Title : FIREFLY

Chapter : 1

Cast : #Ryeowook #Donghae #Yesung #Kyuhyun #SuperJunior

Pair : #HaeWook #YeWook

Genre : #ShounenAi (soft yaoi) #Romance #Friendship

Words : hitung sendiri

Disclamer : cerita hanya milik saya.

Warning : tak luput dari TYPO, No Porn.

*jangan me-copy paste tanpa ijin*

*jangan bangga jadi plagiator*

*jangan tidak komen ya hehe..*

*jangan,, jhangan kelor... Yummy^^*

Sebenernya ini Fanfic aku ambil dari cerpenku yang judulnya 'sang kunang' Cuma aku pengen versi Fanfic yang ceritanya agak panjangan sampe crita itu benar berakhir. Sedang di cerpen Cuma tentang sang tokoh utama ama sang kunangnya.

Maaf bila reader harus baca ulang. FF ini sudah mebgalami refisi,, memang. dan tak banyak refisi d chap 1 sampai 3 jadi boleh tak baca ulang...

Ok semoga kalian suka aja..

Terima kritikan atas kepenulisan saya ya,, tapi tidak bashing.

########################################

Saat kau menemukanku, pernahkah kau berfikir bahwa aku akan merindukanmu kemudian

Saat Cahaya kecilmu mengecupku, pernahkah kau berfikir bahwa hidupku berubah menjadi tentangmu kemudian.

##############################

FIREFLY..

Tak ada yang sangat indah sebenarnya.

Entah bagaimana, setiap tingkah Namja mungil itu selalu jadi sorotan dan tontonan yang menghibur hatinya.

Kedua mata itu terus berbinar menatap Ryeowook yang bercanda dengan teman yang baru dikenalnya. Senyum itu senantiasa terulas indah di wajahnya tampanya. Hingga seseorang membuyarkan khayalannya tentang Ryeowook.

"Donghae!" panggil seseorang menghentak Donghae yang tadinya melamun saja

"ah. Ne Hyung?"

Ditatapnya wajah asam Kang in yang Donghae pun tahu, sebabnya apa.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kang in sedikit ketus.

"apa maksud Hyung?" Donghae tanya balik pura-pura tidak mengerti.

"Kau tahu apa itu." Ucap Kang in, menegaskan.

"apa dia tahu?" tanyanya lagi.

"Hyung.."

"Jawab saja!" Tukasnya menuntut jawaban, tapi Donghae malah mengalihkan pandangannya. Bingung.

Melihat kebisuan Donghae, Pria bertubuh tinggi dan kekar itu pun menghela nafas beratnya.

"Ya Tuhan Donghae!" Keluhnya.

Ia memutuskan duduk untuk melihat wajah adik angkatnya itu. "Apa kau menyukainya?"

"Apa yang kau katakan? Tentu tidak. Kami hanya berteman. Tenang saja." Ucap Donghae, Kilah.

"Dengan tatapan seperti itu kau bilang tak menyukainya?"

Donghae tak menjawab.

Bukannya ia enggan ataupun berniat ingkar,, tapi ia sendiri tak tahu perasaan apa yang sedang dirasanya terhadap Ryeowook.

"Lihat aku Donghae! Jawab aku!"

"Tidak! Tidak! Aku tak mencintainya!" Tegas Donghae sedikit lantang. Tapi kemudian,,

"Maksudku.. Aku,, Aku tidak tahu Hyung." tambahnya semakin terlihat bingung.

Kang in memiringkan sedikit wajahnya. Dengan tatapan membulat yang menandakan ia minta penjelasan lebih.

"Aku,, merasa sangat nyaman di sisinya."

Mendengar jawaban itu,, Kang in kembali menghela nafasnya. Ia nampak bingung, memikirkan masalah Namja kecilnya.

"Dia akan segera datang. Bagaimana kau akan menjelaskannya?"

"Dia tidak akan datang Hyung. Dia terlalu gengsi untuk meminta maaf pada semua."

"Bagaimana kalau dia menepati janjinya? Hati siapa yang akan kau sakiti?" Tanya Kangin dengan nada sedikit menekan.

Donghae menatap Kang in sejenak.

Benar,, bagaimana jika dia datang? Apa yang akan Donghae katakan pada Ryeowook? Apa yang akan terjadi? Apa kebersamaannya dengan Ryeowook akan berakhir?

Donghae tak tahu.

########################################################################

"Berapa lama sudah mengenalnya?"

"Hm? Tanggal 28,," Namja itu sedikit berfikir.

"Ah,, 8 Hari." Serunya kemudian.

"Hmm 8 hari,, Kalian sudah sangat akrab."

"Iya. Kami seperti sudah saling mengenal bertahun-tahun." Tukas Ryeowook.

"Kau menyukainya?" Tanya Namja cantik yang bernama Heechul itu.

Pertanyaan itu langsung membuat Ryeowook terbisu.

"Kau menyukainya?" Tanya teman Serumahnya Donghae itu, sekali lagi.

"Ah Tidak. Kami hanya berteman." jawab Ryeowook akhirnya.

"Tapi kalian saling memanggil sayang?" Tanyanya lagi semakin membuat Ryeowook tersudut.

Yah,, Ryeowook dan Donghae adalah teman yang tadinya tanpa sengaja berkenalan di jejaring sosial, dan Dimulai dari rasa bosan yang menimpa keduanya. Mereka tiba-tiba akrab setelah bertelponan, dan semakin akrab setelah pertemuan pertama mereka.

Ryeowook ingat bagaimana hari pertama ia bertemu dengan Namja Cute itu. Lucu sekali,, Donghae harus merasakan ketakukannya dulu karena bertemu dengan hantu di tengah perjalanannya menuju tempat perjanjiannya dengan Ryeowook. Ya,, kebetulan di malam itu malam Purnama. Mungkin karena wajah tampan dan manisnya hantu itu naksir lalu muncul di hadapannya.

Setelah pertemuan itu, mereka menyadari begitu banyak kemiripan sifat mereka. Mungkin karena sama-sama Player, jadi jalan fikiran mereka sama. Keduanya seperti semangka dibelah dua. Susah motongnya. Jadi mereka menyatu dan sedikit sulit terpisah, walau hanya sedetik.

Karena Ryeowook kemudian menjadi orang yang rajin membangunkan Donghae di pagi hari, mengingatkannya untuk segera bekerja. Menemaninya sepanjang hari. Ponsel mereka terus terhubung jadi walau pun mereka terpisah oleh jarak koneksi di antara keduanya masih menyatu. Hingga malam pun kecupan sayang dari masing-masing menjadi tanda perpisahan mereka tapi masih membiarkan ponsel mereka terhubung dan mati dengan sendirinya.

Itu terulang setiap harinya.

Dan semakin hari, keakraban itu semakin membuat hubungan di antara keduanya jadi tak jelas.

Keduanya terlalu bebas, dan saling percaya. Kata 'sayang' kemudian jadi panggilan mereka setiap harinya. Entah atas dasar apa. Atas dasar rasa sayang sebagai teman,, atau mungkin lebih.

Ryeowook tidak tahu.

"Iya memang, tapi itu karena sayang sebagai teman kok Hyung." seru Ryeowook.

"Kau dan dia,, adalah teman. Itu lebih baik."

Ucapan itu dilontarkan seperti sebuah peringatan.

sedikitnya Ryeowook kurang mengerti, mengapa. tapi kalimat semacam itu tak hanya dia yang mengatakannya Donghae pun tak cuma sekali mengucapkan... 'kita teman kan?'

ia mengucapkannya dengan tatapan yang tak bisa Ryeowook mengerti.

ucapan itu seakan dihadirkan untuk memberi batasan di antara mereka.

Ryeowook meng'iya'kan kata-kata itu. walau kekecewaan datang merasuki hatinya tanpa kejelasan.

Tapi permainan tetap permainan.

Ryeowook memadatkan otaknya dengan seruan-seruan...

'jaga batasanmu.'

'dia seorang player'

'kau adalah Ryeowook'

Ia selalu meyakinkan hatinya bahwa ini semua adalah bujukan.. sandiwara.. dan permainan.. atau apapun namanya yang berartikan sama... 'kepalsuan'

Ryeowok adalah Namja yang berhati kuat. Ia tak akan tunduk kepada pria manapun. sekali pun ia sangat mencintainya. Tidak!

tidak satu pun cinta yang akan dibiarkannya menghancurkan hidupnya.

Dengan tetap teguh akan prinsipnya. Ryeowok menjadi sosok yang begitu dikagumi Lee Donghae. Bilamana orang lain selalu mengeluh dengan prinsipnya dan menganggap dirinya terlalu angkuh, TIDAK bagi Donghae.

Baginya, Ryeowook adalah motivasinya. setiap kali ia sedih dan lelah, begitu ia terbayang sosok Ryeowook yang kuat ia menjadi lebih tenang dan ingin terus belajar untuk jadi lebih kuat.

"angkuh itu penting bagiku. Itu perisaiku. dan prinsip adalah tongkatku. Jika kau lemah, orang lain akan meremehkanmu." itu yang selalu diucapkan Ryeowook kepadanya.

dan Donghae akan menyahutinya dengan sebutan... "iya, chagi."

Tapi keteguhan itu diluluhlantahkan kemudian...

Ryeowook terbungkam, ketika cinta mengecup hatinya.

Selama ini bagi Ryeowook, manusia adalah Sutradara sekaligus aktor di kehidupannya masing-masing. manusia yang mengatur bagaimana cerita itu akan dipercantiknya.

Tapi.. Tuhanlah sang Sutradara agung dan penulis skenario. Mutlak.

Seperti terjadinya hujan di malam itu. Tuhan telah mengatur untuk menyatukan kedua hati itu. saat itu juga..

Tuhan mengirimkan ribuan kasihnya melalui butiran-butiran air jernih ke bumi dan menerpa kedua Namja itu.

keduanya berlari, mencari tempat teduh.

Donghae menarik tangan Ryeowook, membawanya ke dalam box telpon yang ditemukannya di sekitar jalanan.

di ruangan yang sempit itu, kedua mata itu beradu. seketika mereka terbisu.

tatapan mereka masih terpaut, hingga menciptakan gelombang-gelombang elektro yang menyengat aliran darah mereka, mengalir hingga ke seluruh tubuh dan membuat jantung mereka berdebar kencang.

Hening. Hanya terdengar suara rintik hujan dari luar. dan udara di malam itu perlahan mengantar mereka ke dalam dunia indah yang bernamakan 'asmara'

hampir saja kedua bibir itu menyatu, jika seandainya suara ponsel itu tak mengganggu.

Donghae mengangkat teleponnya sebentar. Begitu melihat nama si penelpon, Donghae berbalik, menghindari tatapan Ryeowook.

Entah siapa sang penelpon. Ryeowook merasa sedikit cemburu karena sebelumnya Donghae tak membelakanginya setiap menerima telepon. sekalipun saat mereka bertelponan, Donghae pasti membiarkan Ryeowook ikut mendengar percakapannya. Ryeowook memutuskan untuk membalikkan tubuhnya, melihat ke luar box telepon.

Hujan turun begitu deras. Dingin. dan mereka terperangkap dalam kecanggungan.

Ryeowook sedikitnya sedang mengkhawatirkan perasaannya sendiri. suasana ini tak akan baik untuk pertahanannya selama ini.

bibir mereka hampir menyatu, itu sudah membuat Ryeowook mengutuk dirinya sendiri.

Donghae tak ingin berlama-lama menjawab telepon yang diterimanya. Ia berpura-pura sedang ada di luar dan berkata tak ada sinyal. kemudian ia mematikan ponsel, me-non active-kannya agar orang itu tak menelepon dirinya kali ini.

Donghae kembali berbalik. Namun ia sudah mendapati Ryeowook yang memunggungi dirinya.

Donghae tersenyum getir.

Ia tahu, Ryeowook pasti memikirkan hal aneh tentang dirinya. Mungkin marah.

Telepon tadi juga mengacaukan fikiran dan hatinya. Donghae teringat akan ucapan Kangin.

"Dia akan datang."

"hati siapa yang akan kau sakiti?"

Dipandanginya tubuh Ryeowook dengan sendu. Ia sungguh tak ingin menyakiti Ryeo. dan Ia juga tak ingin kehilangannya.

Rasa takut itu menjalar ke seluruh tubuhnya, meremas-remas jantungnya.

Donghae perlahan melayangkan tangannya ke pundak Ryeowook. Tapi..

Untuk beberapa saat Donghae membiarkan tangannya mengambang. fikiran takut akan menyakitinya membuatnya bimbang.

Tapi terkadang cinta menciptakan keegoisan. Donghae pun berfikir bahwa tak akan terjadi apapun terhadap Ryeowook. Hati Ryeowook tak akan semudah itu terlena hanya dengan sebuah pelukan.

Donghae pun akhirnya melingkarkan tangannya ke punggung itu. Donghae memeluknya. Erat.

Ryeowook terkejut begitu merasakan kehangatan yang tiba-tiba itu.

"Donghae..." sebutnya dalam hati.

"Kau tidak kuat dingin kan? Jadi aku memelukmu. Apa kau akan jatuh cinta kepadaku karena kelakuanku ini?" ucap Donghae dengan nada bercanda.

kemudian disahut oleh Ryeowook dengan tawa kecilnya.

"apa kau fikir aku sama dengan Namja-Namjamu?" balas Ryeowook setengah mengejek.

Donghae semakin mempererat pelukannya. Ia membenamkan wajahnya ke bahu Ryeowook. Diresapinya harum tubuh Namja mungil itu.

Ryeowook bahkan bisa merasakan hembusan nafas Donghae yang seakan menggelitik kulitnya.

Perasaan di hati keduanya semakin bergejolak.

Donghae tak tahu apakah ia akan bisa memeluk Ryeowook seperti itu lagi atau tidak. Donghae tak tahu sampai kapan kebersamaan ini tetap ada.

Donghae sebenarnya masih belum begitu mengerti mengapa ketakutan akan kehilangan Ryeowook terus menghantuinya. Yang Donghae fikirkan, Ia hanya mengagumi Ryeowook. Tak lebih. Ia hanya merasa nyaman. Tak lebih. dan hatinya masih tertuju pada sang mantan kekasih yang akan segera kembali.

Lalu perasaan apa ini?

Donghae ingin tetap di sisi Ryeowook. Melihat setiap tingkahnya. Tapi,,

apakah ia serakah?

perih sekali. hati itu perih. Lidahnya kelu. Tenggorokannya sakit, tersekat oleh tangis. Donghae sebisa mungkin menahan airmata yang ingin turun dari pelupuk matanya.

Ia mencoba menghilangkan segala gejala tangis itu. Ia menegakkan kembali kepalanya dan tetap menopang di pundak Ryeowook.

"Chagi ah.." Panggilnya setelah sempat mengambil nafas dalam-dalam.

"iya."

Mendadak Donghae terdiam. padahal kalimat-kalimat yang sudah dipersiapkannya sejak di rumah tadi, siap untuk diutarakannya saat itu juga.

Tapi rasa takut itu semakin menjadi. Seperti membekukan lidahnya.

"apa Donghae?"

"ha? Tidak. Aku hanya ingin memanggilmu." Kilahnya.

Ryeowook bisa mengerti bahwa fikiran Donghae sedang terganggu sejak di rumahnya tadi. Donghae memang terlihat gelisah semakin hari.

Ini saatnya Ryeowook merangkulnya. Membuatnya merasa nyaman di sisinya hingga Donghae mau berbagi kegelisahannya dengan Ryeowook.

"Katakanlah aku akan dengarkan." Ucap Ryeo meyakinkan.

Donghae kembali menghela nafasnya. Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakan kejujurannya. Ini mungkin bukanlah urusan Ryeowook mengingat hubungan mereka hanya sebatas teman walau mereka selalu bersikap seperti sepasang kekasih. Tapi.. Tapi hati itu...

Donghae mempererat pelukannya lagi. Ia semakin tak ingin melepaskan pelukannya.

"Aku akan kembali kepada mantanku." Ucap Donghae akhirnya.

Ryeowook terdiam. Untuk beberapa saat fikirannya kosong.

"Dia akan segera datang, dan mungkin kita tak bisa bertemu lagi." Lanjutnya.

Tapi tak terdengar apapun dari bibir Ryeowook. Donghae mulai mengkhawatirkan hati itu.

"Saat kau bilang kau kembali kepada mantan kekasihmu, aku,,, aku tidak tahu. tapi aku.. aku merasa sakit. Rasa sakit yang tak terduga. yang kurasakan kepada teman yang baru 3 hari aku kenal. Aku fikir itu terlalu cepat untuk menyebutnya 'cinta'. tapi aku benar-benar merasa sedih. Dan di hari itu juga mantanku menelponku. Ia memintaku kembali kepadanya. Aku masih mencintainya. Jadi aku berjanji akan kembali kepadanya setelah dia datang dan meminta maaf kepada teman-temanku. Aku akan kembali kepadanya." Jelasnya pelan.

"Baguslah. Dengan begitu kau tak akan menggangguku lagi. haha." ucap Ryeowook dengan wajah senangnya.

Donghae terperangah mendengar suara tawa Ryeowook. Tak disangkanya Ryeowook nampak biasa dengan pernyataannya, malah senang. Padahal sangat sulit bagi Donghae untuk menyatakannya. Ia sudah begitu gugup untuk menghadapi Ryeowook tapi ternyata,,,

"Aku tidak bisa diam di sini. Aku harus segera sampai rumah."

Ryeowook tiba-tiba keluar dari box telepon. Ia berlari melewati derasnya hujan yang disertakan angin malam itu. Itu sangat dingin. Padahal Ryeowook sering mengatakan bahwa ia tidak tahan dingin.

Kala itu Donghae langsung mengerti bahwa Ryeowook berpura-pura senang. Bahwa Ryeowook terluka. Bahwa Ryeowook mencintai dirinya.

Sesaat Donghae mematung di dalam sana. hanya memandang tubuh Ryeowook yang semakin jauh dari pandangannya.

Hatinya semakin terluka. Seakan Jiwanya terhempas begitu Ryeowook terlepas dari genggamannya.

"Ryeowook.."

Donghae berlari. Keluar dari tempat itu dan mencari Ryeowook di tengah hujan lebat itu.

Hujan menitik semakin deras. Angin pun tak berhenti bertiup kencang. Menambah dingin yang seakan menusuk-nusuk tulang.

Tapi semua tak terasa lebih dingin dibanding kedua hati itu sendiri. Terbeku.

Punggung itu akhirnya mulai terlihat. Donghae pun semakin mempercepat langkah kakinya.

Semakin cepat.

Dan akhirnya tangan Ryeowook tergapai.. Donghae langsung menarik tubuh itu hingga Ryeowook jatuh ke dalam pelukannya.

Dan...

Donghae menciumnya.