"Gimana, Yakumo-san? Portalnya siap semua, 'kan?"

"Gampang lah, tuh udah stand by di sini."

"Tapi Yakumo-san jangan tidur, nanti portalnya gak ada yang jaga."

"Kalo ada kopi sih aku bakal sanggup, tenang aja."

Sang personifikasi negeri matahari terbit—Honda Kiku—merangkap anggota sie operasional itu hanya bisa manggut-manggut mendengar ucapan dari sang sukima-youkai—Yakumo Yukari—sementara dirinya menghela napas lega, berpikir bahwa rencana yang disusunnya akan berjalan sukses.

"Toh, di sini 'kan ada Neru, nanti Teto ke sini. Terus, di depan ada Ran sama Piko yang jagain. Santai aja lah~" ujar Yukari lagi seraya mengipasi dirinya dengan kipas—padahal ruangan tempatnya berada dipasangi air conditioner—sementara tangannya menunjuk seorang gadis berponytail miring blonde yang asyik dengan handphonenya di sampingnya.

Lagi-lagi Kiku manggut-manggut, dalam hati membenarkan fakta yang diberikan wanita blonde itu. Pasalnya, saat hendak menemuinya dia melihat sang kitsune, Yakumo Ran yang notabene shikigami dari Yukari, tengah berbincang dengan sang pemuda—apa android ya?—berhelaian putih pendek dengan kabel USB sebagai ekornya di depan pintu ruangan tempat portal bersemayam.

"Ngomong-ngomong," nimbrung Akita Neru—salah satu anggota sie operasional yang diamanatkan untuk menemani Yukari—sembari melirik ke arah pria berhelaian hitam pendek itu, "yang mau jemput pesertanya mana? Kok belom keliatan?"

"Katanya Alfred-san, mau dibriefing dulu. Nanti mereka ke sini kok." Jawab Kiku, sebelum menyadari suara ketukan pintu di luar sana. Membuat ketiga orang itu menengok ke arah pintu ruangan yang perlahan terbuka dan menampilkan pengetuknya.

"Ada Kak Kiku, gak?" tanya Blue, salah satu anggota sie acara yang rupa-rupanya menyambangi ruangan untuk mencari Kiku, "Itu, dicariin sama Kak Yuyuko." Lanjutnya seraya menunjukkan ibu jarinya ke luar ruangan.

"Sono geh, samperin." Saran Neru datar, "Ngomongin urusan acara kali tuh."

Kiku hanya mengangguk mendengar saran gadis blonde itu. "Tunggu sebentar ya, Blue-san. Bilang ke Saigyouji-san, nanti ke sana." Ujarnya seraya menengok ke arah gadis brunette yang hanya mengangguk lalu menutup pintu ruangan. "Baiklah, aku ke sana dulu ya."

"Mari~" ucap Yukari, mempersilakan pemuda berkebangsaan Jepang itu undur diri dari ruangan.

Sambil berharap tak ada yang mengetahui rahasia ruangan itu …

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Battle of Lipsync!

Chapter One : Mari Menjemput Target!

Touhou Project © ZUN (Jun'ya Ota)

Axis Powers Hetalia © Hidekazu Himaruya

Pokemon Adventures (Pokemon Special) © Hidenori Kusaka

Vocaloid © Crypton Future Media, Yamaha Corporation, Internet Co., Ltd., AH-Software, and Sony Music Entertaiment

Stand-up Comedy : Battle of Demon! © Goldstein-Izayoi

Lip Sync Battle © Spike

Battle of Lipsync! © kurohippopotamus (kurohippo)

Warning : OOC, OCs inside, genre campur (humor-parody-friendship), plothole(s), pop cultures dan unsur romance mengancam, human names used, dan lain-lain.

Rate : T (mild languages and silly scenes)

Notes :

-Author tak pernah mengharapkan hal-hal finansial dalam membuat fic ini dan hanya menyalurkan kesenangan belaka.

-Diimbau kepada para pembaca untuk memeriksakan kejiwaan serta kotak tertawa anda setiap dan/atau setelah membaca fic ini.

-Jika anda tidak menyukai (bahkan membenci) alur/pairing/lain sebagainya yang bersangkutan dengan fic ini, diharap untuk segera meninggalkan fic ini, terima kasih.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gimana, udah dikasih tau?"

Blue—yang sehabis menemui Yuyuko—hanya manggut-manggut menjawab pertanyaan pemuda Inggris beralis enam layaknya kue lapis yang langsung mencorat-coret sebuah kertas yang ditopang oleh sebuah papan jalar army green—minus motif khasnya—lalu mengetukkan salah satu ujung bolpoin yang digunakan. "Oh iya, penjemput pesertanya ditungguin, tuh!"

"Oke, berarti ini udah siap semua ya …" gumamnya, "oi git, Yukari nungguin penjemput pesertanya tuh!" ujarnya sembari menowel pundak pemuda dirty blond berkacamata di sampingnya yang langsung menganggukkan kepalanya.

"Oke, buat yang disuruh jemput peserta, ke sini dulu dong."

Alhasil empat orang yang tadinya berpencar, kini menghampiri membentuk sebuah lingkaran, seakan patuh dengan titah seorang personifikasi Amerika Serikat, Alfred F. Jones—dengan keterangan huruf 'F' pada namanya dicurigai merupakan singkatan dari F-piiiiiiiiip- serta nama belakangnya yang sebetulnya bisa diplesetkan menjadi sebuah akronim yang terdengar miris bagi para fakir asmara.

"Tadi katanya Yukari nungguin kalian, dan itu berarti portalnya udah siap." Tuturnya memulai briefing kecil itu, "Kalian ikutin Artie, ya …" lanjutnya sembari menunjuk menunjuk 'Artie' yang justru menginjak kaki kirinya sehingga membuatnya meringis kesakitan.

Duh biyuung~

"Arthur. Gue gaplok mulut lu ntar, git." Ralat Arthur—Arthur Kirkland lebih tepatnya—ketus, "Yuk semuanya, ikut gue." Perintahnya memberi isyarat dengan menunjuk pintu besar studio, bermaksud meminta keempat orang—yang terdiri atas Kagamine Rin, Kaenbyou Rin a.k.a Orin, Emerald, dan Matthew Williams—untuk mengikutinya keluar dari studio yang aduhai besarnya itu.

Kelima orang—sayang, dua di antaranya sepertinya tidak bisa disebut orang—itu berjalan menuju sebuah pintu berwarna hitam kelam, begitu terbuka hal yang mereka sambut adalah dua portal—sepertinya Yukari yang membuatnya—yang siap digunakan, dan Yukari serta Neru yang tadinya tengah mengobrol, mengalihkan perhatiannya.

"Akhirnya datang juga kalian," ujar Yukari ramah, "kok baru dateng? Padahal aku tungguin kalian, lho."

"Ini juga baru dikasih tau, Yukari." Jawab Arthur, "oh ya, kalian siap 'kan buat jemput pesertanya?" tanyanya kepada keempat orang yang langsung mengangguk mantap, pertanda siap menghadapi tantangan maut. Keempat orang tersebut pun diberikan masing-masing secarik kertas oleh Arthur, kertas itu berisi informasi sang target serta tips dan trik—atau malah walkthrough—supaya mereka dapat menjemput sang target.

"Gue ulangin ya, takutnya kalian lupa siapa yang harus kalian jemput." Ucap Arthur sembari melihat ke arah kertas yang dialasi papan jalar di tangannya, "Rin, Orin, kalian harus menjemput Williem van Heutz, personifikasi negara Belanda. Mau diulangin lagi gak nih?"

"Williem van … apa tadi? van Hertz?" tanya Rin polos kepada Orin yang hanya mengedipkan kedua matanya.

"Kok van Hertz, sih?! van Heutz!" jawab Orin ketus—mungkin meratapi teman setimnya yang sepertinya mengalami gangguan pendengaran.

"Ooooh … van Heutz." Gumam Rin sembari menganggukkan kepalanya.

"Terus Emerald, Matthew, kalian harus harus menjemput Kamui Gakupo, salah satu vocaloid terkenal. Paham semua?" ujar Arthur sambil melirik lagi ke arah papan jalarnya, disambut dengan seruan "Pahaaaam~" dari keempat tumbal tersebut.

"Oke, sekarang kalian bisa menjalankan tugas kalian. Ingat, jangan ada yang kembali sebelum sukses menjemput target!" titah Yukari mempersilakan keempat orang itu melewati kedua portal yang dibuatnya.

"AYE! HAKUNA MATATTA!"

.

.

.

.

.

"Masih lama gak sih?"

Langsung, ucapan sang personifikasi negara Perancis—Francis Bonnefoy—merangkap ketua sie konsumsi ini disambut deathglare dari rekan-rekannya, bahkan Yuzuki Yukari dan Aki Shizuha—dua sie dekorasi yang tadinya asyik meniup balon dekorasi—ikut-ikutan mendeathglare sampai tak menyadari balon yang mereka tiup mengempis dengan cepatnya, serta Shameimaru Aya dan Ruby, dua sie dokumentasi yang langsung berhenti mengutak-atik kamera mereka hanya untuk memberikan tatapan maut kepada Francis. Bonusnya lagi, yang mendeathglare Francis itu rerata sakti sebangsa Izayoi Sakuya, Sapphire Birch, Green Oak, Ludwig Beilschmidt, Ivan Braginski, bahkan Kazami Yuuka. Suasana pun seketika hening, tak dapat diatasi dengan bisikan "Maaf …" dari yang bersangkutan.

"… MASIH LAMA, KELEEES~!"

Seketika, studio yang tadinya begitu aman tentram berubah menjadi arena gladiator maut antara Francis dan para panitia serta sie—ketiga orang pertama yang disebut di paragraf atas termasuk, sementara Ruby malah melanjutkan aktivitasnya tadi—yang panas mendengar ujaran pria berjenggot itu. Masih untung, karena beberapa sie sebangsa Platinum Berlitz, Feliciano Vargas, Diamond, Saigyouji Yuyuko—yang rupanya baru datang—dan lain-lainnya tidak ikut memassa ketua sie malang itu, hanya ikut memandang maut.

Aih, peribahasa mulutmu, harimaumu itu rupanya benar adanya.

Kalau dipikir, cukup miris juga. Satu lawan puluhan orang, beberapa di antaranya termasuk youkai yang notabene sakti-sakti semua pula! Parahnya, tidak ada satupun yang bersedia menyelamatkan Francis dari amukan massa berhubung beberapa anggota sie keamanan justru ikut menghakimi.

Keburu bonyok dah.

"Salah sendiri, ngomong selebar jidat gitu," komentar Silver—salah satu sie acara, dan belakangan diketahui bahwa sebenarnya dia dipaksa Blue—datar sembari menonton pertarungan maut itu, membuat Ruby yang melanjutkan mengutak-atik kameranya, kembali mengalihkan perhatiannya pada objek yang dimaksud seniornya.

"Dekorasi aja belom beres udah minta buru-buru," timpal Ruby dengan nada datar, "pesertanya baru dijemput, 'kan?" tanyanya kepada pemuda berhelaian merah yang hanya manggut-manggut.

"Udah, udah! Gini aja, buat sie konsumsi kita stand by di dapur dulu! Itung-itung nungguin target!" akhirnya Sakine Meiko, sang penanggung jawab sie konsumsi angkat bicara, beberapa saat setelah Francis dikeroyok. Pahlawan kesiangan sepertinya.

—"TELAT, AUTHOR KAMPREEET!" (Francis, emosi gegara dikeroyok duluan padahal baru chapter satu)—

Beberapa langsung mengamini usul dari wanita bernuansa merah-coklat itu, tanda setuju dengan sarannya. Dengan isyarat dari Meiko yang menyeret Francis, para sie konsumsi segera meluncur mengikuti Meiko menuju dapur yang berlokasi dekat dengan studio, kira-kira tiga ruangan dari sana.

"Ngomong-ngomong Kak Al, nentuin jurinya kapan?"

Duh, si Catcherred. Crystal—ini sudah towel-towel pundak Alfred yang dengan innocentnya meresponnya dengan gumaman "Hmm?" berhubung yang bersangkutan tengah menikmati segelas soda pop yang hampir habis.

"Nanti aja, sekalian pas kita nentuin giliran tampil target." Jawab Alfred santai sambil melempar gelas soda popnya ke arah belakang—dan sukses mengenai kepala Shion Kaito yang asyik membantu Antonio Fernandez Carriedo mengatur meja juri sehingga adegan Tom and Jerry versi Alfred dan Kaito tak dapat dihindari—membuat Antonio panik sesaat mendapati dirinya kehilangan bantuan sebelum Hoshiguma Yuugi yang sendirinya ketua sie properti, berinisiatif membantunya. Sementara itu, sang personifikasi Rusia merangkap sie operasional itu mulai menowel pundak rekannya yang hanya menghela napas.

"Bukannya udah ditentuin pas rapat kemaren, da?"

"Ditentuin dari mananya?! 'Kan kemaren rapatnya dibubar paksa!"

Ya, rapat kemarin—yang berlokasi di studio itu juga—cukup rusuh dan mampu disetarakan saat World Conference yang biasanya dijalani para nation. Rapat antara para panitia dan sie mengenai hajatan mereka yang tadinya berjalan begitu lancar jaya nan mulus itu, terpaksa dibubar paksa hanya karena satu alasan yang cukup sepele.

Mati listrik.

Well, that's a silly reason, huh?

Saat Miku a.k.a Hatsune Miku menjelaskan rincian mengenai acara—tepatnya saat menentukan juri—tiba-tiba listrik terputus sehingga membuat studio gelap gulita, alhasil puluhan peserta rapat panik karena pandangan mereka begitu terbatas dan apesnya semua pintu keluar studio pun ditutup. Lebih sadisnya lagi, lagu Lavender Town Theme pun berkumandang cukup kencang sehingga membuat para peserta rapat hampir mati ketakutan, bahkan sukses membuat Red dan Green trauma mendadak, dan belakangan ini diketahui lagu itu bersumber dari ponsel Rin yang ternyata menggunakan lagu itu sebagai ringtonenya.

Khawatir akan keselamatan para peserta rapat, para pencetus acara—yang terdiri atas Alfred dan Miku—akhirnya memutuskan untuk membubarkan rapat secara paksa …

… sekaligus menyelamatkan mental mereka dari background music salah satu game terkenal yang konon mampu merenggut nyawa anak itu.

Fin.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

… EH, BUKAN BERARTI CERITA INI BETUL-BETUL AKAN BERAKHIR! BUKAAAN~!

.

.

.

.

.

"Aiyaah~ Yang jaga di P3K gimana nasibnya, aru~?!"

Dapat terlihat seorang pemuda berkebangsaan Tiongkok—dapat diketahui melalui busana yang dikenakannya—menenggelamkan kepalanya di kedua tangannya yang dilipat, sedangkan Eirin—lengkapnya Yagokoro Eirin—hanya bisa menghela napasnya seraya memandang sang personifikasi negara Tirai Bambu itu lalu menyandarkan kepalanya di atas kasur yang empuk itu.

"Yaaah Gege, abis kita mau ngapain lagi. Kita 'kan baru kerja kalo ada kejadian …" timpal Mizki—lengkapnya VY1 Mizki—seraya merebahkan diri di atas kasur. Sejak bertemu dengan Yao dan tahu bahwa dirinya akan bekerja sama dengannya, dia mulai membiasakan diri memanggilnya Gege. Katanya Xiao Mei—personifikasi Taiwan—itu merupakan panggilan hormat.

"Ngomong-ngomong Mizki, berarti kita dapet gabut dong?" tanya Nekomura Iroha, sedangkan Yellow a.k.a Yellow de Tokiwa Grove a.k.a Amarillo de Bosque Verde hanya menganggukkan kepalanya, meyakini Iroha mengenai pernyataan dari Mizki barusan.

—"Lho, Author? Namaku banyak amat …" (Yellow, bingung gegara namanya yang bejibun … dan panjang-panjang)—

"Ya gitu deh," jawab Raden—tepatnya Raden Fahrid Putra Wijaya yang notabene salah satu dari personifikasi Indonesia—seraya memeriksa kotak P3K, "kecuali ada kecelakaan. Baru kita kerja, singkatnya kemungkinan besar kita dapet gabut."

Erangan kekecewaan pun memenuhi ruangan P3K setelah Raden menutup kotak putih tersebut, meratapi tugas mereka yang menurut orang lain menyenangkan itu.

Bah, padahal enak betul pekerjaannya …

"Katanya Mei mau ke sini." Ujar Li Xiao Chun, sang personifikasi Hongkong—yang terpaksa menjadi sie bagian P3K karena diseret-seret Yao—sambil merebahkan kepalanya.

"Tau, pas gue BBMin katanya nanti bareng Kiku …" ucap Raden sambil mengeluarkan Androidnya dari saku pakaiannya lalu memandang layarnya dan menghela napas.

"Bukannya nanti sama Reimu?" sangkal Eirin seraya mengernyitkan alisnya, "Barusan pas aku ke WC, ketemu sama Mei. Katanya dia mau ke sini sama Reimu." Lanjutnya memberikan bukti sangkalnya.

"Lho, sama Reimu?" tanya Raden sembari mengernyitkan alisnya pula saat membuka percakapannya dengan yang bersangkutan, "Eh, apa gue salah baca ya?"

Lha … nama 'Reimu' sama 'Kiku' kan beda jauh—

Itulah batin dari para sie P3K berbarengan, sweatdrop bebarengan pula.

Tok … tok … tok …

"Yak, masuk!" seru Iroha sembari menengok ke arah pintu ruangan yang perlahan terbuka, menampilkan seorang pemuda beriris biru dengan onigiri di tangannya.

"Lho, Dia-kun? Ada apa?" tanya Yellow sembari menghampiri salah satu juniornya sesama DexHolders.

"Anu, Senior Yellow. Kak Sakine minta bantuan buat Om Francis …" jawab Diamond, diiringi tawa cekikik dari Raden dan Li Xiao yang muncul saat sapaan Om Francis keluar.

"Emangnya kenapa, kok minta bantuan ke sini?"

"… Om Francis babak belur dikeroyok barusan, Kak Yagokoro."

Seketika, para sie P3K menjatuhkan rahang bawah mereka ke lan—duh, kasur. Kasur empuk itu sepertinya lebih nyaman dijadikan alas rahang mereka dibandingkan dengan lantai ruangan berupa deretan keramik putih berukuran 8x8 senti itu.

"Ya udah, aku aja yang ke sana. Dia, Francisnya di mana? Di dapur?" tanya Eirin yang sigap berdiri dari tempat duduknya dan dibalas dengan anggukan kepala dari Diamond, "eh, kalo Mei ke sini, bilang aku ke dapur, ya!" serunya saat melenggang pergi bersama Diamond.

Sesaat setelah Eirin meluncur ke dapur demi menjalankan tugas sucinya, hadirlah Mei yang justru datang sendiri, tanpa Kiku ataupun Hakurei Reimu—salah seorang anggota sie keamanan—yang barusan diperbincangkan.

"Lho, Eirin tadi keluar ke mana?" tanya Mei sembari menunjuk ke arah luar.

"Ke dapur, nyembuhin Francis. Katanya babak belur abis dikeroyok." Jawab Raden yang memasang ekspresi gila-gak-tuh, membuat Mei menjatuhkan rahang bawahnya.

"Katanya bareng Reimu, gak jadi?" tanya Mizki sembari memiringkan kepalanya dan dibalas gelengan kepala dari lawan bicaranya.

"Dia mau sweeping di bagian utara bareng Red sama Suika." Jawab Mei, "Oh iya, ruangan portal katanya minta bantuan P3K tuh!"

Pucuk di cinta, ulam pun tiba!

Secercah harapan—berupa sebuah pekerjaan, meski salah satu di antara mereka sudah mendapatkannya—pun menghampiri para sie P3K yang sedari tadi mengeluh karena sepi tugas.

"Ruangan portalnya di mana? Biar kita ke sana nanti." Tanya Yellow antusias.

"Di ruangan yang pintunya warna hitam, nanti Arthur nungguin di sana. Kalo mau, ke sana bareng aku aja!"

Dan Mei dan Yellow hanya bisa memasang awkward face begitu mendapati rekan-rekan mereka menyeringai, seakan-akan menemukan sesuatu yang AHEMmencurigakanAHEM, ataupun para pelaku kejahatan seksual yang-jika-diperbincangkan-dapat-membuat-para-wanita-mengamuk.

"… Kita dapet tugas, kawan-kawan …"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To Be Continued

Notes

Information Notes

1.

serta nama belakangnya yang sebetulnya bisa diplesetkan menjadi sebuah akronim yang terdengar miris bagi para fakir asmara.

akronim yang terdengar miris bagi para fakir asmara : Nama belakang dari Alfred F. Jones (United States of America), Jones. Menurut anak gaul Indonesia, Jones merupakan singkatan dari "JOmblo ngeNES".

2.

"Williem van … apa tadi? van Hertz?"

Hertz : Satuan Internasional dari frekuensi.

3.

"AYE!HAKUNA MATATTA!"

HAKUNA MATATTA : Sebuah kalimat dari bahasa Swahili yang berarti "jangan khawatir", dijadikan nama sebuah lagu dalam film The Lion King.

4.

Lebih sadisnya lagi, lagu Lavender Town Theme pun berkumandang cukup kencang sehingga membuat para peserta rapat hampir mati ketakutan—

Lavender Town Theme : Salah satu background music dalam game Pokemon Red, Blue, Green, Yellow, FireRed, LeafGreen, HeartGold, dan SoulSilver. Terkenal dikarenakan frekuensinya dalam Beta Version di versi Game Boynya yang kelewat tinggi sehingga diduga mampu membunuh anak kecil, ditambah dengan muncul creepypasta mengenai musik ini.

5.

Sang personifikasi negeri matahari terbit—Honda Kiku—merangkap anggota sie operasional itu hanya bisa manggut-manggut mendengar ucapan dari sang sukima-youkai

Sukima-youkai : Sebutan dari "gap youkai". Kata sukima berasal dari bahasa Jepang dari Scheme (dibaca sukimu dalam penlafalan Jepang) dan terinspirasi dari kekuatan Yukari, manipulation of boundaries. Sementara boundaries sendiri adalah something that indicates bounds or limits; a limiting or bounding line.

Author Note

Sebelumnya, ane ucapkan banyak terima kasih kepada Goldstein-Izayoi yang sudah mengijinkan ane untuk meminjam ide salah satu ficnya—Stand-up Comedy : Battle of Demon!—dan mengutak-atik idenya, hhe …

Ane juga minta maaf udah main remake fic ini tanpa bilang-bilang—bayangin, udah gak update beberapa tahun eh gak taunya malah diremake. Di versi lamanya, ane bilang 'kan kalo rencananya mau dibuat untuk crossover fandom Hetalia sama PokeSpe a.k.a Pokemon Special, sebelum akhirnya dibuat jadi crossover Hetalia x Vocaloid.

Dan ternyata kali ini ane tambahin fandom PokeSpe sama Touhou—iya, salahin ane yang sekarang nge-weeb sama tuh game, iya—dan jadinya?

Fic crossover empat fandom, wahahaha~! /anakinikenapa

Oh iya, ane pertama kalinya masukin unsur breaking the fourth wall di fic ini. Jadi, si karakter dalam cerita itu nyadar kalo ada penonton dan si pencipta—in this case, penulisdi dinding ke-empat. Konsep fourth wall-nya ini sama kayak panggung teater, di mana tiga sisi—belakang, sama samping kanan kiri—itu panggungnya, dan sisi depannya adalah para penontonnya. Get it?

Yak, akhir kata. Silakan kirimkan komentar/saran/kritik (maaf, request tidak termasuk) untuk fic ini melalui kotak review fic ini~