaku ! kenapa aku yang salah ?"

"Itu ka-karena..."

"Apa? Apa salahku ?"

Terlihat raut mukanya yang bingung dan sepertinya ia malu untuk mengakui bahwa aku salah karena menggagalkan aksi percobaan bunuh dirinya.

"Ayo? Kenapa kau diam?", tantangku.

"Sudah-sudah...jangan berkelahi disi..."

"DIAMMM !", ucap kami berdua kepada pak petugas stasiun yang mencoba melerai perkelahian kami.

"Pak petugas stasiun, dia itu...", sebelum sempat menyelesaikan kata-kata, pemuda pantat ayam itu menyela ucapanku.

"I-itu karena kau memutuskan hubungan kita secara tak wajar !", ucapnya dengan muka yang merah padam. Aku hanya kaget mendengar ucapan gila pemuda yang ada di depanku. Seketika seluruh penghuni kantor menghentikan aktifitas mereka dan menoleh kearah kami berdua.

"E-eeeh..."

"Aku masih mencintaimu jidat lebar !", bohongnya. Akupun hanya menutup mulut dan pipiku yang memerah akibat mendengar kalimat yang sangat *menurutku* memalukan dan norak dari pemuda itu.

Dadaku berdetak sangat kencang, pipiku memerah sama seperti saat Gaara-senpai menyatakan Aishiterunya dua tahun silam padaku.

Tidak Sakura...dia bukan Gaara-senpai...

"Oh...jadi kalian pasangan yang sedang bertengkar yah..." ucap pak petugas stasiun yang habis bersweatdrop ria mendengar ucapan pemuda pantat ayam gila itu.

"Tu-tungguu...dia itu mau..."

Sebelum aku meralat ucapan si pantat ayam, pantat ayam gila itu memotong ucapanku.

"Iya kami pasangan yang sedang bertengkar, kumohon lepaskan kami, kami ingin menyelesaikan masalah kami secara pribadi.", ucapnya tegas dan sekilas melirikku dengan tatapan dingin menusuk yang berbunyi awas-kalau-kau-buka-mulut.

Aku hanya bisa diam dan mengikuti drama bodoh pemuda pantat ayam itu. Kemudian kami meminta maaf kepada pak petugas stasiun dan pamit dari kantor sambil bergandengan tangan.

"Ah...pantat ayam, bisakah kau lepaskan tanganku?", ucapku dengan nada sebal.

"Awas kau bicara macam-macam pinky dan jangan memanggilkku pantat ayam !", pemuda itu lepaskan tanganku dengan kasar dan aku hanya meringis melihat bekas tangan pemuda yang melingkari tangan mungilku.

"Bangsat kau pantat ayam ! dasar tidak tau terima kasih, aku sumpahin bulu pantatnya rontok !", umpatku dalam hati.

"Kau tau, drama murahanmu itu benar-benar membuatku kesal dan seharusnya kau berterima kasih padaku karena sudah menolongmu !"

"Aku tidak akan mementaskan drama murahan itu kalau kau tidak buka mulut jidat ! dan aku tidak pernah meminta tolong padamu, toh memang niatku sudah bulat untuk bunuh diri !"

"Hei, aku tidak bilang kalau kau mau bunuh diri di kantor petugas !"

"Tapi kau akan mau bilang kan.", ucapnya dengan nada horror tapi tetap saja ucapan Kaa-san tetaplah paling horror.

"Ugh, apa yang membuatmu mengambil keputusan gila semacam itu? Kau itu tampan, bodymu atletis dan yah kau masuk dalam jajaran pemuda yang layak untuk dipacari !", ucapku.

"Ups...", seketika aku menyadari bahwa aku mengakui ketampanan pemuda gila yang ada di depanku.

"Heh, kau tertarik denganku jidat?"

"Bu-bukan begitu, itu hanya sebagai perwakilan dari cewek-cewek yang menginginkan pacar yang tampan !", ucapku polos, rasanya aku ingin menjitak jidat lebarku ini.

"Sudahlah mengaku saja jidat !", ucapnya sambil memasang muka meremehkan.

"Dengar yang pemuda pantat ayam, aku tidak..." –kruyuuuuuuuukkk...terdengar penghuni perutku yang meminta setoran dan aku baru teringat bahwa sejak kabur dari rumah aku belum makan apapun. Terlihat mukaku memerah padam.

"Dasar sial...", bisikku.

"Kenapa? Sekarang kau lapar jidat?"

Aku hanya menunduk sambil mengangguk lemah. Jujur saja kini keadaanku sangat-sangat-sangat mengenaskan. Perutku lapar, tenggorokkanku haus, capek letih dan juga pusing, serta bingung karena tidak tau harus menginap dimana karena dompet, HP beserta alamat Nii-san berada di dalam tas tangan yang dicopet oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kulihat pemuda itu menggunakan kesempatan untuk mencoba kabur dariku dan berniat melanjutkan aksi bunuh dirinya yang tertunda. Dengan cepat aku menangkap pergelangan tangannya.

"Kau mau apa lagi jidat? Sebegitunya kau naksir padaku ? tapi sayangnya kau bukan tipeku", ucapnya dengan senyum mengejek menyebalkan.

"Enak saja, aku sudah punya pacar BAKA !"

"Lalu apa jidat ?"

"Umm...pantat ayam, boleh pinjam uang tidak ?", ucapku sambil menunduk malu. Kurasakan urat-urat maluku mulai putus helai demi helai setelah mengucapkan kalimat laknat ke pemuda pantat ayam gila di depanku.

"Eh...?"

.

.

... ... ...

TBC

... ... ...

.

.

.


.

Bagaimana minna-san ? terlalu pendek? Panjang ? biasanya Sora buat fic berkisar 3k-3,5k words :D Lalu apa kata-katanya kurang diksi dan semacamnya atau terlalu geje n puitis ? maklum nilai bahasa Indonesia Sora paling tinggi di rapot 78 =.=" (membuka aib) jangan lupa d review yah ^.^ Chapter 2 bakal d update kalo chapter 3 sudah selesai =.=" (supaya gak hiatus)

Kosakata aneh yang numpang nampang

yankee : remaja putra/putri yang berandal