Satu[prolog]

arejelquin

Seventeen!Mingyu;wonwoo[meanie]

Disc : menggunakan Mingyu Pov untuk sementara waktu;alur dan rated bisa berubah kapan saja.


"Pemuda itu sudah meninggal, kalau kau berjalan mendekati meja kosong disisi kirimu maka kau akan melihatnya sedang menatapmu dengan kedua mata hitamnya."

Aku menelan kekesalan yang memuncak ke tenggorokanku dan memaksakan diri untuk terus mendengar voice recorder yang dibuat Vernon untukku.

"Sekali kau melihatnya ke dalam mata hitamnya, kau akan terus ketagihan untuk melihatnya setiap saat. Ia tidak akan pernah melepasmu."

Bosan, aku membanting earphone biru metalik tersebut pada lantai. Sesekali bergidik kedinginan karena udara diluar semakin berhembus keras memasuki jendela kamarku yang tidak ditutup. Diluar sedikit mendung, aku tidak memperdulikannya. Setidaknya aku sedikit berharap untuk turun hujan.

Aku mengerang kesal saat Jisan memanggilku keluar untuk menemaninya bermain catur seperti biasa, bocah berumur tujuh tahun tersebut selalu mengajakku bermain, meski aku tahu, siapa pemenangnya.

Sekarang aku beranjak duduk ditepi tempat tidur, dan tanpa sengaja menginjak earphone yang tadi kulemparkan hingga terjatuh didekat kursi meja belajar. Aku membiarkanya dan segera beranjak turun untuk menemui adik perempuanku yang terus berteriak untuk menyuruhku segera turun dengan cepat.

Ah, aku tidak peduli lagi dengan cerita yang diberikan oleh Vernon beberapa jam yang lalu.

Terkadang aku berpikir, sejak kapan aku tinggal sendiri—ah tidak aku tinggal berdua dengan Jisan, adikku yang menyebalkan dengan rambut yang dikuncir dua tersebut. Kedua orangtuaku tidak tahu dimana, aku belum pernah melihatnya semenjak aku dilahirkan, aku datang dari rumah nenek yang kemudian nenek berkata bahwa aku mempunyai seorang seorang adik perempuan dengan kedua mata sipitnya, kulit putih dan sifatnya yang seperti diktator.

Aku tidak menyesal hidup seperti ini, setidaknya nenek masih memberiku uang bekal untuk sehari-hari, meski terkadang terjadi pemborosan super duper yang dilakukan oleh Jisan. Bocah tersebut selalu membeli Ice Cream dikedai depan rumahku, dengan sekantung recehan dan juga permen didalam kantung bajunya yang selalu berwarna-warni.

Aku menuruni tangga dengan enggan, lagi-lagi mengerang saat melihat beberapa boneka beruang berserakan dilantai disekitar tangga tadi, bocah itu benar-benar jorok.

"Simpan boneka jelek itu ditempat biasanya, Jisan!"

Ia melenguh dan memajukan kedua bibirnya, membuatku mau tidak mau melempar boneka tersebut padanya.

Sekarang aku bisa mendengar suara Vernon yang selalu berkata: Well, terkadang kau harus bersikap keras pada adikmu. Kalau bisa kau boleh menguncinya dikamar mandi seharian.

Tidak terlalu buruk.

"Kau bahkan tidak tahu kalau adikmu ini kelaparan!"

"Aku baru pulang sayangku," kataku malas, "setidaknya berikan adikmu ini coca cola dan hamburger!"

Diktator. Sialan, kalau bisa aku ingin menyumpal mulutnya dengan bishop yang sedang kupegang sekarang.

Ia memajukan knight nya dan tepat memakan pion hitamku.

"Seperti biasanya, kau benar-benar payah dalam memainkan game ini Mingyu!"

"Hey! Tunjukan sikap sopan pada kakakmu!" aku memukulnya menggunakan bishop, ia segera mengerang dan mendelik kesal dan merengut. Kedua tangan tersebut disilangkan didepan dadanya, tidak membuatku gemas sama sekali.

"Vernon selalu membuatku senang, tidak denganmu ming!"

"Aku dan dia berbeda, jangan samakan."

Akhirnya aku menghela nafas dan jatuh terjungkang pada sofa yang sedang kududuki. Bagaimana waktu berlalu seperti terbang dalam dunia yang bebas. Aku merasakan bahwa ada hawa dingin yang tiba-tiba menelusuk melewati sekitar tengkuk dan leherku.

Setelah beberapa saat lagi, terdengar suara Jisan yang cukup membuatku terdiam dengan kedua mata yang tidak bisa berkedip sama sekali, pikiranku mungkin sudah hanyut ke dalam dunia Wonderland.

"Aku melihatnya oppa."

Posisi stress cukup membuatku kalut, aku berguling ke arah samping kanan saat tiba-tiba syndrom indigo adikku kambuh.

"Jangan bercanda disaat seperti ini," kataku dengan gumaman, hal ini sudah terbiasa, aku bukannya takut, hanya merasa risih kalau sudah begini, mereka benar-benar suka mendekatiku—ini kata Jisan sendiri.

Kuharap aku bisa melupakan hal ini dengan cepat, "ia bilang kau tidak mengganggunya sih, tapi ia tidak suka bila kau terus menatap ke arah mejanya terus menerus."

"Ah ia bilang, namanya J-jeon—"

"Tunggu! apa?" ia berbicara sendiri man. Dengar itu, aku bahkan tidak berkedip menyaksikanya mulai melompat ke atas perutku, yang membuatku mengerang keras dan mendorong dahinya kuat.

"Jeon Wonwoo? Kau pemuda yang tampan! Seandainya kau masih hidup, kau harus jadi pacarku!"

Aku menatapnya tidak mengerti, aku mendorongnya hingga jatuh terjungkang dan menabrak meja yang diatasnya terdapat papan catur yang baru saja kami mainkan. Aku terduduk kalut, ia benar-benar berbicara dengan siapalah itu.

"Jisan, aku akan membelikanmu hamburger, jadi berhenti berbicara sendiri!" Aku beranjak berdiri dan tidak sengaja menginjak tangan seseorang—

Tidak, biarkan aku berpikir jernih, Jisan sudah berdiri sedari tadi dari acara jatuh-menimpa-papan-catur. Jadi tidak mungkin kalau ini adalah tangan miliknya, lagipula ini terasa dingin. Aku tidak bercanda, tubuhku menegang sesaat , rambut hitamku rasanya benar-benar jatuh menutupi kedua mataku, aku merendahkan kepalaku dan berusaha menunduk, dan mencoba untuk berpikir positif sebelum—"Maaf, kau menginjak tanganku."

Lidahku terasa kelu, Jisan terdiam dan terlihat menahan tawanya dengan kedua tangan yang memegangi perutnya, rasanya aku telah hanyut ke dalam negri yang penuh dengan kegelapan dan monster-monster yang sedang mengejarku dan berusaha menangkapku dengan jari-jari yang memiliki kuku tajam tersebut.

Kedua mata hitam tersebut menatapku dingin, aku menginjak tanganya.

Man, aku menginjaknya dan aku tidak tahu siapa dia. []


To Be Continued[end prolog]


A/N : Halo~^^aku penulis(?) baru difandom ini, mencoba membuat karya baru yang mungkin saja bisa membuat fandom menjadi ramai seperti fandom lainya. Tentunya dengan kosakata yang tidak terlalu bagus dan sedikit berantakan(?)

Aku juga sengaja pakai Oc!Kim Jisan buat jadi adik perempuan Mingyu. Hanya pemeran pendukung sih, karena pemeran utama tetap Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo o/ baru pertama kali nyoba nulis prolog sesingkat ini(?)

Sebelumnya terimakasih yang sudah mau baca(:


Mind To Review? /give u lolipop/